Minggu, 13 Mei 2012

SEJARAH LAHIR METODE PENELITIAN



A. PENDAHULUAN
Untuk mengetahui sesuatu yang masih baru, seorang peneliti dapat diibaratkan sebagai orang baru yang baru saja tiba di kota atau di negara baru. Semuanya tampak asing, mau pergi kemana tidak tahu letaknya geografis dan penduduknya, padahal mungkin jaraknya dekat dan banyak kendaraan seperti taksi, bus, angkot, oplet, becak, ojek dan sebagainya tetapi tidak tahu menggunakan kendaraan atau alat transportasi yang ada untuk menuju kesuatu tempat yang akan dituju itu. Banyak dan sering dijumpai or­ang-orang lewat di sekitarnya, mau bertanya juga kurang berani karena mungkin beda budaya, beda kepentingan, dan mengganggu kesibukan orang lain dengan orang-orang yang ada di sekitar tempat tersebut. Banyak kenalan di tempat tinggal yang lama tetapi jauh tempat tinggalnya dan tidak tahu nomor telepon untuk menghubunginya. Orang lain di sekitarnya juga menganggap asing pula terhadap dia. Dia memerlukan bantuan agar dapat memecahkan masalah keterasingannya tersebut. Tetapi siapa dan kemana agar memperoleh bantuan untuk mencapai arah yang dituju itu.
Keterasingan para peneliti terutama peneliti muda, juga terjadi seperti keterasingan orang yang tinggal di tempat baru. Banyak masalah penelitian tetapi tidak mengetahui bagaimana mengenali dan memilih masalah yang layak untuk sebuah penelitian; banyak instrumen untuk mengambil dan mengumpulkan data tetapi kurang mengetahui apa instrumen yang baik itu banyak alat analisis data tetapi tidak dapat memilih yang tepat dan dapat memberikan informasi. Mereka bingung dan bahkan sebagian ada yang frustrasi untuk melakukan penelitian.
Mereka memerlukan alat untuk dapat memecahkan problem keterasingan tersebut. Alat atau instrumen yang hendak dibahas secara luas dan sistematik adalah metodologi penelitian yang biasanya berisi tentang cara­-cara menggunakan beberapa metode pendekatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ada pendekatan dari yang global menuju ke spesifik, dari spesifik menuju ke global dan ada pula pendekatan ilmiah dan scientific.
Modal yang pertama adalah mengetahui sesuatu tersebut dimulai dari yang global atau besar menuju ke arah lebih mendetail atau khusus. Untuk mengetahui struktur mobil misalnya, seseorang dapat menguasainya dengan dimulai dari apa fungsi dan kegunaan mobil itu bagi manusia, apa peranan mobil, kearah apakah bagian utama dari mobil, mekanisme kerja mobil, dan apa material setup bagian dari mobil itu.
Model yang kedua adalah menggunakan pendekatan dari yang spesifik menuju ke arah yang global. Seseorang untuk mengetahui tentang apakah mobil itu dimulai dengan mengadakan kunjungan kerja ke bagian bengkel. Di sana ditunjukkan bagian-bagian utama kendaraan mobil dan diajarkan pula bagian-bagian dan proses kerja mobil baik yang dua tak maupun empat tak baru mengarah kepada bagian lain yang lebih besar sehingga orang tersebut mengetahui secara menyeluruh apakah dan bagaimanakah fungsi mobil tersebut.
Cara mengetahui dengan model kedua ini banyak diterapkan pada ilmu­ilmu biologi, kedokteran, dan sebagainya. Kedua pendekatan tersebut juga populer disebut sebagai model deduktif dan induktif.
Modal ketiga adalah menggunakan pendekatan secara ilmiah. Tokoh yang mempelopori pendekatan ini diantaranya ialah John Dewey. Untuk mengetahui sesuatu seseorang dapat memulai dengan mencari masalah, mencari data pendukung, dan mencari jawaban permasalahan tersebut. Cara ini adalah yang banyak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam metodologi penelitian yang biasa disebut dengan menggunakan model pendekatan ilmiah.
Ketiga cara tersebut pada prinsipnya baik dan akan memberikan keberha­silan yang memuaskan, bila dilaksanakan secara intensif dan teliti. Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan pendekatan penelitian yang sering dilakukan dan diterapkan dalam bidang pendidikan.
Manusia selalu ingin mencari jawaban atas sebab musabab dari suatu atau serentetan akibat. Dengan berbagai cara manusia ingin memperoleh berbagai pengetahuan tentang berbagai fenomena. Semenjak dahulu kala,manusia menunjukan hasratnya yang besar untuk mengetahui rahasia alam sekelilingnya, bahkan juga manusia berikhtiar ingin menguasainya. Karena rendahnya kemampuan berfikir manusia, bukan manusia yang menguasai alam tetapi justru sebaliknya,manusia justru takut dan mendewa-dewakan kekuatan alam. Iklim ini menyuburkan kepercayaan terhadap dukun itulah yang dipandang dapat berkomunikasi dengan sumber kekuatan gaib yang mereka sakralkan. Dengan demikian otoritas kebenaran berada ditangan para dukun. Di masyarakat yang sederhana hal ini berlaku turun-temurun dan berakar kuat yang sudah barang tentu menghambat cara berfikir ilmiah.
Hasrat manusia yang tak pernah padam untuk memperoleh pengetahuan dan untuk dapat memanfaatkan alam mendorong manusia untuk selalu mengembangkan metode-metode pendekatan tertentu sesuai dengan tingkat kemampuannya. Pada prinsipnya pendekatan-pendekatan itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu metode non ilmiah dan metode ilmiah.

1.      Metode Non Ilmiah

Ada beberapa pendekatan metode non ilmiah yang banyak digunakan, yaitu; pendapat otoritas, pengalaman, penemuan secara kebetulan dan coba-coba  (Trial and Error), metode a priori dan sebagainya.
a.  Pendapat Otoritas
Pendapat otoritas ilmiah berasal dari orang-orang yang biasanya telah menempuh pendidikan formal tertinggi atau orang yang telah mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang/ilmu. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji; selalu dipandang benar.
Kadang-kadang ada pendapat yang tidak benar namun karena merupakan pendapat orang yang mempunyai wewenang, orang awan menganggap pendapat itu suatau kebenaran. Sejarah membuktikan bahwa sebelum diperkenalkan teori Copernicus, orang percaya bahwa matahari adalah satelit dari bumi. Bumi adalah pusat dari alam semesta. Copernicus dan kawan-kawanya dengan gigih membuktikan teori baru yang sekarang dipercaya kebenarannya bahwa sebenarnya bumi dan satelit-satelit yang lainya berbutar mengelilingi matahari. Ini sekaligus mengakhiri teori salah yang telah sekian lama selalu dianggap benar karena teori itu berasal dari orang yang memiliki wewenang.
b.  Pengalaman
Untuk memperoleh sesuatu yang mereka inginkan manusia seringkali menggunakan pengalaman-pengalamannya. Contoh misalnya anak kecil kerapkali menggunakan pengalaman-pengalamannya untuk mendapatkan sesuatu yang dikehendaki dari orang tuanya. Misalnya; anak kecil menggunakan pengalamanya bahwa kalau ia selalu patuh terhadap orang tua dan berprestasi selalu mendapat ganjaran dari orang tuanya. Sebaliknya, kalau ia tidak patuh dan tidak berprestasi ia kena marah. Dengan pengalaman-pengalaman seperti itu, anak-anak cenderung patuh dan ingin mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya agar memperoleh pujian dan ganjaran dari orang tuanya.
Pengalaman memang kadang-kadang banyak membantu. Tetapi jika tidak digunakan secara kritis bisa merugikan. Anak kecil yang terbiasa rakus kalau di rumah ; Selalu memilih kue-kue yang besar waktu ibunya membagi kue-kue kemungkinan anak itu akan memilih hadiah yang dibungkus dalam bungkusan yang lebih besar meskipun mungkin isinya barang yang tak berharga.
c.  Penemuan Coba-Coba ( Trial and Error )
Penemuan secara kebetulan banyak terjadi dan banyak diantaranya sangat berguna, Misalnya, Newton menemukan hukum grafitasi bumi waktu ia secara kebetulan melihat buah apel yang jatuh. Archimedes, menemukan dalil Archimedes yang sangat terkenal  itu sewaktu ia mandi berendam dalam suatu bak yang penuh air. Ada seorang penderita malaria yang secara kebetulan menemukan obat penyakitnya pada waktu mandi dikolam yang berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang pohonya tumbang ke dalam parit. Penemuan-penemuan seperti itu di peroleh tanpa rencana, tidak pasti, dan tidak melalui langkah-langkah yang sistimati dan terkendali.
Penemuan coba-coba ( trial and error ) di peroleh tanpa kepastian untuk memperoleh suatu kondisi tertentu untuk pemecahan suatu masalah. Usaha seperti ini umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa arah dan tanpa keyakinan yang pasti untuk suatu pemecahan masalah. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha coba-coba. Penemuan tersebut pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
d.  Metode A Priori
Metoda a priori juga disebut metoda intuisi. Dalam pendekatan ini orang menentukan pendapat mengenai sesuatu berdasar atas pengetahuan yang langsung ( didapat dengan cepat tanpa proses dan pemikiran yang matang. ) Dalil-dalil dan kesimpulan yang diterima menurut metode tersebut semata-mata berdasar alasan yang tidak dipertimbangkan dengan pengalaman.
Kelemahan pengambilan kesimpulan yang semata-mata berdasarkan alasan rasional yang satu sama lain bertentangan. Kesimpulan mana yang benar ?

2.  Metode Ilmiah

Di banding cara memperoleh kebenaran terhadap suatu kebenaran dengan metoda non ilmiah metoda ilmiah (the scientific method ) adalah lebih efisien dan dapat dipercaya. Meskipun tidak ada pendekatan yang benar-benar memuaskan, pendekatan-pendekatan  ( Misalnya melalui pengalaman, pihak berwenang, penalaran induktif dan penalaran deduktif ) itu sangat efektif  apabila digunakan bersama-sama sebagai komponen metoda ilmiah yang integral.
Pada dasarnya metode ilmiah mencakup induksi dari hipotesis-hipotesis berdasarkan pengamatan (observasi), deduksi dari implikasi hipotesis, pengujian implikasi-implikasi tersebut,dan komfirmasi (diterimanya) atau diskonfirmasi (ditolaknya) hipotesis.
Ilmu pengetahuan dan penelitian diibaratkan dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mereka saling menunjang untuk mencapai tujuan yang sama. Tujuan semua usaha ilmiah adalah untuk memberikan penjelasan, membuat prakiraan, dan/atau mengentrol kejadian atau fenomena. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menyiapkan dan menyajikan teknik-teknik dasar yang logis,dengan apa dan yang mana orang bisa memperoleh pemahaman, wawasan interprestasi, prediksi serta pengontrolan terhadap situasi yang mempunyai interrelasi yang serba kompleks. Tujuan itu bisa tercapai melalui metode ilmiah.

B.   PENELITIAN BERDASARKAN TUJUAN

Penelitian (riset) adalah penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan sistimatis untuk mempelajari sesuatu masalah. Dalam dunia pendidikan kita kenal adanya “Penelitian Pendidikan,” yaitu penggunaan metode ilmiah yang bersifat formal dan sistematik untuk mempelajari masalah-masalah pendidikan.
Perbedaan pokok antara penelitian pendidikan dan sosial dengan penelitian ilmiah yang lain terletak pada sifat dasar dari kejadian atau gejala yang dipelajari. Di bandingkan dengan penelitian ilmiah yang lain, penelitian pendidikan dan sosial lebih kompleks sebab sulitnya menjelaskan, membuat perkiraan, dan mengontrol keadaan-keadaan yang menyangkut manusia.
Banyak variabel yang diketahui, atau tidak diketahui, berpengaruh terhadap lingkungan pendidikan dan sosial yang sangat sulit digeneralisasikan. Kontrol yang ketat yang dapat dilakuan dan dijaga pada laboratorium kimia tidak mungkin dilaksanakan pada bidang pendidikan dan sosial. Sebagai contoh ; pengamat bisa menjadi subyektif dalam membuat “ record “ tentang tingkah laku , dan orang yang diamati mungkin bertingkah laku tidak seperti biasanya karena sedang dalam pengamatan.Dalam bidang pendidikan dan sosial juga sulit menciptakan kondisi-kondisi penelitian seperti yang dikehendaki peneliti. Lagipula, kondisi obyek penelitian tidak bisa diulangi. Seandainya dilakukan pengulangan, hasilnya tidak akan sama seperti kondisi yang pertama.
Selain daripada itu pengukuran yang cermat sulit dilaksanakan dalam penelitian pendidikan. Sebagian besar pengukuran adalah pengukuran tidak langsung, tidak ada instrumen yang sebanding dengan alat dengan alat ukur panas atau alat ukur arus listrik untuk pengukuran misalnya : kecerdasan, pencapaian, atau sikap.
Meskipun ada perbedaan dalam sifat dasar gejala yang dipelajari, langkah-langkah dalam melakukan penelitian pendidikan / sosial adalah sama dengan langkah-langkah dalam melakukan penelitian yang lain yaitu : pemilihan dan pembatasan masalah, pelaksanaan prosedur-prosedur penelitian ( pengumpulan data ), pembuatan analisis data, dan pembuatan dan penarikan kesimpulan.

Secara penggolongan penelitian dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu “Penelitian Murni dan Penelitian Terapan”. Sulit mengatakan bahwa kedua jenis penelitian tersebut terpisah karena keduanya sebenarnya dalam suatu kesatuan kegiatan. Pada bentuk aslinya, penelitian murni dilakukan semata-mata untuk keperluan pengembangan dan pemurnian / perbaikan teori . Sedangkan penelitian terapan seperti terlihat dari namanya, dilakukan untuk keperluan pengetrapan atau pengujian dari teori dan penilaian kegunaanya dalam penyelesaian masalah-masalah.

Penelitian murni berkaitan dengan penciptaan konsep-konsep umum tentang pemahaman (learning), sedangkan penelitian terapan berkaitan dengan penggunaannya dalam dunia pendidikan. Misalnya, suatu penelitian murni dilakukan pada binatang untuk mempelajari masalah ganjaran ( hadiah / hukuman ) dan pengaruhnya terhadap pemahaman. Penelitian tersebut berlanjut dengan penelitian terapan yaitu menguji konsep-konsep tersebut untuk menetapkan efektivitasnya dalam penyempurnaan pemahaman dan tingkah laku.
1.  Penelitian Evaluasi (Evaluation Research)
Tujuan dari penelitian evaluasi adalah untuk mempermudah pembuatan keputusan sehubungan dengan kebaikan atau keunggulan relatif dari dua tindakan pilihan atau lebih.
2.  Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Tujuan utama dari riset dan pengembangan (Research and Development) adalah bukan untuk merumuskan atau menguji teori tetapi mengembangkan hasil-hasil yang efektif untuk dimanfaatkan di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga lainnya.
3.  Penelitian Aksi (Action Research)
Tujuan dari Action Research adalah untuk memecahkan masalah-masalah setempat (misalnya kelas) dengan menggunakan metoda ilmiah. Penelitian ini, hanya memperhatikan masalah setempat; tidak peduli apakah hasil-hasil yang diperoleh juga dapat diberlakukan pada tempat-tempat lain atau tidak.

C.   PENELITIAN BERDASARKAN METODE

Pada umumnya penelitian menempuh strategi dan langkah yang hampir sama. Langkah-langkah itu terdiri dari pembuatan statemen masalah, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
1.  Penelitian Sejarah (Historical Research)
Penelitian sejarah berkaitan dengan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan kejadian-kejadian masa lampau. Tujuan dari penelitian sejarah adalah untuk mencapai kesimpulan sehubungan dengan sebab, akibat, atau kecendrungan dari kejadian masa lampau yang dapat membantu menjelaskan kejadian masa kini dan membantu mengatisipasi kejadian yang akan datang. Penelitian sejarah biasanya tidak mengumpulkan data dengan pengelolaan instrumen (missal menguji dengan suatu tes) terhadap individual, tetapi mencari data yang sudah ada. Pada penelitian sejarah dikenal adanya sumber data primer dan skunder. Sumber data primer merupakan pengetahuan dari tangan pertama (misalnya laporan saksi mata, dan dokumentasi asli); sumber data skunder merupakan informasi dari tangan kedua. Evaluasi terhadap data penelitian sejarah terdiri dari kritik dalam dan kritik luar. Dalam hubungan ini, kritik luar menaksir/menilai keotentikan dari data; kritik dalam menilai kemanfaatan data tersebut.
2.  Penelitian Deskriptif (Deseriptive Research)
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan suatu subjek penelitian pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, dan sebagainya. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui suatu surve angket, wawancara, atau observasi. Karena penelitian pada umumnya membuat pertanyaan-pertanyaan untuk keperluan yang tertentu maka instrumen-instrumen harus dibuat untuk setiap penyelidikan, sesuai dengan hipotesisnya. Suatu hambatan yang umum pada penelitian deskriptif adalah kurangnya respon - keenganan subjek untuk mengembalikan angket atau tidak hadirnya subjek pada wawancara yang dijadwalkan.
3.  Penelitian Korelasi (Correlational Research)
Penelitian korelasi bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan, dan seberapa jauh hubungan ada antara dua variabel (yang dapat diukur) atau lebih. Misalnya hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan pencapaian, tinggi badan dengan umur, niali bahasa inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan)
Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, atau variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya. Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya hubungan yang erat menungkinkan kita untuk membuat prakiraan. Tingkat hubungan antara dua variabel biasanya dinyatakan dengan suatu koefisien korelasi antara 0,00 sampai dengan 1,00.
4.  Penelitian Kausal-Komparatif dan Eksperimen.
Penelitian kausal-komparatif dan eksperimen kedua-duanya berupaya untuk menciptakan hubungan sebab akibat; keduanya melibatkan kelompok-kelompok perbandingan, perbedaannya adalah pada penelitian eksperimen, penyebab yang “dicuriga” dimainkan (dimanipulasi), pada penelitian kausual komparatif. Pada penelitian eksperimen, kegiatan atau sifat yang dipercaya membuat suatu perbedaan adalah penyebab atau pelayanan atau tindakan (treatmen), dan lebih umumnya sebagai variabel bebas (independent variabel). Pada penelitian eksperimen, penelitian memainkan (memanipulasi) sekurang-kurangnya satu variabel bebas dan mengamati efeknya pada satu variabel tergantung (variabel tidak bebas) atau lebih.
Topik untuk penelitian eksprimen, misalnya “efek ganjaran terhadap prestasi belajar siswa. “Di sini variabel bebas, atau penyebab, adalah jenis ganjaran (reinforcement). Ganjaran disini mungkin berupa hadiah, atau hukuman ,atau dengan tanpa ganjaran. Variabel tidak bebas atau efek adalah prestasi belajar siswa (Prestasi belajar dua kelompok siswa yang memperoleh ganjaran yang berbeda). Dua kelompok murid tersebut diperoleh secara random sebelum dilakukan ekspimen. Kemudian kelompok-kelompok tersebut memperoleh pengalaman yang sama, kecuali jenis ganjaran yang diterima. Setelah beberapa lama, prestasi belajar mereka dibandingkan.
Prosedur pemilihan kelompok secara acak (random) yang dimiliki oleh penelitian eksprimen, tidak ada pada metoda riset yang lain. Lebih dari itu, karena adanya manipulasi dan kontrol yang langsung, penelitian ekspimen benar-benar dapat menentukan hubungan sebab-akibat. Pada penelitian kausal-komparatif, variabel bebas, atau penyebab, tidak dimanipulasi; hal uni sudah terjadi. Pada penelitian tersebut, perbedaan antara kelompok yang terjadi pada variabel bebas di tentukan oleh peneliti. Karena kurang memanipulasi dan kontrol, hubungan sebab-akibat yang diperoleh dari penelitian kausal-komparatif adalah sangat lemah dan bersifat sementara.
Tofik untuk penelitian kausal-komparatif, misalnya “efek pendidikan TK pada prestasi belajarsiswa,pada ulangan umum akhir kelas I”. Di sini, variabel bebas atau penyebab adanya Pendidikan TK (murid yang masuk sekolah Dasar melewati sekolah Taman Kanak-Kanak lebih dulu atau langsung masuk sekolah Dasar). Variabel tidak bebas atau efeknya, adalah prestasi belajar pada ulangan umum akhir kelas I. Dua kelompok murid tersebut (kelompok yang masuk sekolah Dasar melewati Taman Kanak-Kanak dan kelompok yang tidak). Selama duduk dikelas I memperoleh treatmen dan pengalaman yang sama. kemudian prestasi belajar pada ulangan umum akhir kelas I masing- masing dibandingkan.

Jumat, 04 Mei 2012


MENGENANG PROF.DR.H.HADARI NAWAI
Oleh: HAMID DARMADI
Guru Besar Kopertis Wilayah XI Kalimantan DPK Pada STKIP-PGRI Pontianak

Tulisan mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi ini saya buat dalam dua bagian yaitu; bagian pertama mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi sebagai contoh teladan dan inspirasi pendidikan dan bagianj yang kedua mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi sebagai ilmuan dan pendidik sejati.

A.   Mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi Sebagai Contoh Teladan dan Inspirasi Pendidikan

Saya mulai mengenal Prof.DR.H.Hadari Nawawi tahun 1975. Ketika itu beliau menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat. Beliau punya kebijakan untuk mengambil putra/putri lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dari 6 daerah Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Barat ketika itu, yaitu: dari Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Ketapang masing-masing dua orang lulusan setiap Kabupaten/Kota, untuk ditempatkan (di tugaskan di Kota Pontianak). Lulusan SPG Kabupaten Kapuas Hulu tergabung dalam lulusan SPG Kabupaten Sintang, sehingga lulusan SPG Kabupaten Kapuas Hulu diwakili oleh lulusan SPG Kabupaten Sintang.

Ketika itu ada pengangkatan guru Inpres yang bertujuan untuk mengisi kekurangan guru Sekolah Dasar di seluruh wilayah Indonesia seperti Inpres Nomor 10 Tahun 1973 dan Inpres Nomor 6 Tahun 1974 dan sejumlah nomor Inpres lainnya. Saya tergabung dalam pengangkatan guru Inpres Nomor 6 Tahun 1974 mewakili Kabupaten Sintang yang ditugaskan di Kota Pontianak untuk di tempatkan pada Sekolah Dasar Negeri Nomor (SDN) 67 Kota Pontianak Barat.

Sebagai Guru Sekolah Dasar yang ditempatkan di Kota Pontianak kami diwajibkan oleh beliau (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) untuk mengikuti pendidikan lanjutan atau kuliah. Sejumlah kawan kami yang berjumlah 12 orang tersebut langsung melanjutkan pendidikannya di FIP  Untan Pontianak, karena pada waktu itu FIP masih berada dalam keadaan transisi (FIP-IKIP Bandung Cabang Pontianak) yang akan segera bergabung dalam FKIP Untan, sementara saya dan beberapa rekan lainnya, menunda mengikuti kuliah pada tahun berikutnya. Sebagai putra daerah yang baru menginjakkan kaki ke kota Pontianak, saya sangat merasa asing, dan merasa kurang “pede”, sehingga tahun pertama datang ke Kota Pontianak saya belum masuk kuliah. Namun berkat arahan dan motivasi beliau yang sangat humanistis maka pada tahun kedua berada di Kota Pontianak, saya merasa terdorong untuk bangkit membenahi diri, mengisi segala kekurangan dan mengejar ketertinggalan melalui bangku kuliah sesuai dengan arahan beliau saya mengambil jurusan : Administrasi Pendidikan (AP)  

Kesan pertama yang saya rasakan sangat mendalam terhadap beliau adalah dimana ketika itu saya mendaftar menjadi calon mahasiswa Untan Pontianak ditolak oleh Panitia karena tidak menyertakan “Buku Raport” disamping persayaratan lainnya yang diperlukan untuk masuk suatu perguruan tinggi. Sementara “Buku Rapor” kami (saya) tidak dibagikan ketika menerima Ijazah kelulusan SPG Negeri Sintang tahun 1974. Harapan saya” pupus” dan bingung. Untuk mengambil “Buku Rapor” ke Sintang hampir tidak mungkin, karena eksis jalan Pontianak- Sintang dan Sintang-Pontianak ketika itu hanya menggunakan jalan air atau menumpang motor air (motor bandung) atau motor dagang (belum ada motor tambang) waktu itu, yang memakan waktu tidak kurang dari 5 sampai 7 hari sekali jalan, pulang-pergi berarti perlu waktu 10 sampai 14 hari hari itupun kalau motor tumpangan ada, karena motor air yang bisa ditumpang tidak banyak seperti sekarang ini, disisi lain motor dagang yang bisa ditumpang juga sangat sedikit. Transfortasi darat tidak ada/belum  seperti sekarang ini. Sungguh memprihatinkan jalannya.  

Saya bingung memikirkan langkah apa yang sebaiknya dapat saya tempuh agar buku “Raport” yang belum dibagikan itu dapat segera didapat Dalam keadaan seperti itu saya teringat beliau (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) waktu itu Drs.Hadari Nawawi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat yang menugaskan kami di Kota Pontianak untuk mengajar di Sekolah Dasar Negeri Inpres yang tersebar pada empat kecamatan di Kota Pontianak ketika itu. Saya mendatangi beliau (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) untuk menceritakan keadaan yang saya alami. Oleh beliau saya diberi nota untuk diserahkan kepada Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Untan Potianak. Dengan berbekal nota tersebut kembali saya menghadap Panitia PMB Untan. Oleh Panitia PMB saya diterima, dan “Buku Raport” saya yang tinggal di Sintang diperbolehkan diserahkan menyusul. Alangkah gembiranya hati saya, dan bangga pada kepedulian beliau pada perjuangan hidup saya. Kenangan ini terpatri kuat dalam lubuk hati sanubari saya yang paling dalam hingga saat ini, bahkan selama hidup saya tak terlupakan.

Perkuliahan waktu itu dilakukan dengan sistim tahunan, tidak dengan sistem semester (SKS) seperti sekarang ini, sehingga waktu tempuh/kuliah memakan waktu lama (5 sampai 7 tahun) satu tahun satu tingkat, mungkin lebih dari itu. Mahasiswa yang boleh melanjutkan ke tingkat IV adalah setelah yang bersangkutan lulus ujian Sarjana Muda (BA). Selama perkuliahan  terutama setelah sarjana muda, saya tergabung dalam kelompok belajar bersama bapak Drs.Syarif Saleh keponakan beliau. Kami tergabung dalam satu kelompok belajar yang mengambil tempat belajar di rumah beliau. Hal ini  lebih menambah lagi keakraban saya dengan beliau. Karena itu sebelum belajar kelompok dimulai atau setelah belajar kelompok berakhir, saya sering diminta beliau untu “mengurut”  atau jadi tukang urut beliau. Saya bangga bisa melakukan sesuatu yang baik buat beliau. Beliau sering bercerita tentang suka dukanya dan sejarah perjuangan hidupnya dari sekolah pendidikan guru, menjadi staf pengajar di IKIP Bandung, menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat, kemudian mendirikan STKIP-PGRI Pontianak, hingga menjadi Rektor Untan Pontianak Sungguh mengagumkan pengalaman beliau.

Ketika menjabat sebagai Rektor Untan, beliau menyerahkan jabatannya sebagai Dekan Koordinator STKIP PGRI Pontianak (istiliah waktu itu) kepada bapak HM. ALI., SH. Pada masa kepemimpinan bapak HM. ALI., SH inilah saya selesai studi S1 dari FKIP Untan Pontianak, tepatnya tanggal, 7 Mei 1984. Waktu itu saya masih menjadi guru Sekolah Dasar Negeri 67 Pontianak. Seminggu setelah ujian saya mendapat rekomendasi dari beliau untuk  membantu pada bagian staf akademik STKIP-PGRI Pontianak disamping bertugas sebagai dosen luar bisa, karena belum ada pengangkatan dosen PNS yang dipekerja pada Perguruan Tinggi Swasta ketika itu.  Betapa senangnya hati saya mendapat tugas tambahan dari beliau, disamping sebagai guru SD saya juga ditugaskan beliau sebagai tenaga pengajar pada STKIP-PGRI Pontianak. Ini kali keduanya saya mendapatkan kepedulian dari beliau yang sangat besar. Terukir sebagai tinta emas dalam perjalanan hidup saya yang kelam.

Sesungguhnya saya sudah mulai mengapdi di STKIP-PGRI Pontianak sejak saya berada di tingkat IV dan tingkat V tahun 1982 s/d 1983. Ketika itu saya akrab sekali dengan Syarif Saleh.BA (sekarang Drs.Syarif Saleh) keponakan beliau, Syarif Saleh.BA ketika itu menjabat sebagai Pembantu Dekan Koordinator Tiga bidang kemahasiswaan. Kami tergabung dalam satu kelompok belajar, sehingga selalu bersama-sama memecahan masalah dan kesulitan belajar kelompok. Keakraban kami ini dimanfaatkan beliau untuk membawa Kami (saya) mengawas setiap ujian akhir tahun pelajaran pada STKIP-PGRI Pontianak. Saya senang membantu Drs.Syarif Saleh, kebersamaan dan keakraban kami tak ubahnya seperti bersaudara. Drs.Syarif Saleh sangat berkompetensi dan pandai sekali berorganisasi, beliau (Drs.Syarif Saleh) banyak membantu saya mengenalkan lembaga STKIP-PGRI yang relative masih muda usia berdirinya ketika itu. Beliau juga  banyak memotivasi saya untuk terus memacu diri meningkatkan kemampuan melalui belajar dan berorganisasi.

Setahun kemudian setelah saya bertugas sebagai staf dan dosen di STKIP-PGRI Pontianak disamping masih berstatus sebagai guru SD, tepatnya bulan Maret 1985, saya terinspirasi oleh Drs.Asrori (sekarang Prof.DR.H.Asrori.M.Pd) yang melamar dan diterima menjadi dosen FKIP Untan. Saya juga ingin melamar menjadi dosen FKIP Untan untuk mencoba merubah nasib dari guru SD menjadi dosen. Tetapi ketika beliau tahu saya melamar di FKIP-Untan Pontianak beliau menasehati dan mengingatkan saya supaya menjadi dosen tetap STKIP-PGRI Pontianak saja. Beliau berjanji untuk memperjuangkan kami (saya) menjadi dosen tetap STKIP-PGRI-Pontianak. Beliau menugaskan saya untuk mencari kawan-kawan untuk diusulkan menjadi dosen PNSD yang dipekerjakan pada STKIP-PGRI Pontianak. Saya berupaya menjalankan tugas yang beliau berikan walaupun hati saya masih ragu karena niat saya ingin menjadi dosen FKIP-Untan Pontianak. Atas arahan beliau orang yang pertama saya hubungi adalah ibu Dra.Hj.Urai Titin Hiswari (sekarang Dra.H.Urai Titin Hiswari.M.Si) disusul kedua bapak Drs.Marhaki (sekarang almarhum) kemudian almarhum Drs.Marhaki mengajak bapak Drs.Zuldafrial (sekarang Drs.Drs.Zuldafrial.M.Si) yang kebetulan waktu itu Drs.Zuldafrial sebagai Staf beliau pada Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar. Selanjutnya disusul dengan bapak Drs.Siswoyo (sekarang Drs.H.Siswoyo.M.Pd) yang telah lebih dulu mengajar sebagai dosen luar biasa di STKIP-PGRI Pontianak sejak 1983, juga bersedia meninggalkan jabatannya sebagai guru STM Negeri 1 (sekarang SMKN 1) meskipun beliau telah berpangkat III.b dan masa kerja lama rela meninggalkan STM  untuk menjadi dosen PNSD di STKIP-PGRI Pontianak dengan masa kerja nol tahun kembali. Saya yakin kami hanya segelintir orang yang ditolong/dibantu beliau, artinya masih banyak kami-kami yang beliau bantu dalam perjuangan hidupnya mencapai kesuksesan.

Kamilah yang pertama kali diangkat menjadi dosen tetap PNSD dipekerjakan pada STKIP-PGRI Pontianak tahun 1986 oleh Kopertis Wilayah II Palembang ketika itu.  Sekarang STKIP-PGRI Pontianak masuk dalam jajaran Kopertis wilayah XI Kalimantan yang berkedudukan di Banjarmasin. Periode berikutnya tepatnya tahun 1987 masa kepemimpinan bapak H.M.ALI AS.,SH direkrut kembali orang pilihan beliau melalui bapak Drs.H.Syarif Said Alkadrie (Pembantu Ketua I, waktu itu merangkap sebagai Ketua AMPI Kalbar, sekarang mantan Anggota DPRRI). Mereka adalah bapak Drs.Samion AR (sekarang Prof.DR.H.Samion H.AR.M.PD) Ketua  STKIP-PGRI Pontianak dan Dra.Sulha (Sekarang Dra.Hj.Sulha,M.Si Sebagai Pembantu Ketua II)

Sebagai guru SDN Inpres Nomor 6 Tahun 1974 yang sudah mengajar dengan masa kerja kurang lebih 10 tahun sejak tahun 1975 di SDN 67 Pontianak hingga tahun 1985 dengan pangkat dan Golongan III.b,  saya ragu untuk bisa menjadi dosen STKIP-PGRI, apalagi untuk menjadi dosen harus mengulang masa kerja nol tahun kembali. Sungguh saya ragu, karena masa itu calan mahasiswa yang masuk STKIP-PGRI tidak pernah lebih dari 100 orang dari emempat Jurusan yang ada waktu itu yaitu : Jurusan Administrasi Pendidikan (AP), Bimbingan dan Konseling (BK), Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Matematika.   Tetapi berkat motivasi yang tinggi dan kepiawaian beliau mengadakan pendekatan, saya menjadi yakin dan terus maju sekalipun harus mengulang masa kerja nol tahun kembali. Beliau selalu menekankan prinsip hidup hemat, terus berkarya, mulai dari yang sekecil apapun untuk mencapai sesuatu besar demikian beliau berucap.Prinsip beliau yang tak pernah terlupakan salah satunya adalah “sehari sehelai benang setahun sehelai kain” Prinsip beliau ini masih saya rasakan menggema dalam lubuk hati sanubari yang paling dalam. Itulah yang membuat saya tidak ragu-ragu lagi melepaskan jabatan saya sebagai guru SD sekalipun harus kehilangan masa kerja lebih kurang 10 tahun. Sebab dibalik itu saya yakin dengan menjadi dosen saya dapat mengejar ketertinggalan saya dalam segala hal.Hipotesa ini terbukti dan menjadi kenyataan tanggal 15 Septembar 2006 saya dilanting menjadi guru besar STKIP-PGRI Pontianak. Semua ini tidak lepas dari motivasi bisikan-bisikan beliau yang selalu saya amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dulu saya merasa ragu menjadi dosen STKIP-PGRI Pontianak, Sekarang saya bangga, karena berkat menjadi dosen STKIP-PGRI Pontianak saya bisa meningkatkan derajat hidup saya sperti sekarang ini serta bisa mengajar di STKIP-PGRI Pontianak yang saat ini memiliki mahasiswa tidak kurang dari empat belas ribu orang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan kami diangkat menjadi dosen tetap PNSD pada STKIP-PGRI Pontianak adalah tidak lepas dari kegigihan bapak Drs.H.Syarif Said Alkadrie (mantan anggota DPRRI)  yang banyak punyal “andil”  dalam memperjuangkan kami menjadi dosen tetap PNSD STKIP-PGRI Pontianak. Prof.DR.H.Hadari Nawawi pada waktu sudah menjabat Rektor UntanPontianak. Beliau bersikeras berupaya agar STKIP–PGRI Pontianak segera memiliki dosen tetap PNSD.Sungguh luar biasa perjuangan beliau-beliau ini tanpa pamrih, tanpa harap balas jasa, tanpa pilih kasih, patut untuk ditiru dan diteladani.

Delapan tahun telah berlalu, tepat tahun 1992 beliau selalu mengingatkan saya setiap kali ketemu agar terus meningkatkan kemampuan diri dengan terus belajar, dan mengambil pendidikan S2 jika ada kesempatan demikian ungkap beliau. Sungguh saya “salut”  sekalipun tidak lagi menjabat sebagai Dekan Koordinator di STKIP-PGRI (istilah Ketua pada waktu itu) beliau masih tetap menyadarkan saya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Atas dasar itu pula saya mencari informasi untuk masuk pendidikan S2 yang pada waktu itu dipandang sangat “sacral” sekali. Saya mencari dan terus mencari informasi, akhirnya dapat bahwa IKIP-Malang (sekarang Universitas Negeri Malang) menerima calon mahasiswa S2. Dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Juga menerima calon mahasiswa S2. Saya mengikuti tes kedua-duanya ternyata juga kedua-duanya lulus. Hanya di UGM lulus tanpa “Beasiswa”  sedangkan di IKIP-Malang lulus dengam “Beasiswa”  (TMPD istilah waktu itu). Tertarik dengan mendapat TMPD saya pilih di IKIP Malang, saya mulai belajar di IKIP-Malang 20 Agustus 1992 dan selesai S2 16 Januari 1995. Setelah selesai S2 saya kembali mengabdi di STKIP-PGRI Pontianak. Setelah mengabdi/mengajar kembali di STKIP-PGRI Pontianak, tahun 1995 sampai dengan tahun 1999  saya kembali melanjutkan pendidikan S3 di IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia) dan selesai 25 April  2003.

Tali silaturahmi antara saya dan beliau tidak pernah putus sekalipun beliau sudah berdomisili  di Jakarta, apalagi menjelang hari besar keagamaan beliau selalu menelpon saya beliau kurang suka dengan SMS, kalau di SMS pasti segera menjawab dengan menelpon langsung. Ketika Promosi guru besar saya tanggal 15 September 2006, saya tidak dapat  mendatangkan beliau mengikuti prosesi acara pelantikan saya sebagai guru besar karena kondisi ekonomi saya yang waktu sangat lemah. Saya sangat sedih, sampai-sampai saya harus menangis tak terkendali ketika menyampaikan orarasi ilmiah pidato pengukuhan guru besar saya. Tambahan lagi orangtua saya (ayah saya) baru meninggal setahun ketika saya dilantik menjadi guru besar. Ibu saya telah lama meninggal  ketika saya kelas I SMP di Sintang. Semua orang yang saya sayangi dan saya cintai, baik secara fisik maupun secara ilmuan tidak bisa hadir ketika saya dikokohkan menjadi guru besar di STKIP-PGRI Pontianak. Suatu penyesalan dan kenangan yang amat menyakitkan bagi saya selama hidup di dunia ini. Itulah yang terjadi waktu itu apa hendak dikata. Sebulan setelah Promosi Guru Besar saya, beliau datang ke Pontianak mengajar S2 Pasaca Sarjana Magister Hukum (MH) Untan. Beliau sangat bangga atas keberhasilan saya dapat mencapai gelar doctor dan apalagi mengetahui saya telah dikokohkan menjadi Guru Besar STKIP-PGRI Pontianak Perguruan Tinggi yang beliau sendiri “lahirkan” (dirikan). Hal itu tampak sekali diraut wajah beliau ketika menerima teks pidato pengukuhan guru besar yang saya berikan. Dengan sigap beliau berpesan agar selalu menjaga nama almamater dan kesehatan 

Keberhasilan dan karier beliau sebagai putra Kalbar yang brilian Sejak 1965-1969 dosen pada IKIP Bandung Cabang Pontianak. Tahun 1969-1991 dosen dan guru besar pada FKIP-Universitas Tanjungpura Pontianak. Guru Besar kepala UPBJJ-Universitas Terbuka Pontianak (1991). Dosen dan guru besar UT di Jakarta (1995). Selama 31 tahun bertugas di Pontianak menjadi dosen dan guru besar tidak tetap di Fakultas Tarbiyah Pontianak (1965-1996), pendiri STKIP-PGRI Pontianak dan Singkawang (1980-1996). Memiliki Konsentrasi bidang Psikologi, Manajemen/ Administrasi Pendidikan, dan Metode Penelitian. Serta sejak 1994 aktif mengajar pada program MM di berbagai perguruan tinggi, dengan konsentrasi bidang ajar Manajemen SDM dan Perencanaan SDM dan penunjang Metodologi Penelitian dan Andragogy. Pengalaman kepemimpinan/manajemen beliau diperoleh dari jabatan di Perguruan Tinggi sebagai Ketua Jurusan, Pembantu Dekan, Dekan di lingkungan FKIP-IKIP Pontianak, FKIP-Universitas Tanjungpura dan Ketua STKIP-Pontianak, Rektor Universitas Tanjungpura selama 2 periode (1982-1991) dan diakhiri sebagai Kepala UPBJJ-UT Pontianak (1991-1996), saya pikir adalah merupakan eksistensi nyata bahwa beliau adalah “seorang ilmuan dan pendidik sejati” yang pantas disebut sebagai pahlawan pendidikan

Juni tahun 2010 ketika mendengar informasi saya sakit jantung, beliau  langsung menelpon  saya supaya segera berobat (operasi) di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta karena beliau pernah operasi jantung disitu katanya. Setelah saran beliau itu saya sering bolak balik Pontianak-Jakarta Jakarta-Pontianak untuk berobat jantung. Beliau selalu mengecek keberadaan saya. Akhirnya 24 Juli 2010 jantung saya dipasang 5 sten (balon) oleh DR.Dr.Fuad di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Beliau tidak putus-putusnya menghubungi/mengecek keberadaan saya ketika kurang lebih 2 minggu saya berada di rumah sakit. Saya merasa terhibur oleh suara beliau yang khas, apalagi ditempat yang jauh secara geografis antara Jakarta-Pontianak tidak ada keluarga dan kerabat dekat yang mengunjungi saya, kecuali saudara-saudara kandung yang mendampingi saya operasi. Suara beliau, kepedulian beliau memonitor keadaan saya ketika sakit  merupakan obat mujarab dan kehormatan tersendiri bagi saya untuk bangkit dan sembuh kembali.

Keadaan saya membaik, beliau terus memonitor meskipun saya sudah pulang ke Pontianak. Oleh Dokter saya diwajibkan untuk periksa “Chek Up” Jantung secara berkala minimal 2 bulan sekali di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Kegiatan ini saya laku berulang-ulang hingga saat ini. Pada suatu hari Selasa 21 Februari 2012 sungguh saya terkejut seperti gelegar petir disiang hari mendengar informasi beliau “sudah tiada” dalam hati saya meronta dan menenagis meneteskan air mata. Hal ini semakin membuat saya bertambah sedih karena dimana ketika seminggu lagi saya akan ke Jakarta untuk berkonsultasi “Chek Up” Jantung di rumah sakit Jantung Harapan Kita Jakartan sesuai yang beliau sarankan kepada saya dan saya merencanakan sekalian akan ketemu beliau, terdengar kabar bahwa beliau telah berpulang ke “rah matullah” dipanggil menghadap Sang Pencipta. Semakin Jantung saya terasa sakit menahan gejolak jiwa dan perasaan sedih yang tak terkendali, saya tertegun, nafas sesak, badan tak berdaya, semangatku lemah gemulai, jiwaku meronta-meronta menangis terus meneteskan air mata, pikiranku melayang tak tentu arah mengenang jasa baik dan didikan yang telah beliau tanamkan dalam diri saya sejak tahun 1974 hingga beliau (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) wafat 21 Februari 2012 di RSPAD Gatot Subroto pada jam 15.00wib, semoga Arwah beliau di terima di sisi-NYA. Alamat Rumah: Gudang Peluru Timur III J No 236, RT 5/3 Kebon Baru Tebet Jakarta, merupakan wujud nyata bahwa beliau adalah seseorang tokoh pendidik dan ilmuan yang hidupnya bersahaja.

Jujur saya katakan ; Sebagai lulusan SPG Negeri Sintang bisa bertugas mengajar sebagai guru SD Inpres Nomor 6 Tahun  1974 ke Kota Pontianak karena kebijakkan beliau, saya bisa masuk kuliah  juga karena kebijakkan beliau, saya pertama kali menjadi staf dan dosen di STKIP-PGRI Pontianak tanggal 11 Mei 1984 juga karena nota beliau, saya bisa sperti sekarang ini juga tidak lepas dari motivasi dan inspirasi dari beliau yang selalu menanamkan hidup hemat dan berdisplin kapanpun dan dimanapun kita berada. Pendek kata semua perjuangan hidup saya tidak lepas dari kebijakkan dan sepak terjang beliau sebagai tokoh pendidik di Kalimantan Barat ini.  


Inilah kenangan manis dan panjang dari beliau dalam membentuk kepribadian dan karakter saya hingga saya bisa jadi sperti sekarang ini. Kenangan ini akan tetap terus terukir dan tertanam dalam hati sanubari saya yang paling dalam dan tidak pernah terlupakan selama hayat dikandung badan. Selamat jalan ayahku, selamat jalan guruku, tiada intan permata, tiada emas mutiara yang dapat nandamu persembahkan sebagai balas budi dan jasa, hanyalah tangis dan Do’a ku selalu menyertai kepergianmu menghadap Sang Pencipta. Semoga Arwah guruku, ayahndaku di terima di sisi-NYA. Amin


B.   Mengenang Prof.DR.H.Hadari Nawawi Sebagai Ilmuan dan Pendidik Sejati
Prof. Dr. H. Hadari Nawawi adalah Guru Besar Utama pada Universitas Terbuka Jakarta. Lahir di Kab. Sambas Kalimantan Barat, pada 18 Januari 1942. Meraih gelar Doktor dalam bidang Manajemen Pendidikan dari IKIP Jakarta pada tahun 1980. Beliau memulai karier sebagai pendidik sejak masih menjadi mahasiswa di Bandung (1962-1965). Sejak 1965-1969 dosen pada IKIP Bandung Cabang Pontianak. Tahun 1969-1991 dosen dan guru besar pada FKIP-Universitas Tanjungpura Pontianak. Guru Besar Kepala UPBJJ-Universitas Terbuka Pontianak (1991). Dosen/guru besar UT di Jakarta (1995).  Selama 31 tahun bertugas di Pontianak menjadi dosen dan guru besar tidak tetap di Fakultas Tarbiyah Pontianak (1965-1996), Pendiri STKIP-PGRI Pontianak dan Singkawang (1980-1996). Konsentrasi bidang Psikologi, Manajemen/ Administrasi Pendidikan, dan Metode Penelitian. Sejak 1994 aktif mengajar pada program MM di berbagai perguruan tinggi, dengan konsentrasi bidang ajar Manajemen SDM dan Perencanaan SDM dan penunjang Metodologi Penelitian dan Andragogy adalah seorang ilmuan dan tokoh pendidik sejati yang dekat dengan mahasiswa dan masyarakat. Beliau adalah seorang dosen yang sangat disiplin dan selalu memanfaatkan waktu luang. Masa saya studi, perkuliahan bedliau selalu dilakukan pada setiap jam 05.00 pagi hari. Hampir semua mata kuliah beliau dilakukan seperti itu. Kedisiplinan beliau dan kepintaran beliau mengatur waktu terpatri dan melekat dalam hidup saya sebagai anak asuhannya. Itupulah yang membuat saya merasa ada yang salah atau ada sesuatu yang kurang kalau saya belum berada dikampus STKIP-PGRI Pontianak pada jam 05.30 setiap hari kerja, kecuali dalam keadaan sakit. Dalam keadaan sakit sekalipun spanjang bisa bangun dan berjalan tetap saya upayakan untuk bisa hadir di kampus.
Pengalaman kepemimpinan/manajemen yang beliau peroleh dari jabatan di Perguruan Tinggi sebagai Ketua Jurusan, Pembantu Dekan, Dekan di lingkungan FKIP-IKIP Pontianak, FKIP-Universitas Tanjungpura dan Ketua STKIP-Pontianak, Rektor Universitas Tanjungpura selama 2 periode (1982-1991) dan diakhiri sebagai Kepala UPBJJ-UT Pontianak (1991-1996). Pengalaman kepemimpinan/manajemen juga diperoleh dari jabatan selaku Kepala Perpustakaan Daerah Kalbar (4 tahun), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dati I Propinsi Kalimantan Barat (1971-1982) dan sejak 1997 selaku Kepala LPPM-UPI YAI Jakarta, menunjukkan bahwa beliau sebagai adalah sosok seorang pemimpin umat, pemimpin masyarakat yang patut di teladani.
Dalam memberi perkuliahan  setiap materi yang beliau (Prof.DR.H.Hadari Nawawi) sampaikan selalu tersusun secara sistimatis sehingga mudah dipahami oleh para mahasiswa. Selain mengesankan dan kepiawaiannya dalam menyusun materi dan memilih strategi mengajar, sosok Prof.DR.H.Hadari Nawawi amat lekat dikalangan mahasiswa dan masyarakat, karena kewibawaannya yang menonjol. Setiap memberikan perkuliahan beliau selalu tampil rapi dan tuntas menyajikan materi. Materi perkuliahan yang sesungguhnya sulit seperti metode eksperimen yang banyak menggunakan rumus-rumus perhitungan statistic dan metode penelitian yang merupakan pedoman untuk membuat skripsi (karya ilmiah) yang tidak gampang diserap semua orang menjadi mudah dicerna dan dipelajari jika beliau menyajikannya. Sungguh saya kagum atas kepintaran beliau. Kepiawaian beliau mengajar dan menyajikan materi khususnya mata kuliah metode eksperimen dan metode penelitian inilah yang telah menginspirasi saya untuk berbuat berani melangkah menerbitkan buku “Metode Penelitian” yang dicetak oleh CV. Alfhabeta Bandung yang kini sudah beredar di tokoh-tokoh buku seluruh Indonesia.
Kesan saya yang amat mendalam dan tidak kalah pentingnya terhadap sosok Prof.DR.H.Hadari Nawawi adalah ketika kami ujian mata kuliah metode eksperimen di kampus lama FKIP-Untan Pontianak (sekarang dipakai untuk SMA Santun Untan). Beliau memberikan ujian mata kuliah “Metode Eksperimen”. Ujian dimulai jam 07.00 s/d jam 14.00 siang. Peserta ujian diperboleh membawa bekal masing-masing. Tepat jam 14.00 semua pekerjaan ujian harus dikumpulkan tidak peduli selesai atau tidak selesai ujian itu. Banyak diantara kami peserta ujian yang tidak dapat lulus sekali tempuh  ujian, bahkan ada yang harus menempuh sampai tiga (3) kali ujian atau lebih mata kuliah itu. Sungguh beliau mengharapkan semua mahasiswa asuhannya mengerti dan memahami materi yang beliau telah ajarkan. Tidak hanya itu saja menurut saya, makna yang dapat diambil disini adalah semua mahasiswa asuhannya diharapkan bisa mengajar atau menyajikan mata kuliah yang pernah beliau sampaikan.
Sementara itu sikap religius beliau amat tampak dalam kehidupan kesehariannya sebagai seorang mulim. Sikap religius beliau tampak pula ketika beliau menetapkan motto Untan sebagai kampus yang ilmiah, edukatif dan religious. Sikap itu pula yang menyebabkan beliau sangat berdisiplin dalam hal waktu shalat, sehingga pernah keluar anjuran beliau agar  seluruh dosen dan mahasiswa berhenti kuliah sejenak ketika adzan berkumandang. Saya sangat menghargai kebijakkan beliau. Sikap multikulturalnya juga amat menonjol, tampa memandang suku, agama dan golongan. Hal ini dapat dibuktikan ketika beliau membangun Auditorium Untan jelas tampak bernuansa; Dayak, Melayu dan Cina sebagai etnis terbesar di Kalbar ini
Kepemimpinan beliau yang kuat juga terpancar amat jelas. Selain tampak ketika beliau menjadi Rektor Untan juga sejak beliau memulai kariernya sebagai pendidik sejak beliau masih menjadi mahasiswa di Bandung tahun 1962-1965. Tahun 1965-1969 sebagai dosen IKIP Bandung Cabang Pontianak. Tahun 1969-1991 dosen/guru besar FKIP-Universitas Tanjungpura Pontianak.Guru Besar Kepala UPBJJ-Universitas Terbuka Pontianak tahun 1991. Dosen dan Guru Besar UT di Jakarta tahun 1995.  Selama 31 tahun beliau bertugas di Pontianak menjadi Dosen dan Guru Besar tidak tetap di Fakultas Tarbiyah Pontianak tahun 1965-1996, Sebagai pendiri STKIP-PGRI Pontianak dan Singkawang tahun 1980-1996. Beliau juga memiliki konsentrasi ilmu bidang Psikologi, Manajemen/Administrasi Pendidikan, dan Metode Penelitian. Sejak 1994 aktif mengajar pada program MM di berbagai perguruan tinggi, dengan konsentrasi bidang ajar Manajemen SDM dan Perencanaan SDM dan penunjang Metodologi Penelitian dan Andragogy adalah seorang ilmuan dan tokoh pendidik sejati yang dekat dengan mahasiswa dan masyarakat, tidak membedakan suku,  agama, ras dan golongan semakin menguatkan keyakinan saya bahwa beliau memang sosok tokoh  ilmuan dan pendidik sejati yang patut diteladani dan pantaslah kira disebut “Pahlawan Pendidikan Kalimantan Barat”. Semoga. Penulis adalah Guru Besar Kopertis Wilayah XI Kalimantan dipekerjakan pada STKIP-PGRI Pontianak.