Sabtu, 21 Juli 2012


BELANDA   PERANG   TUMBANG  TITI
Pada  tahun 1914  kerajaan matan telah terlibat menandai   tangani   momok rakyat yang terkenal  di kalimantan barat korte veklaring (pelekat pendek). Isinya memaksa rakyat harus membayar blasting kepada Belanda. Pada waktu itu rakyat sangat merasa keberatan, karena  sifatnya sangat memaksa tanpa pikir kesusahan rakyat. Rasa keadilan dari rakyatdan rasa   kemanusian dari kompeni belanda, bersama   sekali tidak  ada.   Selalu bertindak   keras   tak punya   kasihan.
Hal ini  telah membawa rakyat  kje alam gelisah. Pengemuka-pengemuka    rakyat lebih tertekan perasaan, karena tindakan  kerajaan yang begitu    ceroboh, tanpa  berunding terlebih dahulu telah menanda tanganinya.  Siang  malam   telah menjadi buah mulut  berunding. Mereka   bersatu    mengatursiasat untuk  berontak   terhadap penjajah  yang tak tahu malu, tak terbayarkan. Kita harus bangun membela rakyat yang terindas. Dibentukalah  pasukan-pasukan   tempur,   pasukan   penghadang  dan pasukan  bertahan.
Pasukan penyerang dipimpin oleh Uti Usman alias Uti unggal   pembantunya, uti   makhmud, daeng uti  tentamak dll.   Pusat  pertahanan ditetapkan   di kampung   kedang  hilir tumbang titi. Di tempat   ini akan   dibuat  benteng    bambu bercampur tanah. Segala  macam   senjata   disiapkan. Barupa senapan lantak, tombak, utar-utar (persial),  memandau parang  dan  lain sebagainya.
Sedang mereka mengadakan persiapan tersebut, belanda telah menciumnya. Tak  dapat disangkal, bahwa kaki tangan belanda   juga tak   kurang mengintai dan  mempelajari situasi.
Pasukan belanda yang terkenal dengan sebutan kompenie, pimpinan   kapten Frendrik Alexander Brans, segera dikerahkan menyerang.  Untunglah  pasukan  tumbang  titi selalu waspada. Selalu mengadakan   pengintaian dan penyelidikan serta penjaga dari segala penjuru   yang ada   kemungkinan masuknya pasukan musuh. Pasukan tumbang titi sangat berhati-hati sekali, mengahadapi musuhnya. Tiba-tiba berita     menjangkau pendengaran mereka.
Pasukan sedang datang hendak menyerang. Pimpinan pasukan   tumbang titi dengan tegas memerintahkan agar segera menempatkan   pasukan penghadang. Segala penjuru yang dikirakan musuh  akan  masuk, kesanalah   pasukan   penghadang  diberangkatkan. Beberapa  lokasi  penghadangan ditunjuk  khusus,  seperti  di matai   bedug, sesuatu   tempat  padang lalang melulu, pasukan   lain ditempatkan    ke pebihinga, kecamatan tumbang   titi juga. Yang lain tetap di tempat   mengatur  siasat (pos komando)  ditumbang   titi.   Pimpinan   telah menyerahkan   segala kebijaksanaan penghadangan kepada   komandan  tentemak.
Pada tanggal   22 mei  1914, sedang sang surya  memancarkan  sinar keemasan di ufuk timu yang cemerlang menarik telah mengajak ria akan pasukan pimpinan tentamak mengangkat mata memandang musuhnya. Belanda yang sedang masuk daerah kantongnya dinatai bedug. Kapten brans berjalan didepan memimpin pasukan dengan gagahnya. Lagak langkah-langkahnya mengharapkan kemenangan yang gemilang. Tanpa  disadarinya laras lantak senapan, tentemak telah menjurus ke dahinya siap   memuntahkan  pelurunya.
Dengan teriakan bersemangat tentamak berseru sekuat tenaga    terimalah   belasting tiga   suku. Sekaligus  pelurunya telah  menembusi   dahi kapten brans. Kapten brans gugur seketika itu juga, tanpa     perlawanan sedikitpun. Pasukan kompenie belanda kocar kacir, tak menentu   lari berlindung. Spontan  timbul perasaan tak puas tentemak     dengan kematian  kapten   berans  jika kepala  kapten  berans tidak dibawanya pulang  sebagai adat menang   perang. Tanpa pikir panjang    melombatlah tentemak ke tubuh yang sedang  terpakar tak berdaya   dengan mandau  terhunus siap  memenggal leher kapten   brans.  Sedang tentemak meletakkan mandaunaya ke leher kapten Brans melayangkan sebatang peluru pistol musuh menyelinap ke dadanya dan telah merenggut nyawanya bersusunlah kedua tubuh pemimpin musuhan itu dan telah gugur ditelan maut.
            Pasukan Tumbang Titi mendengar ledakan yang bersahutan itu yang telah mengajakmereka serentak membakarpadang lalang dari segala jurusan. Nyala api pembakaran padang lalang berkobar – berkobar telah membungkus rapat pasukan Belanda, sehingga kompeni Belanda jadi kelabakan lari mau menyelamatkan dirinya masing – masing.
            Setelah pertempuran redah, sang pemimpin Tentemak dicari anak buahnya, tapi tak diketemukan janazahnya. Entah kemana hilangnya, hingga kini tak dijumpai seorangpun.
            Sedangkan makam Kapten Brans kedapatan rapih berhias rantan kelilingnya dengan tulisan nama lengkap  di sudut jalan kota Ketapang bersebrangan jalan dengan lapangan RAHADI USMAN.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini setiap negara menuntut dari warganya kesetiaan dan tanggungjawab agar menjadi bangsa yang tangguh. Loyalitas tersebut tidak dengan sendiriannya tumbuh. Sehingga dengan adanya kesadaran akan identitas atau jati diri sebagai suatu bangsa hanya bisa terbentuk bila seseorang memperoleh informasi yang akurat tentang sejarah bangsanya. Dalam kasus indonesia sepatutnya mempelajari siapa dirinya.
Sehingga pada era globalisasi seperti sekarang ini kita selalu dihadapkan pada permasalahan dan tersebut selalu beerkaitan dengan masalah lainnya. Sedangkan untuk mencari pemecahan masalah kita perlu dan harus mengetahui hal-hal yang melatar belakanginya. Hal ini berarti menuntut kita untuk mengorek-gorek peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Karena peristiwa tersebut dapat terjadi sebagai landasan atau pedoman dalam menginterprestasikan peristiwa yang sedang dihadapi untuk mengetahui sejarah.
      Oleh sebab itu negara menuntut dari setiap warga negaranya setia dan tanggung jawab agar menjadi bangsa yang tangguh.Loyalitas tersebut tidak dengan sendirinya tumbuh. Kesadaran akan identitas atau jati diri sebagian suatu bangsa hanya dalam kasus indonesia, bangsa indonesia sepatutnya mempelajari siapa dirinya.
      Kejadian-kejadian penting apa yang telah berlangsung yang berpengaruh terhadap sosok bangsa indonesia masa kini. Dalam hal pemanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah, kajian yang kritis analisis hendaknya digunakan agar kita memahami kondisi-kondisi pada waktu lampau yang memperoleh peristiwa penting.
      Peninggalan benda bersejarah merupakan salah satu dari sumber sejarah, di samping dokumen dan pemahaman terhadap rangkaian peristiwa-peristiwa sebelumnya serta pengkajian para pelaku sejarah. Pemahaman dan penghargaan yang membutuhkan sikap terikat(commited), terhadap” negara kesatuan” misalnya, tercapai melalui keragaman budaya. Dengan mempelajari dan belajar dari sejarah berarti kita berpeluang untuk menjadi aktif karena menghindari kesalahan-kesalahan masa lalu.
      Kita secara inspiratif kita dapat menangkap nilai-nilai yang sangat positif yang sangat relevan dengan masa yang akan datang. Sehingga secara inspiratif, kita mengungkap nilai-nilai yang bersifat positif yang sangat relevan pada saat ini meskipun adanya materi tantangan berbeda.
      Kalau kita mencermati kedua hal peristiwa tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu berupa keadaan akonomi,agama, nilai-nilai masyarakat, keadaan geografis dan lain-lain.
       Adanya keadaan yang di alami oleh orang-orang yang memberikan urunan untuk menghasilkan suatu peninggalan yang monumental, hal ini jarang sekali terungkap, hal ini sebenarnya sangat penting untuk dipikirkan secara imajinatif, maka hal ini kita perlu mempelajari sejarah untuk membahas kontribusi faktor-faktor untuk mempertanyakan secara kritis.
       Terdapatnya catatan-catatan yang terjadi di masa lampau dan peninggalan monumental yang secara fisik mati. Sehingga memiliki makna yang sangat dinamis melalui pengajaran pertanyaan yang sangat kritis dalam perspektif dengan mengaitkan dengan berbagai faktor. Sehingga dengan demikian kita belajar sejarah belajar untuk berpikir.
         Tetapi sejarah tidak saja membicarakan maa lampau saja, melainkan juga mngenai hal yang terus mnyertai masyarakat dal;am kehidupan masa kini guna menyongsong masa depan jadi “sejarah” layaknya seperti jenis kebutuhan lainnya bagi kehidupan manusia  (Susanto Zuhdi 2000:3). Maka dengan demikian timbul apa yang di sebut Sejarah Sosial.
Sejarah lokal, sejarah kotenporer dan sebagainya. Pada penulisan ini selalu mengkaitkan dari masa lampau ke masa kini yang tersusun dalam waktu yang cukup lama.
         Begitu pula tentang penulisan pertumbuhan dalam perkembangan suatu kota merupakan suatu hal yang menarik karena banyak faktor yang mempengaruhi sehingga proses pertumbuhan itu bisa berjalan dengan baik.salah satu kajian yang akan di bahan dalam kajian yang akan di bahan dalam tulisan ini adalah “KABUPATEN KAPUAS HULU SUATU TINJAUAN SEJARAH SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI”.
         Penulisan ini merupakan salah satu tinjauan sosial budaya dan ekonomi dengan peranan untuk menggambarkan kehidupan kota Kapuas Hulu. Munculnya Kabuparen Kapuas Hulu tidak begitu saja melalui tahapan-tahapan atau waktu yang sangat panjang sampai pada Kabupaten Kapuas Hulu pada saat ini.
1.2 Masalah
       Informasi mengenai munculnya Kabupaten Kapuas Hulu Suatu Tinjauan sejarah Sosial Budaya dan Ekonomi pada umumnya belum banyak diketahui oleh masyarakat baik di Kabupaten Kapuas Hulu masih terbilang sangat sedikit. Tidak berkembangnya informasi di sebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya inventarisasi dan dokumentasi Kabupaten Kapuas Hulu Suatu Tinjauan Sosial Budaya dan Ekonomi sendiri pada generasi muda.
      Untuk memperoleh sumber Kabupaten Kapuas Hulu Suatu Tinjauan Sosial Budaya dsn Ekonomi harus di dukung oleh banyak  data-data primer seperti arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Kabupaten Kapuas Hulu, sehingga dapat di ungkapkan secara lengkap.
      Dengan sumber sejarah yang ada di Kalimantan Barat khususnya yang berkaitan dengan Sejarah Soaial Budaya dan Ekonomi dapat banyak mendukung data-data yang di perlukan oleh penulis. dengan terungkapnya “Sejarah Sosial Budaya dan Ekonomi” tersebut di harapkan dapat di sebarluaskan pada masyarakat luas.
1.3 Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup penulisan kabupaten Kapuas hulu suatu tinjauan sejarah social budaya dan ekonomi dapat banyak mendukung data –data yang diperlukan oleh penulis. Dengan terungkapnya sejarah social budaya ekonomi dan kemudian sampai akhirnya menjadi suatu kabupaten sampai dengan kondisi pada saat sekarang ini ( tahun 1942 – 2007 ). Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi hal ini diikuti oleh perkembangan didalam kehidupan masyarakat baik mengenai penduduk, pola pemukiman, mata pencaharian dan sebagainya.

1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini secara umum meliputi tentang Kapuas hulu suatu tinjauan sejarah social budaya dan ekonomi yang merupakan salah satu usaha untuk menggali dan juga mengembangkan sejarah local yang merupakan suatu sejarah berada dalam wilayah Indonesia yang merupakan suatu cara dari kebudayaan nasional Indonesia. Dengan adanya sejarah nasional Indonesia untuk mengembangkan suatu sejarah daerah.
Tujuan penulisan ini secara khusus dari penulisan kabupaten Kapuas hulu suatu tinjauan sejarah social budaya dan ekonomi ini untuk mengharapkan pertumbuhan dan perkembangan kabupaten Kapuas hulu sampai dengan perkembangan ssampai saat ini.
Dengan adanya penulisan ini supaya untuk menambah sebuah referensi yang diharapkan dapat memberikan sepintas gambaran tentang sejarah local kabu paten Kapuas hulu kepada para pengambil keputusan dalam membuat dan menentukan kebijaksanaan didaerah tersebut.

1.5 Metode penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini penulis mengemukakan metode penelitian yang meliputi :
·         Metode wawancara yaitu mengadakan wawancara dengan informan guna mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai bahan penulisan.
·         Metode kepustakaan yaitu mutlak dilakukan dalam penulisan ini dengan mencatat sumber-sumber kepustakaan yang ada di pelajari serta bahan-bahan kepustakaan, mempelajari serta meniliti bahan-bahan kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai pendukung  dalam penyelesaian penulisan.
·         Studi lapangan yaitu mengadakan penelitian langsung kelapangan, guna mendapatkan mendapatkan informasi tentang lokasi penelitian sample, sekaligus melakukan wawancara kepada responden guna mendapatkan data yang diperlukan.
Suatu penulisan akan memperoleh hasil seperti diharapkan apabila menggunakan suatu atau beberapa metode yang sasaran seperti yang diharapkan. Pada kegiatan ini terbagi menjadi 3 tahap yaitu :

1.5.1 Tahap  Persiapan
Pada tahap persiapan ini penulis melakukan persiapan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan tersebut,yaitu mulai dari pemilihan judul-judul, pembuatan proposal dan aspek-aspek yang perlu dan disesuaikan dengan kemampuan penulisan. Pada tahap ini, penulisan juga mengajukan pedoman wawancara, menentukan jadwal penelitian kelapangan mengolah data, analisis data serta penyusunan laporan.
Dalam kegiatan tersebut ada 4 tahap yang digunakan yaitu melakukan pencarian terhadap jejak-jejak yang ditinggalkan tersebut secara kritis, berusaha untuk  membayangkan mengenai bentuk dari pristiwa yang terjadi pada masa lampau itu dan menyampaikan hasil-hasil sesuai dengan jejak-jejak maupun dengan imajinasi ilmiah (Notosusanto 1978 : 35 ).
Setelah bukti-bukti sejarah itu diketemukan, barulah dilakukan:
1.    Hiuristik, yaitu proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah berupa benda bangunan, berkakas, sumber tertulis (dalam) dan sumber lisan ( hasil wawancara ).
2.    Kritik yaitu proses untuk menyeleksi data menjadi fakta.
3.    Interpretasi yaitu merangkaikan fakta-fakta menjadi keseluruhan yaitu yang masuk akal.
4.    Histografi yaitu merangkaikan fakta-fakta menjadi kisah sejarah (Zuhdi 1992:1).
Data-data mengenai peristiwa sejarah tidak semua di peroleh dari catatan-catatan tertulis, maka dalam kegiatan penulisan ini, penulis juga menggunakan metode sejarah lisan berupa wawancara. Metode ini merupakan metode pelengkap untuk dapat merekonstruksi peristiwa sehingga menjadi lebih luas dimensinya karena data-data tidak terdapat di dalam catatan tertulis dapat dilengkapi dengan rekaman-rekaman suara. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, penulis menentukan nara sumber sebagai informasi pokok yang mengetahui betul mengenai peristiwa tersebut (Singarimbun, 1989 ;92).

1.5.2 Tahap Analisa Data
            Tahap analisa data ini penulis  mengambil langkah menganalisa data ini, yaitu setelah data-data itu terkumpul, baik dari hasil studi maupun dari hasil wawancara dengan nara sumber. Sumber itu dilakukan analisa mengenai sumber primer dan sumber sekunder, sebab titik tolak karya sejarah adalah mengenai sumber  penggunaan sumber baik primer maupun sekunder (Gottshalk, 1986, 33-40).
             Fedrik juga menambahkan pula bahwa landasan utama sejarah adalah bagian mengenai bukti-bukti sejarah yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan ditulis. Sumber itu dapat berupa arsip, surat-surat pribadi atau surat kabar bukti ini di pelajari kemudian dipertimbangkan mana yang sesuai dengan pokok masalah (1984 : 13-14).
            Hasil dari penelitian diseleksi dan dianalisa untuk mendapatkan fakta yang dapat dipercaya dan keabsahannya dapat terjamin. Dan keterangan dan hasil dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan dan wawancara mengingat bahwa setiap keterangan tidak luput dari subyektifitas yang di kemukakan oleh informan atau penutur. Setelah itu di lakukan perhubungan dan penerangan fakta-fakta yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji menjadi sebuah kisah (Kartodirjo, 1992 : 18-19). Sehingga dengan demikian menjadilah suatu tulisan yang bersifat diskritif analisis.

1.5.3 Tahap Pengumpulan Data
            Untuk mengumpulkan suatu fakta-fakta sejarah yaitu dengan dua cara yang di gunakan yaitu : menilai sumber tertulis dan sumbeer lisan ( Arsip nasional Republik Indonesia, 1985 : 46).
            Untuk mendapatkan sumber tertulis dapat di peroleh dengan cara studi pustaka yaitu dengan upaya untuk mempelajari dokumen-dokumen dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitianyang sangat erat sekali dengan penelitian, sedangkan sumber lisan ini dapat diperoleh melalui cerita-cerita atau kisah-kisah yang terdapat di kalangan masyarakat dengan menggunakan wawancara. Sehingga pada kenyataan ini dapat di katakan tidak semua peristiwa sejarah yang sudah berbentuk tulisan itu dapat memberikan informasi secara jelas mengenai peristiwa sejarah yang terjadi.

1.6 Sistematika Penulisan
            Sebagai pertanggungjawaban ilmiah dalam penulisan ini perlu disusun bentuk ataupun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1              Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
1.2  Masalah
1.3  Ruang Lingkup
1.4  Tujuan Penulisan
1.5  Metode Penelitian
1.6  Sistematika Penulisan
BAB II             Latar Belakang Pertumbuhan dan Perkembangan Kabupaten Kapuas Hulu
                  2.1  Masuknya Belanda
                  2.2  Masuknya Jepang
                  2.3  Sejarah Sebelum Terbentuknya Kabupaten Kapuas Hulu
                  2.4  Sistem Pembentukan Daerah
                  2.5  Lambang Daerah
                  2.6  Pembentukan Dasar Hukum Otonomi Kabupaten Kapuas Hulu
                  2.7  Perkembangan Aparatur Pemerintah
BAB III              Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu
                  3.1  Mata Pencaharian dan Penduduk
                  3.2  Pola Pemukiman Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu
                  3.3  Agama dan Kepercayaan
                  3.4  Keadaan Sosial Budaya
                  3.5  Sistem Kekerabatan
                  3.6  Startifikasi Sosial
BAB IV             Kondisi Perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu
4.1       Potensi-Potensi Kabupaten Kapuas Hulu
4.1.2  Lahan Perkebunan
4.1.3  Bahan Tambang
4.1.4  Kekayaan Perikanan
                 4.2  Sektor Penunjang Perekonomian
                           4.2.1  Perhubungan Darat
                          4.2.2  Perhubungan Sungai
                         4.2.3  Perhubungan Udara
                 4.3  Telekomunikasi dan Informasi
                        4.3.1  Sektor Pariwisata
                 4.4  Perdagangan Industri dan Koperasi
                        4.4.1  Industri
                        4.4.2  Perdagangan
                        4.4.3  Koperasi
                 4.5  Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu
                        4.5.1  Sektor Kebudayaan
                        4.5.2  Sektor Pariwisata
BAB IV           Penutup
                 5.1  Kesimpulan
                 5.2  Saran-Saran
-DAFTAR PUSTAKA
-DATA INFORMAN
-LAMPIRAN-LAMPIRAN



PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini setiap negara menuntut dari warganya kesetiaan dan tanggungjawab agar menjadi bangsa yang tangguh. Loyalitas tersebut tidak dengan sendiriannya tumbuh. Sehingga dengan adanya kesadaran akan identitas atau jati diri sebagai suatu bangsa hanya bisa terbentuk bila seseorang memperoleh informasi yang akurat tentang sejarah bangsanya. Dalam kasus indonesia sepatutnya mempelajari siapa dirinya.
Sehingga pada era globalisasi seperti sekarang ini kita selalu dihadapkan pada permasalahan dan tersebut selalu beerkaitan dengan masalah lainnya. Sedangkan untuk mencari pemecahan masalah kita perlu dan harus mengetahui hal-hal yang melatar belakanginya. Hal ini berarti menuntut kita untuk mengorek-gorek peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Karena peristiwa tersebut dapat terjadi sebagai landasan atau pedoman dalam menginterprestasikan peristiwa yang sedang dihadapi untuk mengetahui sejarah.
      Oleh sebab itu negara menuntut dari setiap warga negaranya setia dan tanggung jawab agar menjadi bangsa yang tangguh.Loyalitas tersebut tidak dengan sendirinya tumbuh. Kesadaran akan identitas atau jati diri sebagian suatu bangsa hanya dalam kasus indonesia, bangsa indonesia sepatutnya mempelajari siapa dirinya.
      Kejadian-kejadian penting apa yang telah berlangsung yang berpengaruh terhadap sosok bangsa indonesia masa kini. Dalam hal pemanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah, kajian yang kritis analisis hendaknya digunakan agar kita memahami kondisi-kondisi pada waktu lampau yang memperoleh peristiwa penting.
      Peninggalan benda bersejarah merupakan salah satu dari sumber sejarah, di samping dokumen dan pemahaman terhadap rangkaian peristiwa-peristiwa sebelumnya serta pengkajian para pelaku sejarah. Pemahaman dan penghargaan yang membutuhkan sikap terikat(commited), terhadap” negara kesatuan” misalnya, tercapai melalui keragaman budaya. Dengan mempelajari dan belajar dari sejarah berarti kita berpeluang untuk menjadi aktif karena menghindari kesalahan-kesalahan masa lalu.
      Kita secara inspiratif kita dapat menangkap nilai-nilai yang sangat positif yang sangat relevan dengan masa yang akan datang. Sehingga secara inspiratif, kita mengungkap nilai-nilai yang bersifat positif yang sangat relevan pada saat ini meskipun adanya materi tantangan berbeda.
      Kalau kita mencermati kedua hal peristiwa tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu berupa keadaan akonomi,agama, nilai-nilai masyarakat, keadaan geografis dan lain-lain.
       Adanya keadaan yang di alami oleh orang-orang yang memberikan urunan untuk menghasilkan suatu peninggalan yang monumental, hal ini jarang sekali terungkap, hal ini sebenarnya sangat penting untuk dipikirkan secara imajinatif, maka hal ini kita perlu mempelajari sejarah untuk membahas kontribusi faktor-faktor untuk mempertanyakan secara kritis.
       Terdapatnya catatan-catatan yang terjadi di masa lampau dan peninggalan monumental yang secara fisik mati. Sehingga memiliki makna yang sangat dinamis melalui pengajaran pertanyaan yang sangat kritis dalam perspektif dengan mengaitkan dengan berbagai faktor. Sehingga dengan demikian kita belajar sejarah belajar untuk berpikir.
         Tetapi sejarah tidak saja membicarakan maa lampau saja, melainkan juga mngenai hal yang terus mnyertai masyarakat dal;am kehidupan masa kini guna menyongsong masa depan jadi “sejarah” layaknya seperti jenis kebutuhan lainnya bagi kehidupan manusia  (Susanto Zuhdi 2000:3). Maka dengan demikian timbul apa yang di sebut Sejarah Sosial.
Sejarah lokal, sejarah kotenporer dan sebagainya. Pada penulisan ini selalu mengkaitkan dari masa lampau ke masa kini yang tersusun dalam waktu yang cukup lama.
         Begitu pula tentang penulisan pertumbuhan dalam perkembangan suatu kota merupakan suatu hal yang menarik karena banyak faktor yang mempengaruhi sehingga proses pertumbuhan itu bisa berjalan dengan baik.salah satu kajian yang akan di bahan dalam kajian yang akan di bahan dalam tulisan ini adalah “KABUPATEN KAPUAS HULU SUATU TINJAUAN SEJARAH SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI”.
         Penulisan ini merupakan salah satu tinjauan sosial budaya dan ekonomi dengan peranan untuk menggambarkan kehidupan kota Kapuas Hulu. Munculnya Kabuparen Kapuas Hulu tidak begitu saja melalui tahapan-tahapan atau waktu yang sangat panjang sampai pada Kabupaten Kapuas Hulu pada saat ini.
1.2 Masalah
       Informasi mengenai munculnya Kabupaten Kapuas Hulu Suatu Tinjauan sejarah Sosial Budaya dan Ekonomi pada umumnya belum banyak diketahui oleh masyarakat baik di Kabupaten Kapuas Hulu masih terbilang sangat sedikit. Tidak berkembangnya informasi di sebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya inventarisasi dan dokumentasi Kabupaten Kapuas Hulu Suatu Tinjauan Sosial Budaya dan Ekonomi sendiri pada generasi muda.
      Untuk memperoleh sumber Kabupaten Kapuas Hulu Suatu Tinjauan Sosial Budaya dsn Ekonomi harus di dukung oleh banyak  data-data primer seperti arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Kabupaten Kapuas Hulu, sehingga dapat di ungkapkan secara lengkap.
      Dengan sumber sejarah yang ada di Kalimantan Barat khususnya yang berkaitan dengan Sejarah Soaial Budaya dan Ekonomi dapat banyak mendukung data-data yang di perlukan oleh penulis. dengan terungkapnya “Sejarah Sosial Budaya dan Ekonomi” tersebut di harapkan dapat di sebarluaskan pada masyarakat luas.
1.3 Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup penulisan kabupaten Kapuas hulu suatu tinjauan sejarah social budaya dan ekonomi dapat banyak mendukung data –data yang diperlukan oleh penulis. Dengan terungkapnya sejarah social budaya ekonomi dan kemudian sampai akhirnya menjadi suatu kabupaten sampai dengan kondisi pada saat sekarang ini ( tahun 1942 – 2007 ). Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi hal ini diikuti oleh perkembangan didalam kehidupan masyarakat baik mengenai penduduk, pola pemukiman, mata pencaharian dan sebagainya.

1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini secara umum meliputi tentang Kapuas hulu suatu tinjauan sejarah social budaya dan ekonomi yang merupakan salah satu usaha untuk menggali dan juga mengembangkan sejarah local yang merupakan suatu sejarah berada dalam wilayah Indonesia yang merupakan suatu cara dari kebudayaan nasional Indonesia. Dengan adanya sejarah nasional Indonesia untuk mengembangkan suatu sejarah daerah.
Tujuan penulisan ini secara khusus dari penulisan kabupaten Kapuas hulu suatu tinjauan sejarah social budaya dan ekonomi ini untuk mengharapkan pertumbuhan dan perkembangan kabupaten Kapuas hulu sampai dengan perkembangan ssampai saat ini.
Dengan adanya penulisan ini supaya untuk menambah sebuah referensi yang diharapkan dapat memberikan sepintas gambaran tentang sejarah local kabu paten Kapuas hulu kepada para pengambil keputusan dalam membuat dan menentukan kebijaksanaan didaerah tersebut.

1.5 Metode penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini penulis mengemukakan metode penelitian yang meliputi :
·         Metode wawancara yaitu mengadakan wawancara dengan informan guna mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai bahan penulisan.
·         Metode kepustakaan yaitu mutlak dilakukan dalam penulisan ini dengan mencatat sumber-sumber kepustakaan yang ada di pelajari serta bahan-bahan kepustakaan, mempelajari serta meniliti bahan-bahan kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai pendukung  dalam penyelesaian penulisan.
·         Studi lapangan yaitu mengadakan penelitian langsung kelapangan, guna mendapatkan mendapatkan informasi tentang lokasi penelitian sample, sekaligus melakukan wawancara kepada responden guna mendapatkan data yang diperlukan.
Suatu penulisan akan memperoleh hasil seperti diharapkan apabila menggunakan suatu atau beberapa metode yang sasaran seperti yang diharapkan. Pada kegiatan ini terbagi menjadi 3 tahap yaitu :

1.5.1 Tahap  Persiapan
Pada tahap persiapan ini penulis melakukan persiapan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan tersebut,yaitu mulai dari pemilihan judul-judul, pembuatan proposal dan aspek-aspek yang perlu dan disesuaikan dengan kemampuan penulisan. Pada tahap ini, penulisan juga mengajukan pedoman wawancara, menentukan jadwal penelitian kelapangan mengolah data, analisis data serta penyusunan laporan.
Dalam kegiatan tersebut ada 4 tahap yang digunakan yaitu melakukan pencarian terhadap jejak-jejak yang ditinggalkan tersebut secara kritis, berusaha untuk  membayangkan mengenai bentuk dari pristiwa yang terjadi pada masa lampau itu dan menyampaikan hasil-hasil sesuai dengan jejak-jejak maupun dengan imajinasi ilmiah (Notosusanto 1978 : 35 ).
Setelah bukti-bukti sejarah itu diketemukan, barulah dilakukan:
1.    Hiuristik, yaitu proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah berupa benda bangunan, berkakas, sumber tertulis (dalam) dan sumber lisan ( hasil wawancara ).
2.    Kritik yaitu proses untuk menyeleksi data menjadi fakta.
3.    Interpretasi yaitu merangkaikan fakta-fakta menjadi keseluruhan yaitu yang masuk akal.
4.    Histografi yaitu merangkaikan fakta-fakta menjadi kisah sejarah (Zuhdi 1992:1).
Data-data mengenai peristiwa sejarah tidak semua di peroleh dari catatan-catatan tertulis, maka dalam kegiatan penulisan ini, penulis juga menggunakan metode sejarah lisan berupa wawancara. Metode ini merupakan metode pelengkap untuk dapat merekonstruksi peristiwa sehingga menjadi lebih luas dimensinya karena data-data tidak terdapat di dalam catatan tertulis dapat dilengkapi dengan rekaman-rekaman suara. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, penulis menentukan nara sumber sebagai informasi pokok yang mengetahui betul mengenai peristiwa tersebut (Singarimbun, 1989 ;92).

1.5.2 Tahap Analisa Data
            Tahap analisa data ini penulis  mengambil langkah menganalisa data ini, yaitu setelah data-data itu terkumpul, baik dari hasil studi maupun dari hasil wawancara dengan nara sumber. Sumber itu dilakukan analisa mengenai sumber primer dan sumber sekunder, sebab titik tolak karya sejarah adalah mengenai sumber  penggunaan sumber baik primer maupun sekunder (Gottshalk, 1986, 33-40).
             Fedrik juga menambahkan pula bahwa landasan utama sejarah adalah bagian mengenai bukti-bukti sejarah yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan ditulis. Sumber itu dapat berupa arsip, surat-surat pribadi atau surat kabar bukti ini di pelajari kemudian dipertimbangkan mana yang sesuai dengan pokok masalah (1984 : 13-14).
            Hasil dari penelitian diseleksi dan dianalisa untuk mendapatkan fakta yang dapat dipercaya dan keabsahannya dapat terjamin. Dan keterangan dan hasil dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan dan wawancara mengingat bahwa setiap keterangan tidak luput dari subyektifitas yang di kemukakan oleh informan atau penutur. Setelah itu di lakukan perhubungan dan penerangan fakta-fakta yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji menjadi sebuah kisah (Kartodirjo, 1992 : 18-19). Sehingga dengan demikian menjadilah suatu tulisan yang bersifat diskritif analisis.

1.5.3 Tahap Pengumpulan Data
            Untuk mengumpulkan suatu fakta-fakta sejarah yaitu dengan dua cara yang di gunakan yaitu : menilai sumber tertulis dan sumbeer lisan ( Arsip nasional Republik Indonesia, 1985 : 46).
            Untuk mendapatkan sumber tertulis dapat di peroleh dengan cara studi pustaka yaitu dengan upaya untuk mempelajari dokumen-dokumen dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitianyang sangat erat sekali dengan penelitian, sedangkan sumber lisan ini dapat diperoleh melalui cerita-cerita atau kisah-kisah yang terdapat di kalangan masyarakat dengan menggunakan wawancara. Sehingga pada kenyataan ini dapat di katakan tidak semua peristiwa sejarah yang sudah berbentuk tulisan itu dapat memberikan informasi secara jelas mengenai peristiwa sejarah yang terjadi.

1.6 Sistematika Penulisan
            Sebagai pertanggungjawaban ilmiah dalam penulisan ini perlu disusun bentuk ataupun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1              Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
1.2  Masalah
1.3  Ruang Lingkup
1.4  Tujuan Penulisan
1.5  Metode Penelitian
1.6  Sistematika Penulisan
BAB II             Latar Belakang Pertumbuhan dan Perkembangan Kabupaten Kapuas Hulu
                  2.1  Masuknya Belanda
                  2.2  Masuknya Jepang
                  2.3  Sejarah Sebelum Terbentuknya Kabupaten Kapuas Hulu
                  2.4  Sistem Pembentukan Daerah
                  2.5  Lambang Daerah
                  2.6  Pembentukan Dasar Hukum Otonomi Kabupaten Kapuas Hulu
                  2.7  Perkembangan Aparatur Pemerintah
BAB III              Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu
                  3.1  Mata Pencaharian dan Penduduk
                  3.2  Pola Pemukiman Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu
                  3.3  Agama dan Kepercayaan
                  3.4  Keadaan Sosial Budaya
                  3.5  Sistem Kekerabatan
                  3.6  Startifikasi Sosial
BAB IV             Kondisi Perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu
4.1       Potensi-Potensi Kabupaten Kapuas Hulu
4.1.2  Lahan Perkebunan
4.1.3  Bahan Tambang
4.1.4  Kekayaan Perikanan
                 4.2  Sektor Penunjang Perekonomian
                           4.2.1  Perhubungan Darat
                          4.2.2  Perhubungan Sungai
                         4.2.3  Perhubungan Udara
                 4.3  Telekomunikasi dan Informasi
                        4.3.1  Sektor Pariwisata
                 4.4  Perdagangan Industri dan Koperasi
                        4.4.1  Industri
                        4.4.2  Perdagangan
                        4.4.3  Koperasi
                 4.5  Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu
                        4.5.1  Sektor Kebudayaan
                        4.5.2  Sektor Pariwisata
BAB IV           Penutup
                 5.1  Kesimpulan
                 5.2  Saran-Saran
-DAFTAR PUSTAKA
-DATA INFORMAN
-LAMPIRAN-LAMPIRAN


Jumat, 20 Juli 2012


Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis

 

Pendahuluan

Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning.
Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan pengajaran yang menggunakan strategi perpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di kedokteran.
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997 Cit in Pithers RT, Soden R., 2000).
Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang permasalahan cara belajar berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran, serta panduan dalam program pengembangan staf yang memberikan perhatian untuk membantu siswa menjadi seorang yang mampu berpikir kritis.

Ketrampilan Intelektual dan Perkembangan Kognitif

Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Mahasiswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis ketrampilan dapat dimasukkan sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.
Bloom mengelompokkan ketrampilan intelektual dari  ketrampilan yang sederhana sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan ketrampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen ketrampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997).
Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun dan disepakati oleh para dosen tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh mahasiswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang program pendidikan.

Strategi pembelajaran berpikir kritis

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Penulis menilai strategi belajar kelas lebih sesuai pada pengajaran tingkat dasar dan menengah seperti hasil-hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut. Pada pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja. Artikel tersebut juga melaporkan bahwa strategi pengajaran yang diarahkan melalui komputer (CAI) mempunyai hubungan positif terhadap perkembangan intelektual dan pencapaian prestasi. Strategi tersebut dapat menjadi pilihan dalam pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa dapat mengatur cara belajarnya secara mandiri.
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004).
Penelitian tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:
  1. Dengan menggunakan konteks yang relevan seperti masalah klinik yang dipahami oleh mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus meningkatkan prestasi akademisnya.
  2. Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong siswa untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk menghapal.
Artikel di atas menyatakan bahwa pertanyaan diberikan setelah memperoleh kuliah pendahuluan konsep dasar dari ilmu dasar yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan telah disusun oleh dosen dengan konsep yang jelas sehingga tidak memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menentukan informasi yang diperlukan untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan salah satu karakter seorang yang berpikir kritis adalah self regulatory, sehingga pengajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan strategi lain agar mahasiswa dapat menentukan informasi secara mandiri. Artikel tersebut juga tidak menjelaskan bagaimana proses diskusi yang dilakukan pada kelas besar, sehingga setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang diberikan. Penulis beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide sebagai salah satu sumber belajar ketika mahasiswa dalam belajar mandiri pada strategi Problem Based Learning.
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman,  meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.

Evaluasi kemampuan berpikir kritis

Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom1,3. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi kognitif, serta sikap.
Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman, dan logikal2. Dia juga membandingkan dengan inventory yang sudah ada seperti California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi ketrampilan berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk mengevaluasi sikap berpikir kritis2.
Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan (evaluasi proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya akademik dalam kelas dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan secara sistematis baik oleh dosen maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr and Klein, 19914. Penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat menggunakan berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau mendorong kemampuan berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.

 Kesimpulan

Strategi pengajaran yang mendorong mahasiswa berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran dapat menggunakan berbagai strategi pengajaran yang menggunakan pendekatan di bawah ini:
  • Pembelajaran Aktif
  • Pembelajaran Kolaboratif
  • Pembelajaran Kontekstual
  • Menggunakan pendekatan higher order thinking
  • Self directed learning
Kombinasi dari berbagai strategi di lebih dianjurkan oleh karena dapat mencapai berbagai aspek dari komponen berpikir kritis. Teknologi pengajaran yang menerapkan kombinasi dari berbagai strategi yang ada saat ini misalnya Problem Based Learning (PBL). Fakultas Kedokteran perlu mengembangkan strategi pengajaran tersebut dalam pengajaran agar mahasiswa dapat belajar materi kedokteran melalui proses berpikir kritis. Dengan demikian mahasiswa dapat memberi makna yang lebih dalam (bukan sekedar mendapat materi yang dalam) dari materi yang dipelajari. Pemahaman terhadap makna pokok bahasan yang dipelajari mempunyai hubungan dengan kemampuan clinical reasoning sebagai kompetensi seorang dokter.