Secara psikologis orang dewasa suka pembelajaran praktis dan berpusat pada masalah. Oleh karena itu
digunakan pembelajaran kolaboratif serta kooperatif dan pemecahan masalah
secara otentik. Mereka lebih suka contoh-contoh nyata,
cerita dan overview untuk mengaitkan teori dengan prakteknya. Dalam pembelajaran orang dewasa,mereka perlu dibantu untuk menerapkan
informasi-informas baru. Sebagai antisipasi masalah yang mungkin akan dihadapi dalam mengaplikasikan
informasi baru itu, orang dewasa perlu diberikan saran-saran dan pengalaman nyata. Orang dewasa suka
pembelajaran yang mendukung harga diri mereka. Disarankan agar memulai pelajaran dengan kegiatan kerja
dalam kelompok kecil, dengan demikian resiko kegagalan yang mungkin terjadi relative rendah.
Dalam melakukan aktivitas pembelajaran,bantulah mereka untuk berkembang
menjadi lebih efektif dengan latihan terarah dan pembiasaan. Rencanakan untuk
membangun sukses individual secara bertahap. Dimulai dengan tugas yang ringan
menuju yang lebih berat. Orang Dewasa suka
pembelajaran yang mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman mereka.
Ketahui kebutuhan peserta sebelum, selama dan sesudah pembelajaran. Pembelajar perlu membuat perencanaan disekitar kebutuhan-kebutuhan
mereka. Timbulkan motivasi dengan membantu mereka mengungkapkan pengalaman yang terkait
dengan materi pembelajaran. Siapkan alternatif kegiatan sehingga mudah
menyesuaikan rencana dengan kebutuhan. Orang dewasa suka
pembelajaran yang menunjukkan perhatian secara individual. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka seperti istirahat yang cukup, snack dan bersikap humor.
Ajak mereka merencanakan target dan kualitas,organisasikan dengan efektif dan
efisien. Berikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk memberikan umpan
balik.
Langkah-langkah Pendekatan Andragogi.
Langkah-langkah pendekatan
andragogi adalah sebagai berikut :
1.
Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk
orang dewasa.Suasana belajar harus diatur sedemikian rupa sehingga cocok untuk
orang dewasa, santai dan tidak menjemukan.
2.
Menciptakan struktur organisasi untuk
perencanaan yang bersifat partisipatif.
Dalam perencanaan pembelajaran orang dewasa harus diciptakan suatu struktur organisasi sehingga bersifat partisipatif.
Dalam perencanaan pembelajaran orang dewasa harus diciptakan suatu struktur organisasi sehingga bersifat partisipatif.
3.
Mendiagnosis kebutuhan belajar.
Sebelum belajar orang dewasa harus didiagnosis terlebih dahulu kebutuhan – kebutuhan apa yang diperlukan orang dewasa dalam belajar
Sebelum belajar orang dewasa harus didiagnosis terlebih dahulu kebutuhan – kebutuhan apa yang diperlukan orang dewasa dalam belajar
4.
Merumuskan rancangan kegiatan belajar.
Rumuskan terlebih dahulu rancangan kegiatan belajar dengan menggunakan strategi apa saja.
Rumuskan terlebih dahulu rancangan kegiatan belajar dengan menggunakan strategi apa saja.
5.
Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
Kemudian kembangkan rancangan belajar yang sudah dirumuskan tersebut.
Kemudian kembangkan rancangan belajar yang sudah dirumuskan tersebut.
6.
Melaksanakan kegiatan belajar.
Lakukan kegiatan belajar sesuai dengan rancangan belajar yang sudah disusun.
Lakukan kegiatan belajar sesuai dengan rancangan belajar yang sudah disusun.
7.
Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar
(evaluasi).
Perlu direnungkan kembali
dan dievalusi kebutuhan belajar setelah selesai pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembeljaran selanjutnya. Orang dewasa mempunyai
masa kesiapan untuk belajar sebagai akibat dari peranan sosialnya. Masa dewasa terdiri dari 3
(tiga) fase, yaitu :
·
Masa Dewasa Awal : 18 – 30 tahun
·
Masa Dewasa Pertengahan : 30 – 55 tahun
·
Masa Dewasa Akhir : 55 tahun lebih
a.
Pelatih / Fasilitator orang dewasa berperan
sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar (Peserta).
b.
Kurikulum berorientas kepada masalah.
c.
Pengalaman belajar dirancang berdasarkan
masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka
Rahasia Pembelajaran Orang Dewasa:
1. Orang dewasa punya
pengalaman, mau belajar bila berkaitan dengan pekerjaan dan kepentingannya
sehari-hari.
2.
Orang dewasa tidak suka digurui, suka
menerima saran.
3.
Orang dewasa suka hal-hal yang praktis
(Learning by doing)
4.
Orang dewasa suka diberi kesempatan ambil
bagian dengan pengetahuan, kemampuan dan kepentingannya (Collaborative
Learning)
5.
Orang dewasa senang dengan materi yang
berbentuk pemecahan masalah / kasus (Problem Based Learning)
Ciri-ciri Pendekatan Andragogi:
1. Suasana terbuka
berpendapat, tukar fikiran/pengalaman, saling percaya.
2. Pelatih bukan guru. ia
menghargai pendapat & pengalaman peserta, ia fasilitator
3. Materi dirumuskan bersama
4. Kerja kelompok
5. Sarana pelatihan yang
melibatkan peran aktif peserta
6. Evaluasi bersama, memfokuskan
pada perubahan sikap & perilaku.
Langkah-langkah pendekatan andragogi:
1.
Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk
orang dewasa.
2.
Menciptakan struktur organisasi untuk
perencanaan yang bersifat partisipatif.
3.
Mendiagnosis kebutuhan belajar.
4.
Merumuskan rancangan kegiatan belajar.
5.
Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
6.
Melaksanakan kegiatan belajar.
7.
Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar
(evaluasi).
Kondisi belajar
Proses belajar merubah perilaku peserta, akan terjadi kalau ada kondisi yang dapat menimbulkan reaksi atau respon. Untuk itu fasilitator dituntut memiliki ketrampilan menciptakan kondisi peserta sehingga timbul minat, perhatian dan respon peserta. Kondisi yang mempengaruhi terjadinya proses belajar terdiri dari komponen :
Proses belajar merubah perilaku peserta, akan terjadi kalau ada kondisi yang dapat menimbulkan reaksi atau respon. Untuk itu fasilitator dituntut memiliki ketrampilan menciptakan kondisi peserta sehingga timbul minat, perhatian dan respon peserta. Kondisi yang mempengaruhi terjadinya proses belajar terdiri dari komponen :
·
kemampuan kognitif – penguatan
·
stimulasi - umpan balik
·
respon – transfer
·
perhatian
Situasi atau suasana yang menyenangkan, peserta akan lebih senang dan tekun melakukan ragam kegiatan belajar. Komponen yang dapat menciptakan suasana menyenangkan adalah :
·
sikap ramah, rileks dan bersahabat
·
hubungan yang harmonis
·
penampilan menarik
·
kondisi lingkungan yang nyaman
·
penyajian yang menyenangkan
Efektivitas belajar orang
dewasa dipengaruhi factor :
- Informasi manfaat dari
pelajaran disampaikan
- Pemberdayaan peserta sebagai
sumber belajar
- Materi pelajaran dan
contoh-contoh yang diberikan sesuai dengan pekerjaan peserta.
- Kesempatan pengalaman belajar
atau berinteraksi aktif.
- Fasilitator berperan sebagai
mitra dalam kegiatan belajar
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN (DIKLAT) ORANG DEWASA
Kegiatan pembelajaran
dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) orang dewasa melibatkan interaksi widyaiswara dan peserta diklat dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Kemampuan personal widyaiswara diperlukan dalam aktivitas
tersebut. Kompetensi manajerial dalam kelas selama pembelajaran
membutuhkan ketrampilan, baik dalam perencanaan maupun pengelolaan kegiatan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan
optimal. Sering ditemukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
peserta diklat mengalami kondisi mengantuk. Sering keluar ruangan dan
tidak konsentrasi pada objek pembelajaran yang disampaikan widyaiswara. Kondisi
ini disebabkan oleh kejenuhan peserta diklat karena penggunaan metode,
alat bantu dan media dalam penyampaian materi pembelajaran yang menyenangkan
dan memberi motivasi peserta diklat dalam kegiatan pembelajaran.
Kompetensi widyaiswara
dalam pengelolaan pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan
peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara, Nomor 8 Tahun 2008, tentang
Standar Kompetensi Widyaiswara pasal 6 ayat 2 butir a yang menyebutkan
bahwa widyaiswara harus memiliki kompetensi pengelolaan pembelajaran dengan
memotivasi semangat belajar peserta.
Metode pembelajaran
yang diberikan kepada masyarakat tentu juga sangat berbeda dengan yang
diberikan kepada peserta diklat prajabatan ataupun diklatpim. Karakteristik
masyarakat umum biasanya sudah lama meninggalkan bangku pendidikan dan
lebih banyak berkutat dengan aktifitas mencari nafkah dan berbagai urusan rumah
tangga. Betapapun tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang
namun apabila tidak dibiasakan mereka akan sangat kesulitan untuk mencurahkan
gagasannya. Disinilah peran penting latar belakang peserta didik
bagi widyaiswara. Karena latar belakang peserta didik menjadi dasar dalam
memilih pendekatan metode pembelajaran.
Pembelajaran Orang
dewasa Terdapat banyak sekali teori dan model pembelajaran orang dewasa yang
berkembang saat ini. Pembelajaran orang dewasa pada dasarnya diikuti oleh
mereka yang telah memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang
diperoleh melalui pendidikan formal, non formal, lingkungan kerja, maupun
lingkungan dimana mereka hidup. Bekal pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman para peserta didik itu akan sangat berharga jika bisa digali sebagai
sumber pembelajaran. Akan lebih baik lagi jika pengalaman itu bisa
dikembangkan dan diorganisasi kembali menjadi pengalaman baru sesuai
tujuan pembelajaran.
Ada beragam cara yang
bisa digunakan untuk mengeksplorasi pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman peserta didik, khusunya orang dewasa.
Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengedepankan proses
dialog dan curah pendapat. Mengapa dialog dan curah pendapat penting? Karena
selama ini dalam proses pembelajaran tidak terjadi
proses penggalian ide dan gagasan peserta didik. Widyaiswara selama ini
lebih aktif dan dominan dalam proses pembelajaran sehingga berperan layaknya
guru yang menjelaskan isi materi secara rinci dengan sedikit membuka ruang
tanya jawab. Dengan metode ini praktis, peserta diklat lebih banyak duduk manis
mendengarkan materi yang disampaikan oleh widyaiswara. Proses penggalian
pengalaman peserta didik sebagai sumber pembelajaran pun tidak terjadi dalam
metode ini. Pola pembelajaran yang berlangsung satu arah menyebabkan
peserta didik menjadi pasif, demotivasi dan tidak berpikir kritis untuk
bersama-sama mengembangkan ide dan gagasan dalam rangka mengoptimalkan proses
pembelajaran. Konsekwensi dari pola ini adalah rendahnya perhatian peserta
terhadap materi pendidikan dan pelatihan, bahkan ada kecenderungan peserta
didik mengantuk di kelas sementara widyaiswara bersemangat menjelaskan materi
pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsungpun kurang berkembang
dan tidak efektif.
HAKEKAT PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Belajar bagi manusia
merupakan proses pendidikan sepanjang masa yang tidak hanya dilakukan melalui
pendidikan formal di sekolah ataupun perguruan tinggi, namun juga berlangsung
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Malcolm S Knowles, ada beberapa
prinsip dasar dalam proses pembelajaran orang dewasa :
1. Orang Dewasa Mampu Belajar
Orang dewasa dapat menerima pengetahuan dan mampu mengembangkan
intelektualnya. Pengetahuan dapat mereka melalui berbagai sumber yang didapat
dalam aktifitas kehidupannya baik di rumah, tempat kerja ataupun lingkungan
masyarakat dimana mereka berada. Semakin kompleks masalah dan kebutuhan
hidupnya, maka semakin banyak pula upaya mereka memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan yang bermanfaat untuk mengatasi masalahnya. Karena bertambahnya
usia, makan orang dewasa mengalami kemunduran kecepatan belajarnya, namun
kekuatan intelektualnya tidaklah berkurang, bahkan bisa bertambah sebagai hasil
proses belajar. Kelambanan dalam menerima pelajaran ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
1.
Orang dewasa sudah lama tidak belajar
secara rutin dan sistematis.
2.
Adanya perubahan fisik baik pendengaran,
penglihatan, perasa, gerak fisik maupun kondisi tubuh lainnya.
3.
Metode belajar orang dewasa memerlukan
penyesuaian, sesuai kondisi fisik dan tingkat pemikirannya.
4.
Kondisi psikologis sebagai akibat dar
interaksi sosial dan beban kehidupan manusia dewasa dalam keluarga maupun
masyarakat.
2. Belajar Merupakan Proses Internal
Untuk memenuhi
kebutuhan dalam rangka eksistensi dirinya maka orang dewasa membutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan baru yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan
dirinya dalam mengatasi berbagai masalah dan kebutuhan hidup yang dihadapi.
Pengetahuan dan ketrampilan baru akan mereka pelajari tanpa harus
dibelajarkan oleh orang lain. Mereka memahami bahwa tanpa usaha
meningkatkan diri, mereka akan merasa tertinggal ataupun kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara psikologis, orang dewasa memiliki
kebutuhan mengarahkan diri agar diakui oleh orang lain. Eksistensi diri
merupakan kebutuhan internal sebagai bagian dari kehidupannya yang menjadi
bagian dari masyarakat dimanapun mereka berada.
Menurut Sunarno, 2007, menyebutkan
beberapa asumsi yang membedakan pendidikan anak (paedagogik) dan pendidikan
orang dewasa (andragogik) yaitu : 1. Konsep diri, 2. Pengalaman, 3.
Kesiapan untuk belajar, dan 4.Orientasi terhadap
belajar.
1. Konsep diri
Konsep diri orang
dewasa tidak lagi tergantung pada orang lain karena ia sudah mampu menentukan
pilihan pada dirinya karena telah memiliki kematangan. Orang dewasa memerlukan
perlakuan yang sifatnya menghargai dirinya sebagai individu yang telah mampu
mengambil keputusan tentang apa yang dia butuhkan dalam belajar, yang
bermanfaat untuk mengembangkan diri agar dihargai dan bermanfaat bagi orang
lain.
2. Pengalaman
Orang dewasa memiliki
pengalaman yang mereka baik selama belajar, dalam lingkungan kerja maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Dari pengalaman inilah maka setiap orang dewasa
sebagai peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber belajar dengan saling
tukar pengalaman ataupun pemecahan masalah sesuai sudut pandang masing-masing.
3. Kesiapan untuk Belajar
Orang dewasa akan siap
untuk belajar apabila materi yang akan mereka pelajari dirasakan sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Karena tujuan belajarnya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan agar semakin mampu meningkatkan peranannya dalam
masyarakat. Pengetahuan dan ketrampilan yang tidak langsung bermanfaat
bagi kehidupannya maka dirasakan tidak terlalu penting untuk dipelajari.
4. Orientasi Terhadap Belajar
Orang dewasa ingin secepatnya
mengaplikasikannya hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan
dan pelatihan yang cocok bagi mereka adalah yang bersifat praktis sesuai dengan
masalah ataupun kebutuhan hidup yang dihadapi. Materi praktis ini bisa
memberi bantuan dalam mengatasi masalah-masalah, baik yang berkaitan dengan
tugas pekerjaan maupun dalam kehidupan di masyarakat.
PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Pembelajaran efektif
perlu dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dengan ditandai semangat dan
kegembiraan peserta selama proses belajar. Oleh karena itu, seorang
widyaiswara dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mampu
membangkitkan peserta didik agar bersemangat, termasuk juga dalam mengungkapkan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Mengungkap pengetahuan
dan ketrampilan setiap peserta didik, bisa dilakukan melalui metode curah
pendapat dengan memancing setiap peserta agar mau mengungkapkan pengetahuan
yang berkaitan dengan materi pembelajaran tanpa rasa takut salah meskipun apa
yang disampaikan itu tidak tepat.
Metode curah pendapat
apabila diterapkan dengan benar tidak hanya memperkaya sumber belajar namun
juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode curah pendapat yang efektif
dan menyenangkan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran
merupakan hal pokok yang akan menjadi pedoman tentang kemampuan apa yang harus
dikuasai peserta didik setelah selesai pembelajaran. Jelaskan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik dan dapatkan kesepakatan dari mereka.
Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus dari setiap sub
materi.
2. Ciptakan suasana yang nyaman dan bersahabat
Suasana belajar sangat
berpengaruh terhadap proses dan keberhasilan belajar. Agar peserta merasa
nyaman dalam belajar perlu diciptakan keakraban antara widyaiswara dengan
peserta didik maupun antar peserta didik. Mulailah dengan perkenalan dan
pahamilah siapa mereka. Buatlah peserta merasa rilek dan bangkitkan
keberaniannya untuk mengungkapkan pengalamannya tanpa rasa takut salah. Iringan
musik, cerita lucu, gambar, video ringan ataupun nyanyian bisa mencairkan
suasana belajar yang tegang.
3. Mulailah memaparkan materi pembelajaran
Umumnya dimulai dari
penjelasan konsep yang dilanjutkan dengan rincian-rincian. Upayakan agar
peserta didik tertarik untuk memberikan pendapat dari pengalaman yang mereka
miliki berkaitan dengan materi yang dibahas. Paparan berupa materi esensial
dalam bentuk bagan, tabel ataupun gambar lebih menarik dibanding berupa
kalimat-kalimat panjang yang membosankan. Apabila paparan menggunakan LCD
dengan power point maka setiap paparan jangan lebih dari sembilan
baris dan diketik dengan huruf ukuran besar agar mudah dibaca peserta.
4. Pancing Peserta untuk Mengungkapkan Pendapat
Apabila peserta masih takut mengemukakan pendapat dan komentar maka
pancinglah dengan pertanyaan-pertanyaan ringan yang bisa dijawab tanpa harus
banyak berpikir. Setelah ada peserta yang mengemukakan pendapat dan
merasa aman, maka hal ini akan memberi motivasi kepada peserta lain untuk ikut
mengungkapkan pendapatnya ataupun bertanya. Berilah komentar positif
setiap setiap pendapat peserta tanpa memandang tepat dan tidaknya isi dari
pendapat tersebut sebagai penghargaan atas keberaniannya. Dalam materi
tertentu, cerita pengalaman peserta di lingkungan kerjanya bisa dijadikan studi
kasus sebagai bahan diskusi. Peran widyaiswara adalah mengendalikan agar curah
pendapat dan pertanyaan tetap berkaitan dengan materi yang sedang dibahas dan
memberikan kesempatan secara merata kepada setiap peserta didik.
5. Beri penguat dan penghargaan
Setiap peserta didik
membutuhkan tanggapan apakah pendapatnya tepat atau kurang tepat. Beri
penguat pada setiap pendapat yang tepat dan sempurnakan pendapat yang kurang
tepat. Hindari memberi tanggapan yang terkesan menyalahkan peserta didik
karena akan menyebabkan mereka merasa takut untuk berpendapat kembali.
6. Lanjutkan materi berikutnya
Semakin banyak peserta
mengungkapkan pendapat, ide dan gagasan yang berkaitan dengan materi sebenarnya
maka semakin jelas pembahasannya. Namun karena waktu pembelajaran
terbatas maka akhiri curah pendapat pada suatu bagian materi apabila dipandang
sudah cukup dan lanjutkan pada materi berikutnya. Kesempatan peserta
untuk mengemukakan pendapat dan bertanya sebenarnya bisa dilakukan bebas kapan
saja asalkan diperhitungkan dengan waktu pembelajaran yang tersedia.
7. Beri penghargaan atas keaktifan peserta
Agar motivasi peserta
didik bisa selalu berkembang maka widyaoswara perlu memberikan catatan siapa
saja peserta didik yang aktif dalam curah pendapat, siapa yang
berkualitas dan siapa yang kurang berkualitas. Catatan ini akan menjadi
alat evaluasi keberhasilan setiap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
8. Simpulkan hasil pembelajaran
Setiap akhir
pembelajaran perlu disampaikan kesimpulan dari materi yang telah dibahas.
Kesimpulan ini bermanfaat untuk menguatkan ingatan peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran sekaligus mempertegas konteks dari keseluruhan materi
9. Rayakan keberhasilan pembelajaran
Setiap usaha belajar
dan hasil yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran pantas untuk
dirayakan dalam bentuk tepuk tangan, ungkapan kegembiraan ataupub pernyataan
syukur kepada Tuhan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi
untuk kemajuan belajar berikutnya.
Metode lain yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa diantaranya adalah metode diskusi,
metode inquiry, metode discovery, dan metode demonstrasi. Pembelajar/Widyaiswara dapat memilih metode yang akan diterapkan dengan
mempertimbangkan kondisi peserta, karakteristik materi pembelajaran dan waktu
pembelajaran yang tersedia.
PENUTUP
Peran pembelajar widyaiswara sangat menentukan keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan
dan pelatihan. Agar pembelajaran dapat efektif maka widyaiswara harus
memahami latar belakang dan karakteristik peserta didik yang dihadapi. Untuk
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan diperlukan ketrampilan
dan sikap widyaiswara yang memadai. Untuk itu widyaiswara harus selalu mengembangkan
diri agar bisa mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.