MENGURAI BENANG KUSUT PERMASALAHAN BELAJAR SISTIM DARING DI INDONESIA
BARAT DAN TENGAH MASA PANDEMIK
COVID 19 MENGGIGIT
Peneliti :
Hamid Darmadi Guru Besar LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan
Rustam : Rektor IKIP PGRI Pontianak
ABSTRACT
The study,
entitled "Unraveling the tangled Yarns of Online Learning Problems in
Western and Middle Indonesia Region Covid 19 Biting" aims to obtain
objective information and clarity about online learning problems due to the
Covid 19 pandemic in Indonesia and the world. The benefits of this research are
expected to be able to contribute ideas to the competent parties to overcome
covid pandemic 19 problems which force lecturers (educators) to teach from home
with an online system and make students forced to study online. This research
uses descriptive survey method. The population in this study were 133 people
spread in western and central Indonesia. Data collection techniques and tools
use a mixed questionnaire (closed and open). Questionnaire is distributed
through Google form. As of this writing the respondent's response was still
ongoing. The results showed that: The lecturers who were most active teaching
the online system during Covid were lecturers who had 7-10 years of service
(57.1%). The average lecturer teaches once a week (43.6%). The most widely used
learning media for Google Class Room teacher lecturers. Almost all lecturers
can use online media learning system (95.5%). Most lecturers have no difficulty
using the online learning system media (67.7). There are no significant
obstacles for lecturers in online learning (48.9). Most of the lecturers liked
the learning media that they used (37.1) Forced to use (29.5%) Not much to like
(31.1%). Student attention in online learning activities is quite good (60.9%)
Lack of attention (35.3%). Online scholar support is quite good (63.9%).
Conclusion Studying online systems during the Covid period, in addition to the
negatives, many also provided education to lecturers and students innovating
learning from those who did not know, and could not use previous learning media
to be able to. All parties need to realize that Covid-19 is a new disease that
has become a pandemic outbreak, not only in Indonesia, but throughout the
world. Covid 19 needs to be watched out because it is relatively dangerous,
transmission is relatively fast, there is no definitive therapeutic drug. There
are still many covid secrets that have not been revealed, so further studies
are needed.
Keywords: Covid Pandemic Online Learning System 19
ABSTRAK
Penelitian yang
berjudul “Mengurai Benang Kusut
Pemasalahan Belajar Sistem Daring di Wilayah Indonesia
Barat dan Tengah Masa Covid 19 Menggigit” ini bertujuan mendapatkan
infoirmasi dan kejelasan objektif mengenai permasalahan belajar system daring
akibat pandemic Covid 19 yang
melanda Indonesia dan dunia. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran kepada pihak yang berkompeten guna mengatasi permasalah
pandemic covid 19 yang memaksa, dosen (pendidik) harus mengajar dari rumah
dengan system daring dan membuat
mahasiswa terpaksa belajar secara online. Penelitian ini menggunakn metode
Survey diskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 133 orang yang
tersebar di wilayah Indonesia Barat dan tengah. Teknik dan alat pengumpulan
data menggunakan angket campuran (tertutup dan terbuka). Angket disebarkan
melalui melalui google form. Saat tulisan
ini diturunkan tanggapan responden masih berjalan. Hasil penelitian
menujukkan bahwa: Dosen yang paling aktif mengajar system daring selama Covid adalah
dosen yang memiliki masa kerja 7 – 10 (57,1%).
Rata-Rata Dosen mengajar sekali seminggu (43,6%). Media pembelajaran yang
paling banyak digunakan guru dosen Google Class Room. Hampir semua Dosen bisa
menggunakan media pembelajaran system daring (95,5%). Sebagian besar dosen
tidak kesulitan menggunakan media system belajar daring (67,7). Tidak terdapat hambatan yang bearti bagi dosen dalam pembelajaran daring
(48,9). Sebagian besar dosen menyenangi
media pembelajaran yang digunakannya (37,1) Terpaksa menggunakan (29,5%) Tidak
begitu menyenangi (31,1%). Perhatian mahasiswa dalam kegiatan belajar daring
cukup baik (60,9%) Kurang perhatian (35,3%).
Dukungan orang delajar online cukup baik (63,9%). Kesimpulan Belajar
system daring masa Covid menggigit disamping negatifnya banyak juga memberikan edukasi
kepada dosen dan mahasiswa berinovasi belajar dari yang tidak mengetahui, dan
tidak bisa menggunakan media pembelajaran sebelumnya menjadi bisa. Semua
pihak perlu menyadari Covid-19 adalah
penyakit baru yang telah menjadi wabah pandemic, tidak saja di Indonesia ,
tetapi diseluruh dunia. Covid 19 perlu diwaspadai karena relative berbahahaya,
penularannya relatif cepat, belum ada obat terapi definitif. Masih banyak
rahasia covid yang belum terungkap, sehingga diperlukan studi-studi lebih
lanjut.
Kata Kunci : Sistem Belajar
Daring Pandemik Covid 19
A. Latar Belakang
Penelitian
Penelitian ini mengngkat Topik “Mengurai Benang Kusut Pemasalahan Belajar di Rumah dengan Sistem
Daring di Prguruan
Tinggi LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan serta Beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta di Wilayah Indonesia Barat dan Tengah” ini berawal dari mewabahnya Pandemik Covid 19 dari Kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok akhir Desember 2019 lalu. Rumitnya penanganan wabah ini membuat para
pemimpin berbagai negara menerapkan kebijakan yang super ketat untuk memutus
mata rantai penyebaran covid-19. Social Distancing menjadi pilihan
berat bagi setiap negara dalam menerapkan kebijakan untuk pencegahan penyebaran
covid-19, karena kebijakan ini berdampak negatif terhadap segala aspek
kehidupan termasuk dunia pendidikan, terutama menyangkut masalah belajar
mengajar baik di sekolah maupun di kampus. Keputusan pemerintah mendadak dengan
meliburkan serta memindahkan proses pembelajaran dari sekolah menjadi di rumah,
membuat ketidaksiapan stakeholder
sekolah melaksanakan pembelajaran sistim daring mendorong penulis untuk melakukan
apa yang bisa dibuat membantu mencari solusi terbaik menyelamatkan proses
pembelajaran yang mendadak berubah itu.
Peralihan cara belajar sistem daring seperti ini, ditengarai
memaksa berbagai pihak untuk mengikuti alur yang bisa ditempuh agar pembelajaran
dapat berlangsung, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatan teknologi
sebagai media pembelajaran daring. Penggunaan teknologi seperti ini juga bukan
tanpa masalah, banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektivitas
pembelajaran daring diantaranya adalah berikut inki.
1. Rendahnya
Penguasaan Teknologi
Harus diakui bahwa tidak semua guru/dosen (pendidik) menguasai
teknologi terutama generasi yang lahir sebelum tahun 1980-an. Dimana pada saat itu
penggunaan teknologi belum begitu masif. Bukan mereka tidak bisa kalau belajar, diyakini pasti bisa karena
guru/dosen adalah manusia pembelajar yang selalu siap menghadapi perubahan
zaman. Keadaan seperti ini juga dialamai oleh para siswa/mahasiswa, tidak semua
mereka terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya karena
keterbatasan sarana. Bagi siswa bahkan mungkin mereka belum dikenalkan
teknologi dalam pembelajaran sistim daring.
Bagi mahasiswa karena harus pulang ke kampong halamannya di daerah seluruh
pelosok tanah air semasa Covid ini diyakini
belum semua daerah (terutama daerah pedalaman) tanah air terjangkau oleh jaringan internet
agar bissa mengikuti sistim belajar jarak jauh/daring. Semua ini menjadi
permasalahan mendasar bagi gerak lajunya dunia pendidikan.
2.
Keterbatasan Sarana dan Prasarana Belajar
Sangat mungkin siswa/mahasiswa yang
hidup di jaman milinial ini sudah pandai menggunakan perangkat belajar sistim
daring karena bisa belajar secara
otodidak tetapi permasalahasn berikutnya adalah menyangkut kepemilikan perangkat
pendukung teknologi juga menjadi masalah tersendiri. Bukan rahasia umum bahwa
tingkat kesejahteran hidup guru termasuk dosen masih dalam kategori menengah
kebawah. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan perangkat pembelajaran seperti itu,
untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya saja masih banyak yang mengalami
kesulitan. Berdasarkan data statistik masih banyak guru/dosen yang belum
mendapat sergu dan serdos, Hal ini
bearti mereka hanya menerima gaji semata
setiap bulannya tanpa sergu dan serdos.
3.
Jaringan Internet Terbatas
Pembelajaran daring tidak terlepas
dari penggunaan jaringan internet. Sesungguhnya belum semua sekolah, di
pedalaman memiliki jaringan internet. Menurut data statistic mahasiswa
kita sedikitnya 60 % berasal dari daerah
pedalaman dimana di daerah pelosok pedalaman itu masih langka apa yang disebut
“Internet”. Jangankan ingternet masih banyak kampong-kampung di pedalaman yang belum
mendapat aliran listrik Kalaupun ada
mahasiswa yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringannyapun tidak
stabil karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.
4.
Biaya Internet Tak Terjangkau
Kalaupun di daerah pedalaman ada
jaringan listrik dan internet, masalah berikutnya adalah biaya membeli Kuota
internet. Internet memerlukan uang untuk membelinya. Dalam situasi seperti saat
ini kuota untuk kebutuhan internet
menjadi melonjak dan banyak diantara guru/dosen dan orang tua peserta didik tidak
siap menyediakan anggaran jaringan internet. Kalaupun jaringan internet ada, peserta
didik bisa menggunakan sistim belajar Daring, tetapi orangtua tidak mampu
menyedia biaya pulsa internet karena produk pertanian yang menjadi andalan masyarakat
pedesaan/pedalaman relative “murah”. Semua ini merupakan masalah tersendiri
yang belum terpecahkan seperti apa solusinya.
Permasalahan di atas mengetuk pintu hati
pikiran penulis, mengantarkan berpikir
tujuh keliling dengan siribu satu macam pertanyaan; Adakah Sistim belajar yang
murah yang bisa ditempuh guru/dosen agar tidak menyulitkan siswa/mahasiswa
belajar? Adakah cara belajar yang efektif yang bisa menjangkau siswa/mahasiswa
dalam jarak jauh dengasn sedikit biaya? Adakan cara mengajar guru/dosen yang efektif,
mudah diterima/dicerna siswa mahasiswa dengan hasil belajar maksimal ? Adakah metode mengajar yang bisa membuat peserta
didik senang dan pengajar sayang? Semua
hal ini mendorong peneliti untuk meneliti masalah ini.
B. Metode dan
Bentuk Penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif
analitik dengan jenis/bentuk metode deskriptif
berkesinambungan bertujuan untuk menyajikan
gambaran mengenai mengenai belajar sitim daring selama Covid 19 dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Hadari Nawawi,1985)
Prosedur
pemecahan masalahnya dilakukan dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek, gejala, fenomena dalam penelitian
berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang terjadi pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya (Sugiyono 2005:21;
Whitney 1960:160).
Waktu pendlitian ini dilakukan sejak
pandemic Covid 19 dinyata mewabah dunia akhir Desember 2019 dengan efektif
penelitian sejak pandemic covid 19 dinyatakan masuk ke Indonesia diperkira
bulan Februari 2020.
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Lingkungkup LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan serta beberapa
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di wilayah Indonesia Barat dan Tengah.
Teknik dan Alat Pengumpul data dilakukan dengan teknik komunikasi tidak
langsung dengan angket tertutup sebagai alat pengumpulasn data. Angket disebarkan
dilingkungan Perguruan Tinggi LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan serta sejumlah
Pergurun Tinggi Negeri dan Swasta di Indonbesia Barat, dan Indonesia Tengah.
Angket disebarkan melalui google form yang di
sebarkan melalui situs online.
Teknik dan Alat Analisis data adalah
tahapan dalam proses penelitian dengan tujuan mengetahui sifat dan jenis data yang
telah terkumpul. Teknik analisis data dilakukan
setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan.
C. Hsil-Hasil
Penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul melalui
angket secara online dalam bentuk google form di sajikan berikut ini:
1.
Identitas diri Responden dalam bentuk nama
atau inisial. Tidak presentasikan untukmenjaga kerahasiaan responden
3.Nama Lembaga/Institusi/Fakultas/Program Studi Responden dosen tidalk diekspos demi menjaga kerahasiaan.
D. Diskripsi Hasil
Penelitian
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, berikut
ini di diskripsikan hasil analisis data
penelitian sebagai berikut:
1.
Identitas diri responden berkenaan dengan
nama dan inisial.
2.
Jenis Kelamin responden Dosen
3.
Lembaga/Institusi/Fakultas/Prodi responden Dosen.
Responden penelitiasn ini dibedakan dalam dua kelompok. Kelompok pertama dosen LLDIKTI Wilayah XI
Kalimantan, Kelompok kedua Dosen-dosen
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di
wilayah Indonesi Barat dan Tengah.
4.
Angket 4
Tentang masa kerja responden/dosen. Jawabannya masa kerja 7 – 10 tahun (50%).
11 – 13 tahun (17,6%). Lebih dari
20 tahun (8,8%). masa kerja 4 – 6 tahun (7,4%). Dapat disimpulkan bahwa dosen mengajar dengan sistim on line selama Covid adalah mereka yang masa kerjanya 7 – 10 tahun
5.
Frekwensi dosen mengajar daring selama seminggu. Dijawab: Mengajar 1 kali (33,8%). 2x 11,8% . 3 kali (16,2%). 4 kali (17,6%). 5 kali (8,8%). 6 kali (11,8%). Disimpulkan
bahwa selama masa Covid 19 dosen lmengajar on line sekali seminggu.
6.
Media pembelajaran sistim Daring yang di guna dosen. Dijawab ; menggunakan Google Class Room (44,1%) Instagram 30,9%. Zoom meeting 16,%, Google meet 7,4%. Dapat disimpulkan bahwa dosen mengajar on line
lebih banyak menggunakan Google Class Room dibandingkan dengan
media pembelajaran lainnya.
7.
Cara dosen mengoperasikan media pembelajaran sistim
daring/on line. Jawabannya Mengopoersikan sdndiri (95,5%) . Dibantu anggota
keluarga (4,4%). Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh dosen
dapat mengoperasikan sendiri media pembelajaran yang digunakan mengajar dengan sistim on line.
8.
Ada tidaknya kesulitan dosen mengoperasikan
media pembelajaran sistem daring/online Jawabannya Tidak mengalami kesulitan (82,4%). Cukup
mengalami kesulitan (14,7%). Dapat
disimpulkan bahwa dosen tidak mengalami
kesulitan mengoperasikan media pembelajaran dengan sistim online.
9.
Ada tidaknya hambatan selama proses
pembelajaran daring/on line. Jawabannya: Hambatannya, tidak semua
tempat/domisili mahasiswa di daerah memiliki
jaringan internet (55,9%.). Kurang keahlian dalam menggunakan media
pembelajaran online (14,7%). Dapat disimpulkan bahwa hambatan sisitim mengajar
online adalah karena daerah tempat tinggal mahasiswa tidak semuanya memiliki
jaringan internet.
10. Senang tidaknya dosen menggunakan media pembelajaran daring/online. Jawabannya
Menyenangi media pembelajaran on line
(37,3%). Terpaksa menggunakan media on line karena tidak ada cara
lain (32,8%). Kurang begitu menyenangi media
;pembelajaran on line (26,9%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dosen senang
menggunakan media pembelajaran on line, meskipun masih terdapat dosen yang menggunakan media on line secara terpaksa karena tidak ada cara
lain dalam masa covid 19 ini
11.
Perhatian mahasiswa ketika pembelajaran daring/on
line Jawabannya: Perhatian mahasiswa sangat baik (58,8%). Kurang baik (35,3%).
Dapat disimpulkan bahwa kendatipun masih ada perhatian mahasiswa yang kurang
baik, namun sabagian besar perhatian mahasiswa sangat baik mengikuti
pembelajaran sistim on lain.
12.
Dukungan orangtua dan masyarakat terhadap pembelajaran sistim daring/on
line. Jawab; Sangat mendukung karena
cara belajarnya dinilai efektfi selama
masa pandemic Covid 19 (55,9%). Kurang mendukung karena tidak bisa
mengoptimalkan belajar anak (29,4%). Sangat kurang mendukung karna biaya
internet mahal serta tidak semua daerah
memiliki jaringan internet (14,7%). Dapat disimpulkan bahwa walaupun orangtua
dan masyarakat mendukung belajar dengan sistim on line , ternyata masih banyak
orangtua dan masyarakat kurang mendukung
karena belajar dengan sistim on line tidak dapat mengoptimalkan belajar anak.
Disisi lain disamping internet mahal , tidak semua daerah tempat tinggal
mahasiswa mendapat jaringan internet.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, berikut
ini di diskripsikan hasil analisis data
sebagai berikut:
1.
Masa kerja dosen yang paling banyak berperan aktif
mengajar
selama masa Covid 19 adalash
mereka yang bermasa kerjanya 7 - 10
tahun.
2.
Frekwensi dosen mengajar daring dalam
seminggu terbanyak 1 kali pertemuasn (33,8%).
3.
Media pembelajaran daring yang banyak diguna
dosen adalah Google Class Room
(44,1%)
4.
Hampir semua dosen dapat mengopoersikan
sdndiri media pembelajaran daring (95,5%)
5.
Dosen tidak mengalamai kesulitan mengoperasikan
media pembelajaran Daring (33,8%).
6.
Hambatan yang terjadi selama masa pembelajaran
on line, tidak semua tempat/domisili mahasiswa di daerah memiliki jaringan internet (55,9%.).
7.
Selama masa covid 19 dosen menyenangi media pembelajaran daring (37,3%).
8.
Dukungan orangtua dan masyarakat terhadap pembelajaran daring.
Sangat sangat baik 19 (55,9%).
9.
Perlu
disadari semua pihak Covid-19 adalah
penyakit baru yang telah menjadi pandemic yang harus diwaspadai karena penularan yang relatif
cepat, dan belum adanya obat terapi definitif. Masih banyak knowledge gap, sehingga
diperlukan studi-studi lebih lanjut.
Rekomendasi
1.
Agar
pembelajaran on line dapat dikuasai oleh semua dosen dan mahasiswa secara baik dan menyeluruh, perlu ada
sosialisasi/pelatihan bagi dosen dan
mahasiswa agar ketika harus menggunakan cara belajar sistim daring mereka tidak
lagi gagap.
2.
Masih banyak daerah pedalaman yang belum
mendapat jaringn internet. Untuk itu Pemerintah melalui otoritas pendidikan
perlu memikirkan langkah-langkah pengadaan listrik plus internet agar
ketika harus menggunakan system belajar
daring, dosen dan mahasiswa tidak lagi mengalami kesulitan mengakses internet.
3.
Masih ditemukan orangtua mahasiswa kesulitan
menyediakan kouta internet bagi anaknya belajar daring dari kampung halamannya
pedalaman. Untuk itu Pemerintah bersama Stakeholder
terkait perlu memikirkan langkah positif agar mereka yang tergolong “kurang
mampu” perlu mendapatkan beasiswa.
4. Masih ada orangtua dan masyarakat yang belum yakin akan kemampuan system belajar daring. Untuk itu otoritas Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan perlu meyakinkan orangtua dan masyarkat, agar penggunaan system belajar daring dapat digunakan secara merata di seluruh pelosok tanah air
DAFTAR BACAAN
Arikunto, Suharsimi. 2014.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Darmadi Hamid (2014) Metode
Penelitiasn Pendidikan dan Sosial. Bandung. Alfabeta
F.L,Whitney.(1960).The
Elements of Resert.Asian Eds. Osaka: Overseas Book Co.
Fox, W. and Bayat, M.S. (2007). 'A Guide to Managing Research'. Duta Publication, p.45.
Nawawi Hadari. (2000) Manajemen Strategik Organisasi Non
Profit, Yogyakarta: UGM Press.
Sugiyono. (2011).
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Sumber Internet
Green,
M. J., & Phillips, M. L. (2004). Social threat perception and the evolution
of paranoia. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 28(3), 333–342.
doi:10.1016/ j.neubiorev. 2004.03.006
Huang
C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China.
JAMA.
2020; published online February 24. DOI: 10.1001/jama.2020.2648. 8. World
Health Organization. Situation Report – 10 Internet.updated 2020 January
McGoogan
JM. Characteristics of and Important
Lessons From the Coronavirus Disease
2019 (COVID-19)
Outbreak
in China: Summary of a Report of 72314 Cases
From the Chinese Center for Disease Control and Prevention.
Raihani, N. J.,
& Bell, V. (2019). An evolutionary
perspective on paranoia. Nature human behaviour, 3(2), 114–121.
Rothan
HA, Byrareddy SN. The epidemiology and
pathogenesis of coronavirus disease (COVID-19)
World
Health Organization. WHO
Director-General’s opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11
March 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar