Rabu, 20 Januari 2021

 

MENGURAI BENANG KUSUT PERMASALAHAN BELAJAR SISTIM DARING DI INDONESIA 

BARAT DAN TENGAH MASA PANDEMIK COVID 19 MENGGIGIT

Peneliti :

Hamid Darmadi  Guru Besar LLDIKTI  Wilayah XI Kalimantan

hamiddarmadi@gmail.com

Rustam : Rektor IKIP PGRI Pontianak

rustammunif@gmail.com

 

ABSTRACT

The study, entitled "Unraveling the tangled Yarns of Online Learning Problems in Western and Middle Indonesia Region Covid 19 Biting" aims to obtain objective information and clarity about online learning problems due to the Covid 19 pandemic in Indonesia and the world. The benefits of this research are expected to be able to contribute ideas to the competent parties to overcome covid pandemic 19 problems which force lecturers (educators) to teach from home with an online system and make students forced to study online. This research uses descriptive survey method. The population in this study were 133 people spread in western and central Indonesia. Data collection techniques and tools use a mixed questionnaire (closed and open). Questionnaire is distributed through Google form. As of this writing the respondent's response was still ongoing. The results showed that: The lecturers who were most active teaching the online system during Covid were lecturers who had 7-10 years of service (57.1%). The average lecturer teaches once a week (43.6%). The most widely used learning media for Google Class Room teacher lecturers. Almost all lecturers can use online media learning system (95.5%). Most lecturers have no difficulty using the online learning system media (67.7). There are no significant obstacles for lecturers in online learning (48.9). Most of the lecturers liked the learning media that they used (37.1) Forced to use (29.5%) Not much to like (31.1%). Student attention in online learning activities is quite good (60.9%) Lack of attention (35.3%). Online scholar support is quite good (63.9%). Conclusion Studying online systems during the Covid period, in addition to the negatives, many also provided education to lecturers and students innovating learning from those who did not know, and could not use previous learning media to be able to. All parties need to realize that Covid-19 is a new disease that has become a pandemic outbreak, not only in Indonesia, but throughout the world. Covid 19 needs to be watched out because it is relatively dangerous, transmission is relatively fast, there is no definitive therapeutic drug. There are still many covid secrets that have not been revealed, so further studies are needed.

Keywords: Covid Pandemic Online Learning System 19

 

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Mengurai Benang Kusut Pemasalahan Belajar Sistem Daring  di Wilayah Indonesia Barat dan Tengah Masa Covid 19 Menggigit” ini bertujuan mendapatkan infoirmasi dan kejelasan objektif mengenai permasalahan belajar system daring akibat pandemic Covid 19 yang melanda Indonesia dan dunia. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pihak yang berkompeten guna mengatasi permasalah pandemic covid 19 yang memaksa, dosen (pendidik) harus mengajar dari rumah dengan system daring  dan membuat mahasiswa terpaksa belajar secara online. Penelitian ini menggunakn metode Survey diskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 133 orang yang tersebar di wilayah Indonesia Barat dan tengah. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan angket campuran (tertutup dan terbuka). Angket disebarkan melalui melalui google form. Saat tulisan  ini diturunkan tanggapan responden masih berjalan. Hasil penelitian menujukkan bahwa: Dosen yang paling aktif mengajar system daring selama Covid adalah dosen  yang memiliki masa kerja 7 – 10 (57,1%). Rata-Rata Dosen mengajar sekali seminggu (43,6%). Media pembelajaran yang paling banyak digunakan guru dosen Google Class Room. Hampir semua Dosen bisa menggunakan media pembelajaran system daring (95,5%). Sebagian besar dosen tidak kesulitan menggunakan media system belajar daring (67,7).  Tidak terdapat hambatan yang bearti  bagi dosen dalam pembelajaran daring (48,9).  Sebagian besar dosen menyenangi media pembelajaran yang digunakannya (37,1) Terpaksa menggunakan (29,5%) Tidak begitu menyenangi (31,1%). Perhatian mahasiswa dalam kegiatan belajar daring cukup baik (60,9%) Kurang perhatian (35,3%).  Dukungan orang delajar online cukup baik (63,9%). Kesimpulan Belajar system daring masa Covid  menggigit disamping  negatifnya banyak juga memberikan edukasi kepada dosen dan mahasiswa berinovasi belajar dari yang tidak mengetahui, dan tidak bisa menggunakan media pembelajaran sebelumnya menjadi bisa. Semua pihak perlu menyadari  Covid-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi wabah pandemic, tidak saja di Indonesia , tetapi diseluruh dunia. Covid 19 perlu diwaspadai karena relative berbahahaya, penularannya relatif cepat, belum ada obat terapi definitif. Masih banyak rahasia covid yang belum terungkap, sehingga diperlukan studi-studi lebih lanjut.

Kata Kunci : Sistem Belajar Daring Pandemik Covid 19

 

A.       Latar Belakang Penelitian

Penelitian  ini mengngkat Topik “Mengurai Benang Kusut Pemasalahan Belajar di Rumah dengan Sistem Daring di Prguruan Tinggi LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan serta Beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Wilayah Indonesia Barat dan Tengah” ini berawal dari mewabahnya Pandemik Covid 19 dari Kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok  akhir Desember 2019 lalu. Rumitnya  penanganan wabah ini membuat para pemimpin berbagai negara menerapkan kebijakan yang super ketat untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Social Distancing menjadi pilihan berat bagi setiap negara dalam menerapkan kebijakan untuk pencegahan penyebaran covid-19, karena kebijakan ini berdampak negatif terhadap segala aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan, terutama menyangkut masalah belajar mengajar baik di sekolah maupun di kampus. Keputusan pemerintah mendadak dengan meliburkan serta memindahkan proses pembelajaran dari sekolah menjadi di rumah, membuat ketidaksiapan stakeholder sekolah melaksanakan pembelajaran sistim daring mendorong penulis untuk melakukan apa yang bisa dibuat membantu mencari solusi terbaik menyelamatkan proses pembelajaran yang mendadak berubah itu.

Peralihan cara belajar sistem daring seperti ini, ditengarai memaksa berbagai pihak untuk mengikuti alur yang bisa ditempuh agar pembelajaran dapat berlangsung, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran daring. Penggunaan teknologi seperti ini juga bukan tanpa masalah, banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran daring diantaranya adalah berikut inki.

1.     Rendahnya Penguasaan Teknologi 

Harus diakui bahwa tidak semua guru/dosen (pendidik) menguasai teknologi terutama generasi yang lahir sebelum tahun 1980-an. Dimana pada saat itu penggunaan teknologi belum begitu masif. Bukan mereka tidak bisa  kalau belajar, diyakini pasti bisa karena guru/dosen adalah manusia pembelajar yang selalu siap menghadapi perubahan zaman. Keadaan seperti ini juga dialamai oleh para siswa/mahasiswa, tidak semua mereka terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya karena keterbatasan sarana. Bagi siswa bahkan mungkin mereka belum dikenalkan teknologi dalam pembelajaran sistim daring.  Bagi mahasiswa karena harus pulang ke kampong halamannya di daerah seluruh pelosok tanah air semasa Covid ini diyakini  belum semua daerah (terutama daerah pedalaman)  tanah air terjangkau oleh jaringan internet agar bissa mengikuti sistim belajar jarak jauh/daring. Semua ini menjadi permasalahan mendasar bagi gerak lajunya dunia pendidikan.

2. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Belajar

Sangat mungkin siswa/mahasiswa yang hidup di jaman milinial ini sudah pandai menggunakan perangkat belajar sistim daring karena bisa belajar  secara otodidak tetapi permasalahasn berikutnya adalah menyangkut kepemilikan perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah tersendiri. Bukan rahasia umum bahwa tingkat kesejahteran hidup guru termasuk dosen masih dalam kategori menengah kebawah. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan perangkat pembelajaran seperti itu, untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya saja masih banyak yang mengalami kesulitan. Berdasarkan data statistik masih banyak guru/dosen yang belum mendapat  sergu dan serdos, Hal ini bearti mereka hanya menerima gaji semata  setiap bulannya tanpa sergu dan serdos.

3. Jaringan Internet Terbatas

Pembelajaran daring tidak terlepas dari penggunaan jaringan internet. Sesungguhnya belum semua sekolah, di pedalaman memiliki jaringan internet. Menurut data statistic mahasiswa kita  sedikitnya 60 % berasal dari daerah pedalaman dimana di daerah pelosok pedalaman itu masih langka apa yang disebut “Internet”. Jangankan ingternet masih banyak  kampong-kampung di pedalaman yang belum mendapat aliran listrik  Kalaupun ada mahasiswa yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringannyapun tidak stabil karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.

4. Biaya Internet Tak Terjangkau

Kalaupun di daerah pedalaman ada jaringan listrik dan internet, masalah berikutnya adalah biaya membeli Kuota internet. Internet memerlukan uang untuk membelinya. Dalam situasi seperti saat ini  kuota untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara guru/dosen dan orang tua peserta didik tidak siap menyediakan anggaran jaringan internet. Kalaupun jaringan internet ada, peserta didik bisa menggunakan sistim belajar Daring, tetapi orangtua tidak mampu menyedia biaya pulsa internet karena produk pertanian yang menjadi andalan masyarakat pedesaan/pedalaman relative “murah”. Semua ini merupakan masalah tersendiri yang belum terpecahkan seperti apa solusinya.

Permasalahan di atas mengetuk pintu hati  pikiran penulis, mengantarkan berpikir tujuh keliling dengan siribu satu macam pertanyaan; Adakah Sistim belajar yang murah yang bisa ditempuh guru/dosen agar tidak menyulitkan siswa/mahasiswa belajar? Adakah cara belajar yang efektif yang bisa menjangkau siswa/mahasiswa dalam jarak jauh dengasn sedikit biaya? Adakan cara mengajar guru/dosen yang efektif, mudah diterima/dicerna siswa mahasiswa dengan hasil belajar maksimal ?  Adakah metode mengajar yang bisa membuat peserta didik senang dan  pengajar sayang? Semua hal ini mendorong peneliti untuk meneliti masalah ini.

 

B.    Metode dan Bentuk Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitik dengan jenis/bentuk metode deskriptif berkesinambungan  bertujuan untuk menyajikan gambaran mengenai mengenai belajar sitim daring selama Covid 19  dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Hadari Nawawi,1985)

Prosedur pemecahan masalahnya  dilakukan dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek, gejala, fenomena dalam penelitian berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang terjadi pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya (Sugiyono 2005:21; Whitney 1960:160).

Waktu pendlitian ini dilakukan sejak pandemic Covid 19 dinyata mewabah dunia akhir Desember 2019 dengan efektif penelitian sejak pandemic covid 19 dinyatakan masuk ke Indonesia diperkira bulan Februari 2020. 

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Lingkungkup LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan serta  beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di wilayah Indonesia Barat dan Tengah.

Teknik dan Alat Pengumpul  data dilakukan dengan teknik komunikasi tidak langsung dengan angket tertutup sebagai alat pengumpulasn data. Angket disebarkan dilingkungan Perguruan Tinggi LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan serta sejumlah Pergurun Tinggi Negeri dan Swasta di Indonbesia Barat, dan Indonesia Tengah. Angket disebarkan melalui google form yang di  sebarkan melalui situs online.

Teknik dan Alat Analisis data adalah tahapan dalam proses penelitian dengan tujuan mengetahui sifat dan jenis data yang telah terkumpul. Teknik analisis data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan.

 

C.       Hsil-Hasil Penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul melalui angket secara online dalam bentuk google form di sajikan  berikut ini:

1.     Identitas diri Responden dalam bentuk nama atau inisial. Tidak presentasikan untukmenjaga kerahasiaan responden

3.Nama Lembaga/Institusi/Fakultas/Program Studi Responden dosen tidalk  diekspos demi menjaga kerahasiaan.


D.    Diskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, berikut ini di diskripsikan hasil  analisis data penelitian sebagai berikut:

1.     Identitas diri responden berkenaan dengan nama dan inisial.

2.     Jenis Kelamin responden Dosen   

3.        Lembaga/Institusi/Fakultas/Prodi responden Dosen. Responden penelitiasn ini dibedakan dalam dua kelompok. Kelompok pertama dosen LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan, Kelompok kedua Dosen-dosen  Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di wilayah Indonesi Barat dan Tengah.

4.        Angket 4  Tentang masa kerja responden/dosen. Jawabannya masa kerja  7 – 10  tahun (50%).  11 – 13 tahun (17,6%).  Lebih dari 20 tahun (8,8%).  masa kerja  4 – 6 tahun (7,4%). Dapat disimpulkan  bahwa dosen mengajar dengan  sistim on line selama Covid   adalah mereka yang masa kerjanya  7 – 10 tahun

5.        Frekwensi dosen mengajar daring selama seminggu.  Dijawab: Mengajar 1 kali (33,8%). 2x 11,8% .  3 kali (16,2%).  4 kali (17,6%).  5 kali (8,8%). 6 kali (11,8%). Disimpulkan bahwa selama masa Covid 19 dosen lmengajar on line sekali seminggu.

6.        Media pembelajaran sistim  Daring yang di guna  dosen. Dijawab ;  menggunakan Google Class Room (44,1%) Instagram 30,9%.  Zoom meeting 16,%, Google meet 7,4%. Dapat disimpulkan bahwa dosen mengajar on line lebih banyak menggunakan  Google Class Room dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya.

7.     Cara dosen mengoperasikan media pembelajaran sistim daring/on line. Jawabannya Mengopoersikan sdndiri (95,5%) . Dibantu anggota keluarga  (4,4%).  Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh dosen dapat mengoperasikan sendiri media pembelajaran yang digunakan mengajar  dengan sistim on line.

8.     Ada tidaknya kesulitan dosen mengoperasikan media pembelajaran sistem daring/online Jawabannya  Tidak mengalami kesulitan (82,4%). Cukup mengalami kesulitan (14,7%).  Dapat disimpulkan bahwa dosen tidak mengalami  kesulitan mengoperasikan media pembelajaran dengan sistim online.

9.     Ada tidaknya hambatan selama proses pembelajaran daring/on line. Jawabannya: Hambatannya, tidak semua tempat/domisili mahasiswa di daerah memiliki  jaringan internet (55,9%.). Kurang keahlian dalam menggunakan media pembelajaran online (14,7%). Dapat disimpulkan bahwa hambatan sisitim mengajar online adalah karena daerah tempat tinggal mahasiswa tidak semuanya memiliki jaringan internet.

10.  Senang tidaknya dosen menggunakan media pembelajaran daring/online. Jawabannya Menyenangi media pembelajaran on line  (37,3%). Terpaksa menggunakan media on line karena tidak ada cara lain  (32,8%). Kurang begitu menyenangi media ;pembelajaran on line (26,9%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dosen senang menggunakan media pembelajaran on line, meskipun masih terdapat  dosen yang menggunakan media  on line secara terpaksa karena tidak ada cara lain dalam masa covid 19 ini

11.  Perhatian mahasiswa ketika pembelajaran daring/on line Jawabannya: Perhatian mahasiswa sangat baik (58,8%). Kurang baik (35,3%). Dapat disimpulkan bahwa kendatipun masih ada perhatian mahasiswa yang kurang baik, namun sabagian besar perhatian mahasiswa sangat baik mengikuti pembelajaran sistim on lain.

12.     Dukungan orangtua  dan masyarakat terhadap pembelajaran sistim daring/on line. Jawab;  Sangat mendukung karena cara belajarnya dinilai efektfi  selama masa pandemic Covid 19 (55,9%). Kurang mendukung karena tidak bisa mengoptimalkan belajar anak (29,4%). Sangat kurang mendukung karna biaya internet mahal  serta tidak semua daerah memiliki jaringan internet (14,7%). Dapat disimpulkan bahwa walaupun orangtua dan masyarakat mendukung belajar dengan sistim on line , ternyata masih banyak orangtua dan masyarakat  kurang mendukung karena belajar dengan sistim on line tidak dapat mengoptimalkan belajar anak. Disisi lain disamping internet mahal , tidak semua daerah tempat tinggal mahasiswa mendapat jaringan internet.

 

E.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, berikut ini di diskripsikan hasil  analisis data sebagai berikut:

1.        Masa kerja dosen yang paling banyak berperan aktif  mengajar  selama masa  Covid 19 adalash mereka  yang bermasa kerjanya  7 -  10 tahun.

2.        Frekwensi dosen mengajar daring dalam seminggu terbanyak 1 kali pertemuasn (33,8%).

3.        Media pembelajaran  daring yang banyak  diguna  dosen  adalah Google Class Room (44,1%)

4.     Hampir semua dosen dapat mengopoersikan sdndiri media pembelajaran daring (95,5%)

5.     Dosen tidak mengalamai kesulitan mengoperasikan media pembelajaran Daring (33,8%).

6.      Hambatan yang terjadi selama masa pembelajaran on line, tidak semua tempat/domisili mahasiswa di daerah memiliki  jaringan internet (55,9%.).

7.     Selama masa covid 19  dosen menyenangi media pembelajaran daring  (37,3%).     

8.        Dukungan orangtua  dan masyarakat terhadap pembelajaran daring. Sangat sangat baik  19 (55,9%).

9.     Perlu disadari semua pihak Covid-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemic yang  harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, dan belum adanya obat terapi definitif. Masih banyak knowledge gap, sehingga diperlukan studi-studi lebih lanjut.

Rekomendasi

1.        Agar  pembelajaran on line dapat dikuasai oleh semua dosen dan mahasiswa  secara baik dan menyeluruh, perlu ada sosialisasi/pelatihan bagi dosen  dan mahasiswa agar ketika harus menggunakan cara belajar sistim daring mereka tidak lagi gagap.

2.        Masih banyak daerah pedalaman yang belum mendapat jaringn internet. Untuk itu Pemerintah melalui otoritas pendidikan perlu memikirkan langkah-langkah pengadaan listrik plus internet agar ketika  harus menggunakan system belajar daring, dosen dan mahasiswa tidak lagi mengalami kesulitan mengakses internet.

3.        Masih ditemukan orangtua mahasiswa kesulitan menyediakan kouta internet bagi anaknya belajar daring dari kampung halamannya pedalaman. Untuk itu Pemerintah bersama Stakeholder terkait perlu memikirkan langkah positif agar mereka yang tergolong “kurang mampu”  perlu mendapatkan beasiswa.

4.        Masih ada orangtua dan masyarakat yang belum yakin akan kemampuan system belajar daring. Untuk itu otoritas Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan perlu meyakinkan orangtua dan masyarkat, agar penggunaan system belajar daring dapat digunakan secara merata di seluruh pelosok tanah air

DAFTAR BACAAN

ArikuntoSuharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Darmadi Hamid (2014) Metode Penelitiasn Pendidikan dan Sosial. Bandung. Alfabeta

F.L,Whitney.(1960).The Elements of Resert.Asian Eds. Osaka: Overseas Book Co

Fox, W. and Bayat, M.S. (2007). 'A Guide to Managing Research'. Duta Publication, p.45.

Nawawi Hadari. (2000) Manajemen Strategik Organisasi Non Profit, Yogyakarta: UGM Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta

Sumber Internet

Green, M. J., & Phillips, M. L. (2004). Social threat perception and the evolution of paranoia. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 28(3), 333–342. doi:10.1016/ j.neubiorev. 2004.03.006 

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China.

JAMA. 2020; published online February 24. DOI: 10.1001/jama.2020.2648. 8. World Health Organization. Situation Report – 10 Internet.updated 2020 January

McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Outbreak in China: Summary of a Report of 72314 Cases From the Chinese Center for Disease Control and Prevention.

Raihani, N. J., & Bell, V. (2019). An evolutionary perspective on paranoia. Nature human behaviour, 3(2), 114–121.

Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-19)

World Health Organization. WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020

 

 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar