Jurnal
Penelitian
TATARAN SEJARAH KERAJAAN TIGA SAUDARA
DI BUMI BORNEO BARAT
(Jejak Sejarah Kerajaan Matan Meliau dan
Kerajaan Tayan Masa Penjajahan
Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia)
Oleh
: Hamid Darmadi*)
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul :“Tataran Sejarah Kerajaan Tiga Saudara di Bumi
Borneo Barat” ini mengupas Jejak Sejarah
Kerajaan Matan Meliau dan Tayan Masa Penjajahan, Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus
1945. Penelitian ini Dilaksanakan di Keraton Matan
Ketapang, Keraton Tayan dan Meliau Sanggau bertujuan mendapatkan informasi dan
kejelasan yang objektif mengenai tataran sejarah kerajaan tiga saudara di bumi
Borneo Barat. Manfaat penelitian diungkap
secara teoritis dan praktis di ekspresikan melalui: Manfaat Sejarah
Sebagai Edukatif, Inspiratif,
Instruktif, dan Rekreatif menggunakan metode deskriptif.
Mengumpulkan data secara sistematis berdasarkan fakta masa lalu dan diungkapkan
sebagaimana adanya pada situs-situs penelitian. Penggunaan metode deskriptif
dimaksudkan sebagai usaha pengumpulan data untuk menguji kebenaran postulat
yang telah dirumuskan. Kejadian-kejadian dan fenomena-fenomena yang terjadi di
lapangan di deskripsikan melalui narasi sebagai mana adanya. Teknik Pengumpulan
Data dalam Penelitian ini meliputi empat
(4) langkah utama yaitu: Studi Pustaka, Observasi, Wawancara, dan
dokumentasi menggunakan:1)teknik komunikasi langsung dengan alat panduan
wawancara; 2)tenik observasi langsung dengan alat panduan observasi; 3)teknik
dokumentasi dengan alat catatan informasi, foto, situs-situs bersejarah berupa tataran Sejarah Kerajaan Tiga
Saudara di Bumi Borneo Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Keraton Kerajaan Matan Ketapang sebagai manifestasi dari Kerajaan Tanjungpura
merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat.
Tanjungpura pernah menjadi Provinsi Kerajaan Singasari sebagai
Bakulapura. Bakula berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tumbuhan (bunga) tanjung kemudian
diterjemahkan menjadi Tanjungpura.
Kerajaan Tayan didirikan oleh Gusti Likar anak kedua dari Panembahan
Dikiri
(Raja Matan). sedangkan
anaknya yang pertama bernama Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuidin, menggantikan ayahnya menjadi Raja Matan.
Kedatangan Gusti Likar di Tayan semula untuk mengamankan upeti kerajaan matan, yang seringkali mendapat gangguan oleh orang yang
menamakan dirinya raja di kuala lebai. Dalam melaksanakan tugasnya, Gusti
Likar dibantu oleh Kia Jaga dari Tebang (tokoh suku dayak setempat) berhasil mengamankan upeti tersebut sampai
ke kerajaan Matan tampa gangguan.Raja pertama kerajaan Meliau adalah
Pangeran Mancar, putra ketiga Brawijaya dari kerajaan Majapahit. Pangeran
Mancar bersama dengan saudara-saudaranya, meninggalkan kerajaan Tanjungpura
yang sering terlibat peperangan menuju daerah pedalaman Borneo (Kalimantan).
Dalam perjalanan mengamankan daerah kekuasaannya Pangeran Mancar dibantu oleh
Rangga Macan (tokoh Dayak Meliau). Di Meliau terdapat nama Pangsuma yang
merupakan tokoh Pejuang Dayak Meliau
sebagai tokoh Perang Majang Desa. Untuk mengingat nama besar Pangsuma
tersebut di Kota Pontianak terdapat GOR yang diberinama nama GOR Pangsuma, dan
di Putussibau Kapuas Hulu terdapat bandara yang diberi nama Bandara Pangsuma.
ABSTRACT
The study, entitled:
"History of the Kingdom of the level of the Three Brothers in Bumi Borneo
West" is peeling Traces History of the Kingdom of Matan Meliau and Tayan
occupation era, Before and After Independence of the Republic of Indonesia 17
August 1945. This study is held on the Palace Matan Ketapang, Keraton Tayan and
Meliau Sanggau aims to obtain objective information and clarity regarding the
level of royal history of three brothers in West Borneo earth. Benefits of the
research revealed theoretically and practically expressed through: Benefit
History For Educational, Inspiring, Instructive, and recreational uses
descriptive method. Systematically collect data based on the facts of the past
and disclosed as such on the websites of the study. The use of descriptive
method of data collection is intended as an attempt to test the correctness of
the postulates that have been formulated. Events and phenomena that occur in
the field described by the narration as they are. Data collection techniques in
this study include four (4) main steps, namely: Study Library, observation,
interview, and documentation using: 1) direct communication techniques by means
of an interview guide; 2) tenik direct observation by means of observation
guide; 3) technical documentation by means of information notes, photographs,
historic sites such as the level of the Kingdom of the Three Brothers History
in Bumi Borneo West. The results showed that the Kingdom Matan Ketapang palace
as a manifestation of the Kingdom Tanjongpura is the oldest kingdom in West Kalimantan.Tanjongpura
once the province of Singhasari as Bakulapura. Bakula is derived from Sanskrit
which means the plant (flower) cape is then translated into Tanjongpura. Tayan
kingdom founded by Gusti Likar second son of Panembahan dikiri (King Matan). while
the first child named Duli Maulana Muhammad Sultan Syarifuidin, succeeded his
father became King Matan. Gusti arrival Likar in Tayan initially to secure a
royal tribute of honor, which often gets disturbance by people who call
themselves kings in kuala Lebai. In performing its duties, Gusti Likar assisted
by Kia Jaga of Cutting (local Dayak tribal leaders) managed to secure the
tribute to the royal tampa gangguan.Raja Matan first royal prince Meliau is
emanating, the third son of Brawijaya of Majapahit kingdom. Prince transmitter
along with his brothers, to leave the kingdom Tanjongpura are often engaged in
battles to the remote areas of Borneo (Kalimantan). In the course of securing
territory emanating Prince Rangga assisted by the Tigers (Dayak leaders
Meliau). In Meliau there Pangsuma name which is a Dayak warrior figure as a
figure Meliau Majang Village War. To remember the big names Pangsuma in
Pontianak are GOR GOR Pangsuma and named names, and in Putussibau Kapuas Hulu
are airports named Pangsuma Airport.
A. PENDAHULUAN
Setiap bangsa memiliki sejarahnya sendiri, tetapi hanya sebagian kecil dari
seluruh bangsa di dunia ini yang mengerti dan memahami sejarahnya. Oleh karena
itu, kesadaran akan sejarah pada suatu masyarakat hendaknya mendapat perhatian,
sehingga masing – masing individu dalam suatu masyarakat sadar dan memahami
akan perjalanan sejarah bangsanya sendiri. Kesadaran sejarah merupakan suatu
dimensi historis, dimensi itu memuat konsepsi waktu yang sesungguhnya hanya
dimiliki oleh manusia yang berbudaya, karena hanya manusia yang berbudayalah
yang dapat mengenal waktu, baik waktu yang obyektif maupun subyektif. Waktu
yang obyektif adalah waktu yang dapat didasari bersama dan dapat diakui oleh
orang lain. Sedangkan waktu subyektif adalah waktu yang bersifat internal dan
di pengaruhi oleh emosi belaka.
Kesadaran akan sejarah dapat dialami perorangan yang tercermin di dalam
memori. Namun, yang lebih penting adalah kesadaran sejarah bersifat kolektif
(kelompok), yaitu suatu bentuk pengalaman bersama suatu masyarakat sebagai
ungkapan reaksi kepada situasi, baik suatu kebudayaan, politik maupun ekonomi
pada masa satu ke masa lainnya. Misalnya jejak perjuangan bangsa indonesia,
produk dari pengalaman masyarakat Indonesia pada masa lampau yang kemudian
menciptakan situasi kebersamaan dalam meraih kemerdekaan bangsa, berupa persatuan
dan Indonesia merdeka.
Peristiwa – peristiwa atau kejadian yang dialami oleh suatu masyarakat bangsa di masa lampau merupakan pengalaman
sejarah yang sangat penting dan berharga bagi bangsa itu sendiri. Bahkan tokoh
– tokoh masyarakat menganjurkan kepada kita untuk belajar dari masa lampau,
agar dapat menyongsong keberhasilan di masa kemudian hari. Presiden pertama
Republik Indonesia, Ir.Soekarno dalam salah satu pidatonya berpesan pada
seluruh rakyat Indonesia agar “Jangan
sekali – sekali melupakan sejarah”, dan selanjutnya lebih dikenal dengan
sebutan “Jas Merah”. Dengan
demikian, sejarah memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan sebuah
bangsa, karena peristiwa sejarah yang telah terjadi pada masa lampau dari
sebuah bangsa itu akan menjadi sebuah pedoman atau pegangan hidup dari bangsa
tersebut di masa sekarang dan dimasa depan.
Para pahlawan
dan tokoh nasional Indonesia yang tidak pernah merasa lelah untuk membebaskan
negeri ini dari belenggu penjajahan. Mereka bahu-membahu berjuang,berperang
tanpa memikirkan keselamatannya demi memperoleh kemerdekaan. Sungguh besar jasa
dan pengorbanan mereka bagi negara. Sejarah
merupakan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Apa pun yang
sudah terjadi dan terlewati, itu merupakan sejarah. Hari kemarin pun termasuk
sejarah. Namun, harus digarisbawahi, walau sejarah itu adalah ilmu yang
meneliti kondisi di masa lalu, tapi pada kenyataannya, masa lalulah yang
membentuk masa sekarang dan yang menjadi pondasi pula pada masa depan.
Banyak
sejarah-sejarah yang menceritakan sebuah kerajaan besar yang hancur karena
orang-orangnya haus kekuasaan, sehingga pada akhirnya memicu
kudeta.Dari cerminan sejarah masa lalu, diharapkan menjadi sebuah peringatan
agar kita lebih mawas diri untuk bersikap dan bertindak. Sejatinya
ilmu sejarah diperlukan untuk cerminan diri. Tanpa masa lalu, manusia tidak
akan pernah ada. Bukankah sebuah bangsa dan seorang individu dibentuk oleh masa
lalunya?. Satu detik saja berlalu, itu adalah sebuah
goresan sejarah kehidupan. Bangsa Indonesia terlahir karena sejarahnya yang
menjadikan negara ini berdiri. Dahulu, tidak ada yang namanya negara Indonesia,
yang ada hanya kerajaan-kerajaan yang menguasai pulau-pulau yang ada di
Indonesia. Bagaimana kita bisa mengetahui asal usul
tersebut, yaitu dengan mempelajari buku pelajaran sejarah Indonesia. Apakah
kita tidak penasaran dengan sejarah terbentuknya negara sendiri dan bagaimana
kehidupan masa lalu itu terjadi?! Mengenal
sejarah negara sendiri dapat menambah pengetahuan kita dan menambah kecintaan
terhadap negara Indonesia ini. Dengan begitu kita dapat belajar dari sejarah
tersebut. Bagaimana bangsa kita akan maju, apabila tidak melihat dan belajar
dari pengalaman sebelumnya. Banyak yang diberikan oleh orang-orang terdahulu
terhadap kemajuan bangsa ini. Tapi, mengapa
mempelajari buku pelajaran sejarah saja susah, bagaimana
bisa mengetahui sejarahnya tanpa mempelajarinya.
Sejarah
adalah pengetahuan yang intinya berupa mengekspresikan masa lalu
dari beragam sumber. Sumber itu pun tidak muncul begitu saja, diperlukan
penelitian akurat untuk memastikan bahwa sejarah itu pernah ada dan terjadi.
Lalu, dituangkan dalam bentuk tulisan yang bisa dibuat sebagai bahan laporan.
Tentu saja bukan sekadar tulisan semata. Semua disertai bukti yang saling menguatkan.Oleh
sebab itu, seringkali dalam sejarah dicantumkan tanggal, tahun, bahkan hari.
Karena dengan mencantumkan waktunya, kita dapat menelusuri berbagai peristiwa
dan mengaitkannnya dengan peristiwa yang lain.
Sebagai
contoh, ketika lahir, seseorang itu pasti ada catatan lahir seperti hari, tanggal, dan
tahun tertentu. Untuk memudahkan ingatan, orangtua kita
tentu akan mencatatnya pada surat keterangan lahir, yaitu akte lahir. Ketika
sejarah tentang kelahiran kita ditelusuri, kita
akan menemukan banyak hal menarik, dan bila ditulis dalam sebuah laporan, dia
akan berbentuk seperti hapalan. Begitupun dengan sejarah. Penulisan tahun dan
tanggal adalah bukti bahwa kejadian itu nyata terjadi.Dalam mempelajari sejarah
tidak hanya dengan membaca buku atau melihat film saja. Kita dapat melakukan
studi tour ke tempat-tempat sejarah atau museum yang menyimpan benda-benda
sejarah. Banyak cara yang membuat kita menyukai sejarah. Memang banyak yang
harus dihapal dalam mempelajari buku pelajaran sejarah, tapi kita bisa melakukan
itu dengan mudah.
Dengan
banyaknya media dan teknologi yang canggih, alasan belajar sejarah itu
membosankan bisa diatasi. Apabila kita hobi membaca, maka kita dapat belajar
sejarah melalui buku pelajaran sejarah, buku-buku cerita bergambar, atau novel.Apabila
kita tidak hobi mambaca, kita dapat memanfaatkan media visual, yaitu dengan
menonton film-film sejarah. Jika, kita senang jalan-jalan, maka kita bisa
mempelajari sejarah dengan studi tour ke tempat-tempat sejarah.Kita tinggal
memilih caranya saja yang dapat membuat kita tahu akan sejarah-sejarah yang
harus kita pelajari. Jangan bersikap tidak peduli pada sejarah karena sejarah
adalah salah satu faktor yang membuat kita lebih maju dan membuat diri kita
menjadi lebih baik. Jadi, bukan karena sejarahnya yang membosankan, tapi
bagaimana cara kita mempelajarinya. Apakah dari buku pelajaran sejarah, buku
cerita, film, atau tempat-tempat sejarah, kita tinggal memilihnya. Semoga
informasi ini dapat menambah pengetahuan kita tentang sejarah para pahlawan.
Dalam
mengarungi perjalanan hidup manusia membutuhkan suri teladan, salah satu bentuk
suri teladan yang bisa kita ambil dari sekian banyak macam dan bentuk sauri
teladan yang ada salah satunya ialah sejarah. Sejarah memiliki makna perting di
dalamnya baik itu nilai, etika, moral dan bahkan ilmu pengetahuan. Melalui
sejarah kita mampu mengetahi kisah dan perjalanan dari kehidupan sebelum masa
kita sekarang, selain itu sejarah juga memiliki pesan yang sangat yang sifatnya
amanah bagi kehidupan manusia masa sekarang dan yang akan datang. Telah banyak
kisah peradaban suatu bangsa yang di ceritakan oleh sejarah baik itu kisah yang
bernilai positif maupun negatif, yang tentunya itu bisa kita jadikan referensi
untuk merumuskan kehidupan masa sekarang dan yang akan. Berkaitan dengan begitu
pentingnya memahami sejarah bagi kehidupan
Sukarno Presiden
Indonesia Pertama mengatakan, jangan lupakan sejarah. Pernyataan tersebut bisa
diartikan, dalam segala dimensi kehidupan manusia sejarah memiliki peran nilai
yang sangat penting yang tidak bisa begitu saja untuk diabaikan. Sebagai salah
satu contah untuk mengetahui asal-usul dari peradaban suatu bangsa maka salah
satu jalan yang bisa kita tempuh ialah melalui penuturan sejarah. Dengan
mempelajari sejarah maka kita akan mengetahui sejara jelas bagaimana konsdisi
bangsa ini sebelumnya, dan dengan cara seperti apa para leluhur kita terdahulu
membangun peradaban di negri kita yang sekarang kita nikmati ini. Disitulah
makna penting bagi kita utamaya kaum muda untuk memahami sejarah, karena
masa depan peradaban manusia sekarang dan seterusnya kitalah yang akan
menentukanya. Dalam proses kehidupan Sejarah mengajarkan dalam tiga dimensi,
yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Dari setiap dimensi
itu memiliki keterkaitan dan hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi.
Itulah proses kehidupan yang kemudian membentuk siklus sehingga melahirkan
sebuah perdaban. kita sebagai penerus sejarah dari peradaban yang diwariskan
oleh nenek moyang kita, tentunya kita bisa menentukan ataupun memilih mana yang
bisa kita lakukan atau tinggalkan karena tidak perlu ditiru. Selain itu yang
sangat urgen dari unsur pembangunan peradaban manusia ialah kita bisa melihat
kondisi dan keadaan masyarakat saat ini untuk melahirkan masyarakat yang lebih
unggul dari saat ini. Disinilah sejarah selalu mempengaruhi corak perkembangan
setiap fenomena sejarah yang terjadi dalam suatu masyarakat. Sayangnya, saat
ini orang cenderung melihat masa kini dan cenderung melupakan sejarah, bahkan
sejarah pribadinya itu sendiri. Orang pun menjadi tidak berpikir akan masa
depan. Kebanyakan sekarang orang digoda oleh hal yang bersifat kekinian. Apa
yang sekarang sedang trend. Mereka menjadi terbius, sehingga masa depan tidak
pernah sempat terpikirkan. Akibatnya, orang merencanakan sesuatu hanya seadanya
saja tanpa berfikir ke arah masa depan yang sifatnya jangka panjang.
Prof. Dr. Djoko Suryo
(2012) mengindikasikan ”manusia saat ini cenderung mengalami kesulitan bahkan
tidak bisa lagi merenung karena cepatnya perubahan zaman yang serba pragmatis.
Anak-anak muda pun tidak sempat lagi merekam, merenungkan, dan merefleksikan
apa yang sudah terjadi, sehingga orang cenderung cepat saja melupakan yang
sudah terjadi. Peristiwa cepat lewat dan tergantikan peristiwa baru sehingga
tidak sempat melihat apa yang sudah terjadi”. Situasi seperti yang di jelaskan
dalam peryataan tersebut mengakibatkan kita tidak mampu melahirkan pengetahuan
dan pemahaman dari masa lampau. Akhirnya, “kita tidak bisa belajar dari
sejarah".
Disinilah, bidang
ilmu-ilmu Sejarah atau ilmu yang mengulas tentang masa lalu memiliki perannya
yang cukup penting untuk mengembalikan minat generasi muda memahami betapa
pentingnya sejarah bagi kehidupan. Karena Ilmu sejarah itu penting dipelajari,
di samping mempelajari ilmu yang canggih-canggih lainya. Sejarah membuktikan
bahwa Ilmu science itu muncul dari peristiwa sejarah dan budaya yang terjadi di
masa lalu, kemudian mengalami perkembangan terus-menerus sesuai masanya
pada waktu itu hingga sekarang. melalui itulah manusia memiliki kemampuan dalam
berbagai hal berpikir, berkreasi, bercita-cita, dan berimajinasi, maka tumbuh
penciptaan yang melahirkan peradaban.
Oleh karena itulah,
masa lalu atau sejarah tetap memegang peranan penting dalam kehidupan sekarang
dan yang akan datang. Menurut berbagai penelitian dan analisis terhadap
realitas menurunya minat generasi muda untuk memahami sejarah,salah satunya
disebabkan oleh faktor kurangnya memiliki ruang dan kesempatan untuk
berimajinasi bagi kaum muda itu sendiri. Yang ada hanya ingin serba cepat tanpa
proses.Akhirnya, hanya menjadi pemakai dan pengekor teknologi. "Sejarah
muncul dari penciptaan-penciptaan."Untuk itulah, ruang untuk menjadi
kreatif itu yang perlu dibangun, ruang untuk berimajinasi. Sebuah ruang yang
banyak dimiliki masa lampau yang dibangun melalui peradaban manusia terdahulu.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai bahwa orang baru menyadari
peran penting pengetahuan sejarah setelah mereka mampu menduduki posisi penting
dalam birokrasi pemerintahan. Juga orang yang telah mampu mencapai kesuksesan
dalam perjalanan hidupnya dalam segala aspek kehidupan. Seorang birokrat akan
menjadi figur yang unik dan cukup mengherankan jika ia tidak memahami sejarah
perjalanan bangsanya. Ia akan mengalami kedulitan dalam mengatasi masalah
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Seorang duta besar akan mengalami
kesulitan atau melakukan kesalahan diplomatik karena kurang memahami sejarah
dan nilai yang berkembang di negara dimana ia bertugas.
Terkait dengan arti pentingnya sejarah dalam kehidupan dewasa ini, dapat
dikemukakan bahwa sejarah memiliki peran sebagai berikut :
1. Memberikan kesadaran waktu Kesadaran waktu adalah kesadaran bahwa kehidupan dengan segala perubahan
terus berjalan melewati waktu. Kesadaran ini dikenal sebagai kesadaran adanya
gerak sejarah. Dengan memiliki kesadaran sejarah yang baik, seseorang atau
masyarakat akan senantiasa berupaya mengukir sejarah kehidupannya dengan sebaik
mungkin.
2. Memberikan teladan yang baik Mempelajari sejarah kehidupan tokoh masyarakat, memberikan pelajaran yang
baik bagi kita saat ini. Sikap dan perjuangan mereka dapat memberikan
keteladanan yang baik, sehingga nama dan hasil perjuangannya patut dikenang
hingga kini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa
pahlawannya.
3. Memberikan pelajaran yang baik.Dengan mempelajari sejarah, seseorang/ bangsa akan bercermin atau melakukan
penilaian baik peristiwa yang merupakan prestasi maupun kegagalan. Peristiwa dimasa
lampau, baik positif maupun negatif, dapat diambil hikmah agar kesalahan dan
kekurangan yang pernah terjadi tidak terulang lagi.
4. Memperkokoh rasa kebangsaan/nasionalisme.Suatu bangsa merupakan kelompok manusia yang ditinjau dari berbagai segi
memiliki banyak perbedaan. Proses terbentuknya bangsa disebabkan adanya
kesamaan sejarah besar di masa lampau dan kesamaan keinginan untuk membuat
sejarah besar di masa yang akan datang. Perjalanan panjang suatu bangsa dapat
menjadi ingatan kolektif yang dapat menimbulkan rasa solidaritas dan mempertebal
semangat kebangsaan.
5. Memberi ketegasan identitas nasional dan
kepribadian.Suatu bangsa Kepribadian dan identitas nasional suatu bangsa
terbentuk dari keseluruhan pengalaman sejarah bangsa itu sendiri. Setiap bangsa
memiliki pengalaman sejarah yang berlainan, sehingga kepribadian suatu bangsa
akan berlainan pula. Dengan mempelajari sejarah akan lebih memperjelas
identitas nasional dan kepribadian suatu bangsa. David Gordon menekankan bahwa
sejarah merupakan pengalaman kolektif suatu bangsa pada masa lampau.
6. Sumber inspirasi. Pengetahuan
dan cita-cita manusia pada masa lampau dapat menjadi sumber inspirasi dalam
rangka menumbuhkan cita-cita masa depan. Travelyan menyatakan di dalam
pendidikan dan usaha menumbuhkan cita-cita masa lampau meurpakan sumber
ilham/inspirasi yang penting.
7. Sarana rekreatif Sejarah dalam
bentuk kisah/ cerita sering menjadi sumber bacaan yang menarik, apalagi dikemas
dengan gaya bagasa yang memikat. Karya sejarah dapat menghibur karena dapat
menumbuhkan suasana hati yang menyenangkan
Bangsa yang
bijak adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Mengapa kita sebagai bangsa
Indonesia harus mengenal sejarah kita sendiri? Karena ada perkataan bijak yang
mengatakan “history repeats itself”:
sejarah itu berulang kembali. Hal yang pernah terjadi di masa lampau, suatu
saat akan terjadi kembali dengan variasi yang berbeda tapi esensinya sama.
Manusia yang bijak adalah manusia yang belajar dari masa lalu dan tidak
mengulangi kesalahan para pendahulunya.Selain itu, dengan mempelajari catatan
sejarah, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki sebagai bangsa. Betapa
besar perjuangan para pahlawan dan pendekar untuk merebut kemerdekaan.
Pengorbanan harta dan nyawa. Semua itu harus kita sadari, hormati dan kita
jadikan teladan dalam hidup.Dalam kenyataannya generasi muda
bangsa pada saat ini ada kecenderungan “melupakan sejarah”.
1. Tidak memiliki kesadaran waktu Kesadaran waktu bahwa kehidupan dengan segala perubahan dan perkembangannhya terus berjalan melewati waktu.
2. Tidak memberikan contoh teladan yang baik bagi perilaku hidup dan
kehidupan. Tokoh politik, tokoh masyarakat, dan pejabagt publikkurang memberikan pelajaran yang baik
bagi pembelajaran sejarah saat ini.
3. Pemimpin bangsa, pejabat public dan para tetua adat tidak bercermin
atau tidak melakukan hal positif yang
dapat mengarahkan generasi muda bangsa untuk selalu berpikir positif. Peristiwa
di masa lampau, baik positif maupun negatif, tidak diambil
hikmah agar kesalahan dan kekurangan yang pernah terjadi dimasa lalu tidak lagi terulang.
4. Pejabat publik selalu abai mercerminkan atau
melakukan penilaian baik peristiwa yang merupakan prestasi maupun kegagalan. Abai dalam mengekspresikan peristiwa dimasa lampau, baik positif maupun
negatif, yang mestinya dapat diambil sebagai hikmah
agar kesalahan dan kekurangan yang pernah terjadi dimasa lalu tidak terulang lagi.
5. Abai memberi
ketegasan identitas nasional dan kepribadian sebagai bangsa, kepribadian dan identitas nasional bangsa Indonesia yang terbentuk dari keseluruhan pengalaman sejarah bangsa kita yang dibentuk dan dibangun dari perjuangan panjang sejarah negeri
ini.
6. Abai akan Sumber inspirasi Pengetahuan dan
cita-cita manusia pada masa lampau yang dapat dijadikan
sumber inspirasi dalam rangka menumbuhkan cita-cita masa depan bangsa yang beradab.
7. Abai akan sarana rekreatif sejarah
dalam bentuk kisah/cerita yang mestinya dapat menjadi
sumber bacaan yang menarik, apalagi dikemas dengan gaya bagasa yang memikat jauh dari harapan.
B. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan diskriftif sejarah. Penelitian deskriptif sejarah adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian
deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian dilakukan. Melalui penelitian deskriptif, peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian
tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.Variabel yang
diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dari satu variabel/jamak.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel jamak. Metode Penelitian deskriptif merupakan salah
satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran
lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang akan diuji.
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki
definisi tentang subjek penelitian dan menggunakan pertanyaan “How” dan “Who”
dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Penggunaan “Metode Diskriptif Sejarah. Dalam penelitian
ini bertujuan agar usaha pengumpulan data secara sistematis berdasarkan fakta
masa lalu dan diungkapkan sebagaimana adanya. Alasan penggunaan Metode Deskripti Sejarah
berdasarkan empat (4) langkah (Gottschalk
(2008: 23-24): (1)Pengumpulan objek yang berasal dari zaman lampau dan
pengumpulan bahan-bahan cetak, tertulis, dan lisan yang relevan dengan objek
penelitian “Tataran Sejarah Perjuangan Kerajaan Tiga Saudara
di Bumi Borneo Barat”.(2)Menyingkirkan
bahan-bahan atau bagian-bagian yang
tidak autentik; (3)Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai
bahan-bahan yang autentik; dan (4)Penyusunan kesaksian yang dapat
dipercaya menjadi sesuatu kisah atau penyajian yang bermakna mengungkapkan
kejadian “Tataran Sejarah Perjuangan
Kerajaan Tiga Saudara di Bumi Borneo Barat”.
Metode
penelitian deskriptif sejarah dimaksudkan sebagai usaha pengumpulan data untuk
menguji dugaan kebenaran yang telah dirumuskan. Kejadian-kejadian dan
fenomena-fenomena di lapangan tersebut di deskripsikan melalui narasi sebagai
mana adanya.Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian ini meliputi empat (4) langkah utama: Studi
Pustaka, Observasi, Wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik dan alat
pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah 1)teknik komunikasi langsung dengan alatnya panduan wawancara;
2)tenik observasi langsung dengan alatnya panduan observasi; 3)teknik
dokumentasi dengan alatnya berupa catan informasi, foto, situs-situs bersejarah berupa tataran Sejarah Kerajaan Tiga Saudara di Bumi Borneo Barat”.
Data pendukung
lainnya yang dipergunakan untuk mengungkap “situs-situs bersejarah berupa tataran Sejarah Kerajaan Tiga Saudara di Bumi Borneo Barat” Kegiatan membuat photo, membuat video untuk
pengumpulan dokumen tersebut dilakukan dengan handycam Sony R model
No.DCR-SX20E seri; 1735791 dan Sony R model No.DCR-SR68E seri 3786100 dan HP.
Nokia E75; HP.Samsung Galaxy S4; HP Nokia E72, HP Black Berry; Samsung Galaxy
Tab serta sejumlah Handycam dan HP lainnya yang ditambahkan untuk melengkapi
dokumentasi data.Teknik komunikasi langsung dengan alatnya berupa panduan
wawancara dilakukan dengan pengelola, juru kunci masing-masing keraton/kerajaan,
tokoh masyarakat, pemuka adat, msyarakat setempat dari masing-masing mengungkap
“situs-situs bersejarah
berupa tataran Sejarah Kerajaan Tiga Saudara di Bumi
Borneo Barat”.Teknik observasi
langsung dengan alat berupa panduan observasi dilakukan dengan; mengamati
langsung aktivitas pengurusan, penanganan, juru kunci masing-masing keraton,
tokoh masyarakat, pemuka adat, msyarakat setempat dari masing-masing mengungkap
“situs-situs bersejarah
berupa tataran Sejarah Kerajaan Tiga Saudara di Bumi
Borneo Barat”. Teknik dokumentasi
dengan alatnya berupa kumpulan catatan dan dokumen tentang “situs-situs bersejarah berupa tataran Sejarah Kerajaan Tiga Saudara di Bumi
Borneo Barat”
Penelitian ini
dilakukan dalam tujuh langkah yaitu: (1)Menyusun rancangan penelitian.
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam
penelitian. (2)Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substansif
yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif sifatnya.
(3)Mengurus Perijinan Penelitian dan mempelajari siapa saja pihak yang
berwenang dalam memberikan ijin penelitian dan persyaratan lain yang diperlukan
dalam penelitian. (4)Menjajaki dan Menilai Lapangan dimana peneliti melakukan
orientasi lapangan dan hal-hal tertentu tentang keadaan lapangan. (5)Memilih
dan Memanfaatkan Lingkungan Informan untuk penyelidikan dan pemberi informasi
dan data. (6)Menyiapkan Perlengkapan Penelitian yang diperlukan sebelum terjun
ke lapangan. (7)Memeperhatikan Etika Penelitian yaitu peneliti berupaya
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, adat isiadat, kebiasaan, nilai dan
norma sosial serta kebudayaan masyarakat yang menjadi latar penelitian.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keraton Kerajaan
Matan Ketapang sangat strategis karena berada di pinggir jalan raya sehingga
sangat mudah untuk di capai. Keraton Kerajaan Matan ini terletak di Jalan
P.Kesuma Jaya. Kelurahan Mulya Kerta bersebelahan dengan Mulya Baru. Kerajaan Tanjungpura merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat. Kerajaan yang
terletak di Kabupaten Kayong
Utara ini
pada abad ke-14 menjadi bukti bahwa
peradaban negeri Tanah Kayong sudah cukup
majupada masa lampau. Tanjungpura pernah menjadi Provinsi Kerajaan Singasari sebagai
Bakulapura.
Nama bakula berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tumbuhan tanjung (Mimusops
elengi), sehingga setelah dialih bahasakan menjadi Tanjungpura. Kerajaan Tayan di dirikan oleh
Gusti Lekar, anak kedua dari Panembahan Dikiri (Raja Matan). sedangkan anaknya yang pertama bernama Duli Maulana Sultan Muhammad
Syarifuidin,
menggantikan ayahnya menjadi Raja Matan. Sultan Muhammad Syarifudin adalah
Raja pertama yang memeluk agama islam oleh Syech Syamsuddin dan mendapat hadiah dari raja Mekah sebuah
Qur’an kecil dan sebentuk cincin bermata jamrut merah. Kedatangan Gusti Lekar
di Tayan semulanya untuk mengamankan upeti dari rakyat daerah itu kepada kerajaan matan, sebelumnya pembawa upeti tersebut selalu
mendapat gangguan oleh seseorang yang mengatakan dirinya raja di kuala
lebai. untuk semuanya itu Gusti Lekar bersama seorang suku dayak bernama Kia Jaga dari Tebang berhasil mengamankan upeti tersebut sampai ke kerajaan Matan.
Meliau adalah sebuah
kecamatan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia.Raja pertama
kerajaan Meliau adalah Pangeran Mancar, putra ketiga Brawijaya dari kerajaan
Majapahit. Bersama dengan saudara-saudaranya, Pangeran Mancar meninggalkan
kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan menuju daerah pedalaman
Kalimantan. Di daerah Meliau, keturunan Jawa ini kemudian melindungi wilayahnya
dengan jimat berupa gumpalan tanah dari tungku dapur menanak nasi raja
Tanjungpura agar aman dari serangan suku Dayak. Tanah tersebut diambil oleh
Rangga Macan yang menghadap raja Tanjungpura memohon perlindungan. Hingga kini
tanah tersebut tersimpan di daerah Meranggau. Pangsuma merupakan nama besar di
Kabupaten Sanggau, menjadi sebuah goresan sejarah karena Pangsuma merupakan
tokoh Pejuang Dayak Kalimantan Barat
(Perang Majang Desa). Meski demikian, nama ini ternyata terdengar asing
di telinga masyarakat Kabupaten Sanggau, padahal Pangsuma cukup tenar dan
terkenal. Di Kota Pontianak sendiri, nama Pangsuma menjadi populer karena
menjadi icon dan terpampang besar sebagai nama tempat atau gedung olah raga
atau sering disebut GOR Pangsuma, dan Pangsuma juga diabadikan sebagai nama
Bandara di Putussibau.
Pada zaman logam awal
(tahun 500 – 300 SM) wilayah pantai sampai radius sekitar 20 kilometer
di Ketapang Borneo (Kalimantan) merupakan daerah penyebaran
kebudayaan Dong Song dari Vietnam Utara. Benda perunggu bercorak Dong Song
ditemukan secara luas diwilayah ini seperti kapak corong, pisau, kail, gelang,
ujung tombak dan artefak nekara perunggu. Pada tahun 850 – 900 M Pulau Borneo
(Kalimantan) diekspansi oleh Dynasti Syailendra yang bermitra dengan Sriwijaya,
dan seluruh wilayah sebaran kebudayaan Dong Song merupakan daerah
taklukan/kedaulatan Syailendra dan Sriwijaya yang berbudaya Hinduisme. Pada
masa periode inilah Kerajaan Tanjungpura sudah wujud dan mengalami ekspansi
terus menerus dari kerajaan lainnya di Nusantara. Corak budaya dan system
pemerintahan Kerajaan yang wujud hingga saat ini sangat dipengaruhi oleh
periode sejarah mulai dari zaman pra-sejarah, pengaruhu Hindu/Budha (India),
pengaruh Islam (Arab) dan Eropa (penjajahan) hingga sampai pada aras
kekiniannya menjadi Kerajaan Matan Tanjungpura.
Pada tahun 1922 M
Ketika Gusti Muhammad Saunan diangkat menjadi raja dan setelah 19 tahun memerintah
pasukan Jepang datang ke Matan menjemput Beliau sehingga tidak ada
kabar beritanya dan Beliau tidak meninggalkan keturunan untuk mewarisi kerajaan
yang dipimpinya. Dari tradisi masyarakat yang berkembang bahwa ketika pada masa
pemerintahan Gusti Muhammad Sabran sering kali terjadi bajak laut kemudian
panembahan Matan membentuk angkatan laut dengan panglimanya Hamzah bin Daud
yang disebutkan masih keturunan Brunai. Panembahan Matan juga meminta bantuan
dengan kesultanan Pontianak sehingga dikirimlah panglima bernama Encik Walid
dan Encik Kamis yang meninggalkan keturunan di kampung Padang dan Kampung
Tuan-Tuan (Syarif/Syarifah) di Kota Ketapang.Intinya Gusti Muhammad
Saunan ini raib entah kemana, entah itu terbunuh atau menghilang dengan sendirinya,namun
menurut misteri yang saya dengar dikebanyakan orang yang masih ada keturunan
Kerajaan Keraton Mulia kerta Ketapang (Uti/Utin) bahkan Almarhum
Kakek saya sendiri yang masih keturunan Brunai ini semasa hidupnya pernah
mengatakan kepada saya bahwa perjalanan Gusti Muhammad Saunan sampai saat
sekarang ini mulai dari Tanjung Pura Kecamatan Muara Pawan sampai Padang12
Kecamatan Kendawangan,saya sendiri sulit untuk percaya karena khasaf saya belum
tembus untuk melihat hal-hal gaib,mungkin hanya orang-orang yang berjiwa
bersihlah yang bisa melihat beliau ini, boleh percaya boleh tidak itu
tergantung diri kita saja yang bisa menilainya.(Uti Syahrudin).Daftar Nama-Nama
Penguasa Kerajaan Matan Tanjungpura diformulasikan sebagai berikut:
1.
Brawijaya
(1454–1472)
2.
Bapurung
(1472–1487)
3.
Panembahan
Karang Tanjung (1487–1504)
Pada
masa pemerintahan Panembahan Karang Tanjung, pusat Kerajaan Tanjungpura yang
semula berada di Negeri Baru dipindahkan ke
Sukadana, dengan demikian nama kerajaannya berubah menjadi Kerajaan Sukadana.
Sukadana merupakan nama yang disebutkan untuk kerajaan ini dalam Hikayat Banjar.
Menurut Peta yang dibuat oleh Oliver van Noord tahun 1600, Nama-Nama Kerajaan Sukadana menggambarkan lokasi Succadano,
Tamanpure, Cota Matan, dan Loue Panembahan Karang Tanjung (1487–1504) sebagai
berikut:
1.
Gusti
Syamsudin atau Pundong Asap atau Panembahan Sang Ratu Agung (1504–1518)
2.
Gusti
Abdul Wahab atau Panembahan Bendala (1518–1533)
3.
Panembahan
Pangeran Anom (1526–1533)
4.
Panembahan
Baroh (1533–1590)
5.
Gusti
Aliuddin atau Giri Kesuma atau Panembahan Sorgi (1590–1604)
6.
Ratu
Mas Jaintan (1604?1622)
7.
Gusti
Kesuma Matan atau Giri Mustika atau Sultan Muhammad Syaifuddin/Raden
Saradipa/Saradewa(1622–1665); Menantu Ratu Bagawan dari Kotawaringin
Nama-Nama Kesultanan Matan Kerajaan Sukadana terakhir sekaligus raja
pertama dari Kerajaan Tanjungpura yang bergelar Sultan dituliskan sebagai
berikut;
1.
Gusti
Jakar Kencana atau Sultan Muhammad Zainuddin (1665–1724)
2.
Gusti
Kesuma Bandan atau Sultan Muhammad Muazzuddin (1724–1738)
3.
Gusti
Bendung atau Pangeran Ratu Agung atau Sultan Muhammad Tajuddin (1738–1749)
4.
Gusti
Kencuran atau Sultan Ahmad Kamaluddin (1749–1762)
5.
Gusti
Asma atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762–1819)
Gusti
Asma atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762–1819) adalah raja terakhir Kerajaan
Matan. Pada masa pemerintahannya, pusat pemerintahan Kerajaan Matan dialihkan
ke Simpang, dan nama kerajaannya berganti menjadi Kerajaan Simpang atau disebut
juga Kerajaan Simpang-Matan.Nama-nama Kerajaan
Simpang-Matan ditemukan sebagai berikut:
1.
Gusti
Asma atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762–1819) anak Sultan Ahmad Kamaluddin
3.
Gusti
Muhammad Roem atau Panembahan Anom Kesumaningrat (1845–1889). Anak Panembahan
Anom Suryaningrat sebagai berikut:
a.
Gusti
Panji atau Panembahan Suryaningrat (1889–1920)
b.
Gusti
Roem atau Panembahan Gusti Roem (1912–1942)
c.
Gusti
Mesir atau Panembahan Gusti Mesir (1942–1943)
d.
Gusti
Ibrahim (1945)
Gusti
Mesir menjadi tawanan tentara Jepang yang berhasil merebut wilayah Indonesia
dari Belanda pada 1942, karena itu maka terjadi kekosongan pemerintahan di
Kerajaan Simpang. Pada akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, sekira tahun
1945, diangkatlah Gusti Ibrahim, anak dari Gusti Mesir sebagai raja. Namun,
karena saat itu usia Gusti Ibrahim baru menginjak 14 tahun maka roda
pemerintahan dijalankan oleh keluarga kerajaan Gusti Mahmud atau Mangkubumi
yang memimpin Kerajaan Simpang hingga wafat pada 1952.
Nama-Nama Kerajaan
Kayong-Matan (Kerajaan Tanjungpura II) ditemukan sebagai berikut:
1.
Gusti
Irawan atau Sultan Mangkurat
2.
Pangeran
Agung
3.
Sultan
Mangkurat Berputra
4.
Panembahan
Anom Kesuma Negara atau Muhammad Zainuddin Mursal (1829-1833)
5.
Pangeran
Muhammad Sabran
6.
Gusti
Muhammad Saunan
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun
1849, wilayah kerajaan-kerajaan ini termasuk dalam wester-afdeeling
berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van
Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Meski terpecah-pecah
menjadi beberapa kerajaan, namun kerajaan-kerajaan turunan Kerajaan Tanjungpura
(Kerajaan Sukadana, Kerajaan Simpang-Matan, dan Kerajaan Kayong-Matan atau Kerajaan
Tanjungpura II) masih tetap eksis dengan pemerintahannya masing-masing.
Silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Matan (dan sebelum
berdirinya Kerajaan Matan) di atas adalah salah satu versi yang berhasil
diperoleh. Terdapat versi lain yang juga menyebutkan silsilah raja-raja Matan
yang diperoleh dari keluarga Kerajaan Matan sendiri dengan menghimpun data dari
berbagai sumber (P.J. Veth, 1854; J.U. Lontaan, 1975; H. von Dewall, 1862;
J.P.J. Barth, 1896; Silsilah Keluarga Kerajaan Matan-Tanjungpura; Silsilah Raja
Melayu dan Bugis; Raja Ali Haji, Tufat al-Nafis; Harun Jelani,
2004; H.J. de Graaf, 2002; Gusti Kamboja, 2004), yakni sebagai berikut:
Nama-Nama Penguasa
Kerajaan Tanjungpura tercatat sebagai berikut:
1.
Sang
Maniaka atau Krysna Pandita (800 M–?)
2.
Hyang-Ta
(900–977)
3.
Siak
Bahulun (977–1025)
4.
Rangga
Sentap (1290–?)
5.
Prabu
Jaya/Brawijaya (1447-1461)
6.
Raja
Baparung, Pangeran Prabu (1461–1481)
7.
Karang
Tunjung, Panembahan Pudong Prasap (1481–1501)
8.
Panembahan
Kalahirang (1501–1512)
9.
Panembahan
Bandala (1512–1538); Anak Kalahirang
10. Panembahan Anom
(1538–1565); Saudara Panembahan Bandala
11. Panembahan Dibarokh
atau Sibiring Mambal (1565?1590)
Nama-Nama Kerajaan
Matan tercatat sebagai berikut:
1.
Giri
Kusuma (1590–1608); Anak Panembahan Bandala
2.
Ratu
Sukadana atau Putri Bunku/Ratu Mas Jaintan (1608–1622); Istri Giri Kusuma/Anak
Ratu Prabu Landak
3.
Panembahan
Ayer Mala (1622–1630); Anak Panembahan Bandala
4.
Sultan
Muhammad Syafeiudin, Giri Mustaka, Panembahan Meliau atau Pangeran
Iranata/Cakra,(1630–1659); Anak/Menantu Giri Kusuma
5.
Sultan
Muhammad Zainuddin/Pangeran Muda (1659–1725); Anak Sultan Muhammad Syaeiuddin
6.
Pangeran
Agung (1710–1711); Perebutan kekuasaan
7.
pembagian
kekuasaan, memimpin kerajaan di Tanah Merah
a.
Pangeran
Agung Martadipura (1725–1730); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian
kekuasaan memimpin kerajaan di Tanah Merah
b.
Pangeran
Mangkurat/Sultan Aliuddin Dinlaga (1728–1749); Anak Sultan Muhammad Zainuddin,
pembagian kekuasaan di Sandai dan Tanah Merah
8.
pembagian
kekuasaan, memimpin kerajaan di Simpang
a.
Pangeran
Ratu Agung (1735–1740); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan,
memimpin kerajaan di Simpang
b. Sultan Muazzidin
Girilaya (1749–1762); Anak Pangeran Ratu Agung, memimpin kerajaan di Simpang
9.
Sultan
Akhmad Kamaluddin/Panembahan Tiang Tiga (1762–1792); Anak Sultan Aliuddin
Dinlaga
10.
Sultan
Muhammad Jamaluddin, sebelumnya: Pangeran Ratu, sebelumnya: Gusti Arma
(1792–1830); Anak Sultan Akhmad Kalamuddin[26]
11.
Pangeran
Adi Mangkurat Iradilaga atau Panembahan Anom Kusuma Negara (1831–1843); Anak
Pangeran Mangkurat
12.
Pangeran
Cakra yang Tua atau Pangeran Jaya Anom (1843–1845); Sebagai pejabat perdana
menteri, anak Pangeran Mangkurat
14.
Pangeran
Laksamana Uti Muchsin (1908–1924); Anak Panembahan Gusti Muhammad Sabran
15.
Panembahan
Gusti Muhammad Saunan atau Pangeran Mas (1924–1943); Anak Gusti Muhammad Busra
16.
Majelis
Pemerintah Kerajaan Matan (1943–1948), terdiri dari Uti Halil (Pg. Mangku
Negara), Uti Apilah (Pg. Adipati), Gusti Kencana (Pg. Anom Laksamana)
17.
Majelis
Raja Kerajaan Matan dipimpin Pangeran Ratu Kertanegara Ir. H. Gusti Kamboja,
MH; Pangeran Laksamana Anom Gst Fadlin, S.Sos dan Pangeran Adipati Uti Iwan
Kusnadi (sejak 2009 - Sekarang)
Nama-Nama
Panembahan Tayan tercatat sebagai berikut:
1.
1780-1809: Suma Juda
2.
1809-1825; regen: 1809-1822: Natu Kusuma
3.
1823-1945: Protektorat belanda
4.
1825-1828: Ratu Kusuma Surjanegara
5.
1828-1854: Marta Surjakusuma (panembahan)
6.
1854-1873: Anom Pakunegara Surjakusuma
7.
1873-1880: Ratu Kusumanegara
8.
1880-1905: Pakunegara Surjakusuma
9.
1905-1929: Anom Pakunegara
10.
1929-1944: Anom Adinegara (Gusti Dżapar)
11.
1945-1960: Pakunegara (Gusti Ismail)
12.
2012: Pada 26 Mei 2012 penobatan Raja XIV
setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja XIII mangkat. Kevakuman Kerajaan Tayan
akibat dari kekejaman Jepang.
Daftar Nama Panembahan
Meliau tercatat sebagai berikut
1.
Panembahan
Mancar Diningrat 1762-17xx (tidak jelas
tahunnya)
2.
Panembahan
Suma Yudanegara (1780-1809)
3.
Panembahan
Natu Kusuma (1809-1825; pemangku 1809-1822)
4.
Panembahan
Ratu Kusuma Suryanegara (1825-1828)
5.
Panembahan
Marta Suryakusuma (panembahan) 1828-1854)
6.
Panembahan
Anom Pakunegara Suryakusuma (1854-1973)
7.
Panembahan
Ratu Kusumanegara (1873-1880; )
8.
Panembahan
Pakunegara Suryaakusuma (1880-1905)
9.
Panembahan
Anom Pakunegara (1905-1929)
10.
Panembahan
Anom Adinegara (Gusti Jaafar) (1929-1944)
11.
Panembahan
Pakunegara (Gusti Ismail) (1945-1960) (Panembahan meliau terakhir)
Berdasarkan berbagai
sumber sejarah, terdapat berbagai versi penamaan Tayan. Sumber yang dapat
dipercaya mengenai nama Tayan tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Versi
pertama asal kata Ta artinya Tanah dan Yan artinya Tajam. Jadi Tayan bearti
“Tanah Tajam)”. Hal ini diduga karena kota Tayan didirikan atauterletak
pada kondisi tanah di ujung Tanjung, disitu tempat mulai dibuka atau didirikan
kota Tayan.
2.
Versi
kedua asal kata Tai artinya Besar dan An artinya Kota (Kota Besar).Sebuah
tempayan yang ditenggelamkan di muara Sungai Tayan sebagai tanda mulai
berdirinya Kota Tayan.
Daftar
Nama-Nama Panembahan Meliau tercatat sebagai
berikut:
1.
Panembahan
Mancar Diningrat 1762-17xx
2.
Panembahan
Suma Yudanegara (p. 1780-1809)
3.
Panembahan
Natu Kusuma (1809-1825; pemangku 1809-1822)
4.
Panembahan
Ratu Kusuma Suryanegara (1825-1828)
5.
Panembahan
Marta Suryakusuma (panembahan) 1828-1854)
6.
Panembahan
Anom Pakunegara Suryakusuma (1854-1973)
7.
Panembahan
Ratu Kusumanegara (1873-1880; )
8.
Panembahan
Pakunegara Suryaakusuma (1880-1905)
9.
Panembahan
Anom Pakunegara (1905-1929)
10.
Panembahan
Anom Adinegara (Gusti Jaafar) (1929-1944)
11.
Panembahan
Pakunegara (Gusti Ismail) (1945-1960) (merupakan Panembahan meliau terakhir)
D. SIMPULAN
Sebelum
Indonesia merdeka (Pada masa pemerintah
Hindia Belanda), sejak tahun 1936 Keraton Matan (Kabupaten Ketapang sekarang)
adalah salah satu daerah Afdeling,
yaitu bagian dari karesidenan Kalimantan Barat (Residentis Westerm Afdeling Van Borneo) dengan pusat
pemerintahannya di Pontianak.
Kabupaten Ketapang pada waktu itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang
Wedana, yaitu :
1. Onder Afdeling Sukadana di Sukadana terdiri dari 3 (tiga) Onder Distrik yaitu :
1. Onder Afdeling Sukadana di Sukadana terdiri dari 3 (tiga) Onder Distrik yaitu :
a. Onder
Distrik Sukadana
b. Onder
Distrik Simpang Hilir
c. Onder
Distrik Simpang Hulu
2. Onder Afdeling Matan Hilir di Ketapang terdiri dari 2
(dua) Onder Distrik yaitu :
a. Onder
Distrik Matan Hilir
b.
Onder Distrik Kendawangan
3. Onder Afdeling Matan Hulu di Nanga Tayap terdiri dari 4
(empat) Onder Distrik yaitu:
a. Onder
Distrik Sandai
b. Onder
Distrik Nanga Tayap
c. Onder
Distrik Tumbang Titi
d. Onder
Distrik Marau
Afdeling Ketapang sendiri
dibagi menjadi 3 (tiga) kerajaan yang dipimpin oleh seorang Panembahan, sebagai
berikut:
1. Kerajaan Matan :
a.
Onder Afdeling Matan Hilir
b.
Onder Afdeling Matan Hulu
2. Kerajaan Sukadana :
·
Onder Afdeling Sukadana
3. Kerajaan Simpang :
a.
Onder Afdeling Simpang Hilir
b.
Onder Afdeling Simpang Hulu
Sampai dengan tahun 1942 kerajaan diatas masing-masing
dipimpin oleh :
1. Gusti
Muhammad Saunan di Kerajaan Matan
2. Tengku
Betung di Kerajaan Sukadana
3. Gusti
Mesir di Kerajaan Simpang.
Setelah
masa pemerintahan Hindia Belanda berakhir dan datangnya Jepang tahun 1942,
Kabupaten Ketapang masih dalam status Afdeling.
Perbedaannya terletak pada pimpinannya yang diambil alih langsung oleh Jepang. Setelah masa kemerdekaan Republik
Indonesia, dimana masih terjadi perebutan kekuasaan dengan pihak Pemerintah
Belanda (NICA), bentuk pemerintahan di Ketapang masih tetap dipertahankan
sebagaimana sebelumnya yaitu berstatus Afdeling
yang disempurnakan dengan Staatsblad
1948 No. 58 dengan pengakuan adanya pemerintahan swapraja. Pada waktu itu
Ketapang dibagi menjadi 3 (tiga) daerah swapraja, yaitu : Sukadana, Simpang dan
Matan yang kemudian digabung menjadi sebuah federasi.
Setelah
Indonesia merdeka, menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1956 maka Kabupaten
Ketapang mendapat status sebagai bagian daerah otonom Provinsi Kalimantan Barat
yang dipimpin oleh seorang Bupati sebagai Kepala Daerah. Kabupaten Ketapang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor
9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820).
Selanjutnya berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang pembentukan
Kabupaten Kayong Utara di Propinsi Kalimantan Barat, maka sejak tanggal 26 Juni
2007, 5 (lima) wilayah kecamatan di Kabupaten Ketapang dimekarkan menjadi satu
kabupaten baru dengan nama Kabupaten Kayong Utara. Nama-nama Kepala Daerah yang pernah
menjabat di Kabupaten Ketapang setelah Indonesia merdeka (1947) sampai sekarang
(2017) sebagai berikut: :
1. R. Soedarto (1947 - 1952)
2. R.M. Soediono (1952 - 1954)
3. M. Hadariah (1955 - 1958)
4. Herkan Yamani (1959 - 1964)
5. Drs. Muehardi (1965 - 1966)
6. M. Tohir (1966 - 1970)
7. Denggol (Pj) (1970 - 1972)
8. Zainal Arifin (1973 - 1978)
9. Soehanadi (1978 - 1983)
10. Gusti Muh. Syafril (1983 - 1988)
11. Mas'ud Abdullah, SH (1988 - 1992)
12. Drs. H. Soenardi Basnu (1992 - 1998)
13. H. Prijono, BA (Plt) (1998 - 2001)
14. H. Morkes Effendi, S.Pd, MH (2001 - 2010)
15. Drs. Henrikus, M.Si (2010 - sekarang).
1. R. Soedarto (1947 - 1952)
2. R.M. Soediono (1952 - 1954)
3. M. Hadariah (1955 - 1958)
4. Herkan Yamani (1959 - 1964)
5. Drs. Muehardi (1965 - 1966)
6. M. Tohir (1966 - 1970)
7. Denggol (Pj) (1970 - 1972)
8. Zainal Arifin (1973 - 1978)
9. Soehanadi (1978 - 1983)
10. Gusti Muh. Syafril (1983 - 1988)
11. Mas'ud Abdullah, SH (1988 - 1992)
12. Drs. H. Soenardi Basnu (1992 - 1998)
13. H. Prijono, BA (Plt) (1998 - 2001)
14. H. Morkes Effendi, S.Pd, MH (2001 - 2010)
15. Drs. Henrikus, M.Si (2010 - sekarang).
16. Martin Rantan, SH
Daftar nama Silsilah Sanggau menurut J.U.Lontaan
: Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat" dan
"Kesultanan Sanggau" karya A. Roffi Faturrahman, et.aI. dalam buku
Istana- istana di Kalimantan Barat tercatat sebagai
berikut:
Otoritas Pemerintahan
Kabupaten Ketapang dan otoritas Pemerintahan Kabupaten Sanggau melalui Dinas
Pariwisata dan Dan Dinas Pendidikan melalui masing-masing keraton pada
masing-masing Kecamatan (Tayan dan Meliau) perlu proaktif menyiapkan anggaran
memelihara kelestarian serta merenovasi sarana dan prasarana keraton yang bernilai
sejarah yang mulai usang dimakan waktu demi kelestarian nilai-nilai budaya
bangsa dan warisan anak cucu kita dimasa datang.
Dengan keterbatasan
dalam penelitian ini Penelitan tataran sejarah tiga saudara ini dapat
dilanjutkan oleh penelitian lain guna menyingkap imformasi keberadaan
situs-situs lain yang berlum terungkasp melalui rancangan penelitian yang lebih
kompleks serta menggunakan multi media dan multi metode guna memperluas
khasanah cakrawala keilmuan sejarah umumnya dan sejarah di bumi Borndeo barat
khususnya dan di Indonesia khususnya.
Foto-Foto
Keraton dan Benda-Benda Peninggalan Bersejarah
DAFTAR PUSTAKA
Allen Rubin, Earl Babbie (1989) Research
Metods for Social Work ; Wadsworth Publishing Company Belmond,
California A Division of Wadswort, Inc.
Ary, D.,Jacob, L.C. and Razavieh, A. (1985) Introduction to Research in Education. 3rd Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Administrative
sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879 (Belanda) Staatsblad van
Nederlandisch Indië, s.n., 1849
Ansar,Rahman. (2000)Perspektif
Berdirinya Kota Pontianak. Pontianak: Tanpa Penerbit. Tanpa Tahun. Sejarah
Kerajaan Tanjungpura-Matan. Tanpa Penerbit.
Bakker.H.P.A. (2014)
Sejarah Sanggau. “Het Rijk Sanggau” Alih
Bahasa Oleh Pastor Yeremias OFM.Cap. Editor; Severyanus Ferry.Pr. Anto
Winarno.Terjemahan dari Buku: Indische Taal, Land, en Volkenkonde. Digandakan
oleh Pemerintah Kabupaten Sanggau. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Sanggau.
Barth, J.P.J. 1896. Overzicht
der afdeeling Soekadana. Batavia : Albrecht.
Dinas Kebudayan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat - Sejarah
Kerajaan TayanKutipan dari buku sejarah
Adat dan Istiadat di Kalimantan Barat, J.U.Lontan
Dunkin, Michael J. and Bruce
J. Biddle. (1974). The Study of Teaching.USA:
Holy, Rinehart and Winston, Inc.
Gall, Meredith D, Joyce P. Gall & Walter R.
Borg. 2007. Educational Research. USA: Pearson Education Inc.
Gay, L.R. (1983). Educational Research Competencies for Analysis
&Application. 2ndEdition. Ohio: A Bell & Howell Company.
Hopkins, David. (1993) A Teacher’s Guide to
Classroom Research. Philadephia: Open University Press.
Hamid Darmadi (2006) Pendidikan Ilmu Sosial;
Landasan Konsep dan Implentasi; Pontianak IKIP-PGRI; Bandung Alfabeta
Hamid Darmadi (2006) Pembelajaran IPS (Model
Pembelajaran IPS Berbasis Lingkungan) Pidato Pengukuhan Guru Besar; Diucapkan
pada Rapat Terbuka Senat STKIP-PGRI Pontianak 15 November 2006; Pontianak
STKIP-PGRI; Lemlit
Hamid Hasan, S. (1996) Pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial (buku I dan II). Bandung: Jurusan Sejarah FPIPS IKIP
Bandung.
Hasanuddin (2014)
Pontianak Masa Kolonial. Penerbit Ombak Yogyakarta
Iskandar (2009) Metodologi
Penelitian Kualitatif.Penerbit Gaung Persada Press (GP Press) Jakarta.
Iskandar (2013) Metodologi Penelitian Pendidikan dan Social, Cetakan
kelima, Cipuat Mega Mall. Jakarta
James W. Popham dan Kenneth
A.Siratnik. (1973). Education Statistics: use and interpretation, Harper and publishel, New York.
Kirlinger, Fred N. (1973) Foundations of
Behavioral Research. San Fransisco: Holt, Rinehart and Winston. Inc.,
Lontaan, J.U. (1975)Sejarah,
Hukum Adat, dan Adat Istiadat Kalimantan-Barat. Pontianak: Pilindo.
Marzuki, S.
(2001) Peranan Lembaga Swasta untuk
Pendidikan Nasional Berkelanjutan dalam
Jurnal Ilmu Pendidikan. Malang:
Penerbit LPTK dan ISPI Universitas Negeri Malang.
Kementerian Pendidikan
Nasional (2003), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Kosasih H. Djahiri. (1994) Buku Pedoman Guru Pengajaran IPS.
Jakarta: Departemen P dan K.
Krugg, M.M
(1982) Hiestory and the social
sciences : New approach to the teaching of social science.
Waltham, Massachussetts : Blaisdell Publishing
Mathew B. Milles and A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif (terjemahan).
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mulia,Gusti Mhd
(etall)(2007)Sekilas Menapak Langkah Kerajaan Tanjungpura. Tanpapenerbit
Madjalah ilmu alam untuk Indonesia. Indonesian journal for natural science,
Volume 2, 1851 (Belanda) Staatsblad van
Nederlandisch Indië, s.n., 1849
Pancaran
Sejarah Perjuangan Bagsa. Tonggak-Tonggak Sejarah
Perjuangan Bangsa: Dari Bumi Khatulistiwa Untuk Indonesia. (2016) Pameran.
22-27 September 2016 Museum negeri Provinsi Kalimantasn Barat
Museum Kepresidenan Republik Indonesias Balai
Kitri. Kementerian Pendidikandan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.
Museum Benteng VREDEBURG Yogyakarta. Kemeterian
Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng VREDEBURG YOGYAKARTA.
Ministry Of Education and Cultur. Perjuangan
Museum Yogyakarta.
Museum Sumpah Pemuda.(2016) Kementerian Pendidiian
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan
2016
Nazir Moh.
(2003) Metode Penelitian. Cetakan Pertama
Penerbit Ghalia Indonesia
Jakarta.
Nawawi
Hadari (2003) Metode Penelitian Bidang
Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press
Nazir Moh.
(2003) Metode Penelitian. Cetakan Pertama
Penerbit Ghalia Indonesia
Jakarta.
Neuman
W.Lawrence (2011) Metode Penelitian Sosial; Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (Original Title; Social Researh Methode; Qualitative and
Quantitative App[roaches, 7th edtion)
Neuman, W. Laurence. (2013) Metodologi Penelitian
Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 7th
edition), Jakarta: PT. Indeks. (Bahasa Inggris, Boston: Pearson Education,
Inc., Publishing as Allyn & Bacon (Imprint of Pearson).
Neuman, W. Laurence. (2013) Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches, 7th
edition), Jakarta: PT. Indeks. (Bahasa Inggris, Boston: Pearson Education,
Inc., Publishing as Allyn & Bacon (Imprint of Pearson).
Punch
F.Keith (1998) Intruduction to Social
Research : Quantitative & Qualitative Approach. Printed in Greath Britain
by the Cromwell Press Ltd. Trownbridge Wiltshire
Rosemarry,
M. (1989). Training and Development. Wimbledon: L R Printing Services LTD, London.
Sejarah Politik Abad XV dan
XVI. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti dan KITLV.
Pemda Ketapang (1979)
Silsilah Keluarga Kerajaan Matan -Tanjungpura.
Skeel, Dorothy J. (1994). Elementary Social
Studies: Challenges for Tommorrow’s
World. USA: Harcourt Brace and Co.
Schuncke, George M. (1988). Elementary Social
Studies: Knowing, Doing, Caring. NY: McMillan Pub. Co.
Sumantri, M. Nu’man. (1996). Pendidikan
IPS ditinjau dari Perspektif Aktualisasinya: Strategi dan Pengembangan
Pendidikan IPS dalam Menghadapi Abad XXI jakarta: IKIP Jakarta.
Sugiyono, (2009) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D Certakan ke 8 Penerbit Alfabeta Bandung
Truhart P.,(2003) Regents
of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives
in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific
Oceania, München 2003,s.1245-1257, ISBN 3-598-21545-2
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003 ; Baltbang Depdiknas Jakarta
Usman, Husaini, dkk. 1996. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Yacobus E.Frans L. (2014) Pangsuma. Sejarah Perang
Majang. Diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Saanggau. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Sanggau
Yodo Sudarto SP.(2014) Catatan Warisan Budaya (Cultural Heritage) di Kerajaan Tanjungpura diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten
Ketapang Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga.
Yus
Suhardi (2014) Sanggau Dari Masa Ke Masa. Cetakan ke 2 Diterbitkan Oleh
Pemerintah Kabupaten Sanggau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sanggau
Veth, P.J. (1854)Borneo‘s
Wester Afdeling. Zaltbommel: Noman en Zoon.
Von Dewall, H. (1862).
"Matan, Simpang, Soekadana, de Karimata-eilanden enKoeboe
(Wester-afdeeling van Borneo)", dalam Tijdschrisft voor Indische Taal-,
Land-en Volkenkunde, Deel XI, Vierde Serie Deel II, Bataviaasch Genootschap
van Kunsten en Wetenschappen, Batavia.
Weiner,B. (1979) Theory of Motivation for Some
Classroom Experiences, Journal of Abnormal Psychology, 71, 1-12
Weiner,B. (1986) Attribution Theory and
Attribution Therapy : Some
Theoritical Observation and
Suggestions. British Journal of Clinical Psychology, 27, 93-104.
Weiner,B.(1990) History of Motivational Research in Education, Journal of
Personality and Social Psychology, 55, 738-748
Weiner,B.(1992) Motivation dalam Marvin C. Alkin.(Ed), Encyclopedia of
Educatiol Research, 3, 860 – 865.
Catatan kaki
(Inggris) Tomé
Pires, Armando Cortesão, Francisco Rodrigues (1990). The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the
East, from the Red Sea to Japan, Written in Malacca and India in 1512-1515, and
The Book of Francisco Rodrigues, Rutter of a Voyage in the Red Sea, Nautical
Rules, Almanack and Maps, Written and Drawn in the East Before 1515 1.
Sumber Dari Internet
https://www.facebook.com/group.php?gid=125109351793
: Group Facebook KAMEx ( KoMunitas fEsbuX'ers MELIAU
http://id.wikipedia.org/wiki/Pang_SumaImage Source :http://www.djarum-super.com/adventure/adventure-journal/content/read/menyusuri-lekuk-kapuas-menemukan-pengantin-yang-hilang-di-meliau-kalimantan-barat/
Indonesian journal for natural science, Volume 2,
1851(Belanda) Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849
Sumber
lisan Buku Mandor Berdarah, Karangan Syafarudin Usman
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/\ di akses pada tanggal 15 November 2012
http://dikdas.kemdiknas.go.id/application/media/file/PP%20No_17%20Tahun%202010%20ttg%20PENGELOLAAN%20DAN%20PENYELENGGARAAN%20PENDIDIKAN.pdf di akses pada tanggal 17 November 2012
http://ftp.unm.ac.id/permendiknas-2006/Nomor%2022%20Tahun%202006.pdf di akses pada tanggal 17 Novber 2012
http://hukum.unsrat.ac.id/men/permendiknas_39_2008.pdf di akses pada tanggal 17 November 2012
http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-definisi-guru.html#sthash. Rrxskj
C1.dpuf
http://lugtyasyonos3ip.staff.fkip.uns.ac.id/files/2011/12/1.-pp-no-19-tahun-2005-tentang-snp.pdf di akses pada tanggal 17 November 2016
http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf. di akses pada tanggal 17 November 2012
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf di akses pada tanggal 15 November 2012
http://118.98.166.62/application/media/file/Policy%20Brief%20Edisi%204.pdf di akses pada tanggal 15 Nov.2012
Sahrudin.2011.Tujuan dan Fungsi Media Pendidikan (Online).
http:// www. sriudin.
com/2011/07/tujuan-fungsi-dan-mediapendidikan.html. diakses Senin, 28 Mei 2012. Pukul 21.00
WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar