A. Konsep
Dasar Ilmu Pendidikan
Tidak
ada satupun kegiatan manusia di dunia ini yang lepas dari aktivitas pendidikan,
apakah itu pendidikan informal, formal dan nonformal. Dengan kata lain
pendidikan itu mencakup seluruh asfek kehidupan sejak manusia pertama (Adam-Hawa)
hingga manusia modern sekarang ini. Sejakan anak manusia dilahirkan hingga ke
liang lahat (meninggal) semuanya membutuhkasn pendidikan, sekalipun mungkin
bukan pendidikan formal tetapi tetap saja dibutuhkan pendidikan informal dan
nonformal itu. Manifestasi kegiatan pendidikan
itu dapat dilihat melalui kegiatan antara lain seperti kegiatan ekonomi, social,
politik, hukum, pertanian, dan lain sebagainya yang menyangkut segenap asfek
kehidjupan manusia. Jabatan apakah yang dapat disandang, atau dilakoni oleh seseorang manusia tanpa melalui pendidikan? Hal ini
membuktikan bahwa betapa pentingnya mempelajari ilmu pendidikan
agar pendidikan itu tidak salah arah.
Berbicara
tentang pengertian ilmu pendidikan tidak terlepas dari dua kata yang dipadukan
yaitu ilmu dan pendidikan. ilmu adalah
Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai
Pustaka). Sedangkan pendidikan adalah
usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak (peserta
didik) dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak mulia sehingga
secara bertahap dapat mengantarkan anak (peserta didik) kepada tujuannya yang ingin
dicapai. Agar anak (peserta didik) hidup bahagia, serta seluruh apa yang
dilakukannya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. (Mahmud Yunus). Dengan
demikian dapat ditegaskan bahwa Ilmu Pendidikan adalah suatu
kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang memiliki metode-metode
tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, investigasi, merenungkan tentang
gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang “dewasa” kepada orang yang “belum dewasa” untuk mencapai
kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
mencapai kehidupan yang lebih
bermakna bagi dirinya, masyarakat bangsa, negara dan sang Pencipta.
“Education
is most powerfull weapon, we can use to change the world (Pendidikan adalah senjata paling ampuh, yang
bisa kita gunakan untuk mengubah dunia) demikian kata yang terkenal dari
Nelson Mandela. Kutipan ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya
pengetahuan dan pendidikan bagi umat manusia. Sumber pokok kekuatan
manusia adalah pengetahuan. Disebut demikian karena manusia dengan
pengetahuannya mampu melakukan olah-cipta, raga, rasa, dan karsa sehingga
manusia mampu bertahan dalam derasnya
arus masa yang terus maju dan berkembang. Proses olah-cipta tersebut terlaksana
berkat adanya aktivitas yang dinamakan Pendidikan. Pendidikan merupakan sarana
utama untuk menyukseskan pembangunannasional, karena dengan pendidikan
diharapkan dapat mencetak sumber dayamanusia (SDM) berkualitas yang dibutuhkan
dalam pembangunan. Titik berat pembangunan pendidikan dewasa ini terletak pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta perluasan
kesempatan belajar. Pendidikan juga
merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan
taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi bangsa yang terbelakang dan tertinggal
dengan bangsa lain. Pendidikan merupakan kunci dalam meningkatkan kualitas
bangsa. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
mentatakan, menyarankan konsep pendidikan “kembali ke alam” dan pendekatan yang
bersifat alamiah dalam pendidikan anak. Bagi Rousseau pendekatan alamiah
berarti anak akan berkembang secara optimal, tanpa hambatan. Menurut Rousseau bahwa
pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu berkembangnya
kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas dan rasa ingin tahu. Rousseau percaya
bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol terhadap pendidikan yang diperoleh
dari pengalaman sosial dan melalui indera, tetapi kita tetap tidak dapat
mengontrol pertumbuhan yang sifatnya alami.
Untuk mengetahui kebutuhan anak, guru harus mempelajari ilmu
yang berkaitan dengan anak-anak. Tujuannnya adalah agar guru dapat memberikan
pelajaran yang sesuai dengan minat anak. Jadi, yang menjadi titik pangkal
adalah anak. Tujuan pendidikan menurut gagasan Rousseau adalah membentuk anak
menjadi manusia yang bebas. Rousseau yakin bahwa seorang ibu dapat menjamin
pendidikan anaknya secara alamiah. Ia berprinsip bahwa dalam mendidik anak,
orang tua perlu memberi kebebasan pada anak agar mereka dapat berkembang secara
alamiah.
Jika JJ. Rousseau
menekankan pendidikan konsep pendidikan “kembali ke alam” dan pendekatan
yang bersifat alamiah, maka Dewey menekankan pentingnya
kebebasan akademik dalam lingkungan pendidikan. Ia dengan secara tidak
langsung menyatakan bahwa kebebasan akademik diperlukan guna mengembangkan
prinsip demokrasi di sekolah yang bertumpu pada interaksi dan kerja sama,
berdasarkan pada sikap saling menghormati dan memperhatikan satu sama lain;
berpikir kreatif menemukan solusi atas problem yang dihadapi bersama, dan
bekerja sama untuk merencanakan dan melaksanakan solusi. Secara implisit hal
ini berarti sekolah demokratis harus mendorong dan memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, merancang
kegiatan dan melaksanakan rencana tersebut.
Dewey sangat
menganggap penting pendidikan dalam rangka mengubah dan membaharui suatu
masyarakat. Dewey percaya bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
peningkatan keberanian dan pembentukan kemampuan inteligensi. Dengan itu, dapat
pula diusahakan kesadaran akan pentingnya penghormatan pada hak dan kewajiban
yang paling fundamental dari setiap orang. Baginya
ilmu Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan
sekolah adalah untuk membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk
mengembangkannya. Pendidikan merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk
menghancurkan kebiasaan yang lama dan membangun kembali yang baru. Bagi Dewey,
lebih penting melatih pikiran manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
dari pada mengisinya secara sarat dengan formulai-formulasi secara sarat
teoritis yang tertib. Pendidikan harus pula mengenal hubungan yang erat
antara tindakan dan pemikiran, antara eksperimen dan refleksi. Pendidikan yang
merupakan kontiunitas dari refleksi atas pengalaman juga akan mengembangkan
moralitas dari anak-anak didik. Dengan demikian belajar dalam arti mencari
pengetahuan, merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Dalam proses ini,
ada perjuangan yang terus menerus untuk membentuk teori dalam konteks
eksperimen dan pemikiran.
Dewey mengadakan
penelitiannya mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan
teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan
pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar
dan menghafal. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya kreativitas dan
keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecahan masalah. Dewey, yang penting bagi
seorang guru adalah melatih pikiran siswa untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dari pada mengisinya secara sarat dengan formulai-formulasi,
teori-teori. Guru tidak boleh membuat penyiksaan fisik yang sewenang-wenang
terhadap siswa dan mengindoktrinir mereka dengan doktrin-doktrin. Sebab dengan
demikian hanya akan menghilangkan kebebasan dalam pelaksanaan pendidikan. Dewey
memprotes cara belajar dengan mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal.
Yang penting yakni guru mendampingi siswa dalam berkreativitas dan berdiskusi
dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian seorang guru harus berperan
sebagai mediator atau fasilitator yang membantu proses belajar seorang
siswa. Oleh kerena itu, seorang guru
memiliki tiga tugas utama:
- Guru
menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa menyusun rancangan
belajar. Seorang guru memungkinkan siswanya untuk menjalankan proses
belajar atau membentuk pengertiannya sendiri. Yang perlu diperhatikan di
sini adalah guru menyediakan pengalaman belajar bagi siswa itu sendiri.
Mengajar dalam bentuk ceramah bukanlah menjadi tugas utama seorang guru.
- Guru
memberikan kegiatan-kegiatan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan
membantu siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya atau
mengkomunikasikan ide ilamiah mereka. Dengan kata lain, guru memberi
semangat kepada siswa untuk berpikir, mencari pengalaman baru. Bahkan guru
perlu memberikan pengalaman konflik. Pengalaman konflik yang dimaksudkan
yakni pemaparan mengenai sebuah kasus atau persoalan yang perlu dipecahkan
sendiri oleh siswa tersebut. Guru harus menyemangati siswa.
- Guru
memonitor atau mengevaluasi apakah proses berpikir siswa dan cara
mengekspresikan pikiran berhasil atau tidak. Guru mempertanyakan apakah
pengetahuan siswa cukup untuk memecahkan persoalan-persoalan yang akan
dihadapi. Sangatlah penting bahwa seorang guru tidak pernah mengatakan
bahwa pandangannya merupakan kebenaran tunggal. Selalu terbuka kemungkinan
terhadap perembangan baru. Guru yang baik seharusnya tidak mengajukan
solusi yang tunggal tanpa argumen terhadap satu persoalan. Artinya
menawarkan jawaban tetapi siswa diminta untuk menemukan jawaban-jawaban
alternatif.
Mengajar bukan
dimaksudkan memindahkan (mentransfer) pengetahuan dari guru kepada siswa.
Mengajar merupakan kegiatan membantu siswa untuk mengembangkan pemikirannya
sendiri. Mengajar merupakan bentuk pastisipasi guru dalam proses membentuk
pengertian siswa. Dengan kata lain, aktivitas mengajar merupakan suatu bentuk
dari proses belajar. Mengajar yang baik hanya menjadi mungkin kalau si pengajar
berpikir dengan baik. Berpikir yang baik merupakan syarat mutlak yakni
mempunyai pengertian yang jernih dan susunan pengertian yang teratur. Belajar
dalam pengertian ini dimasudkan sebagai usaha seseorang untuk berpikir secara konstruktif.
Proses berpikir jauh lebih penting dari pada sekedar berusaha untuk mendapatkan
jawaban. Siswa dibantu untuk berpikir, siswa berusaha untuk mencari jawaban
sendiri.
Lain
Rousseau, lain Dewey lain
pula John Locke adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari
pendekatan empirisme. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat
yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme itu sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “Empiris” yang berarti
pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme adalah faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan baik pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam
dirinya ketika dilahirkan. Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan
Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari
ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang
kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari
pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas
dan sempurna. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Locke disebut sebagai
nabi revolusi yang paling moderat dan paling berhasil dari seluruh revolusi
yang ada. Disebut demikian karena tujuan revolusi nya sederhana, tetapi benar –
benar tercapai. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sebagai filsuf
negara liberal. Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur
terpenting di era Pencerahan. Locke menandai lahirnya era Modern dan
juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya
pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Locke juga
menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya
eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Tulisan-tulisan Locke
tidak hanya berhubungan dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya
Locke yang terpenting adalah “Esai tentang Pemahaman Manusia” (Essay
Concerning Human Understanding), buku ini menceritakan tentang semua
pengalaman datang dari pengalaman (Solomon:108). Dia mengatakan bahwa tidak ada
ide yang diturunkan seperti yang dikatakan Plato. Dengan kata lain dia menolak
innate idea atau ide bawaan. Tulisan-Tulisan lain Locke adalah tentang
Toleransi” (Letters of Toleration) yang isinya tentang perlu pemisahan
tegas antara urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah
berbeda.
Berangkat dari berbagai pendapat para ahli di
atas,“Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina
hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia” Dengan demikian bisa
ambil kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak
bisa lepas dari kehidupan. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita
yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia
umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan.
Begitu pentingnya
pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu
maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan akan mencetak Sumber Daya Manusia yang
berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus
bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan
bagaimana dapat mencapai kemajuan bangsa dan negara.
Bila kita kilas balik
ke belakang, pendidikan yang kita kenal sekarang ini sebenarnya merupakan
”adopsi” dari berbagai model pendidikan di masa lalu. Informasi mengenai
bagaimana model pendidikan di masa prasejarah masih belum dapat terekonstruksi
dengan sempurna.Namun bisa diasumsikan bahwa ”media pembelajaran” yang ada pada
masa itu berkaitan dengan konteks sosial yang sederhana. Terutama berkaitan
dengan adaptasi terhadap lingkungan di kelompok sosialnya.Suatu bangsa yang
ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya
dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka peningkatan
mutu pendidikan juga
berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Kita ambil contoh misalnya
Amerika, Inggrisd, Perancis, Korea, Jepang
dan lain-lain neggara maju, mereka takkan bisa jadi seperti sekarang ini
apabila pendidikan mereka setarap dengan kita saat ini. Jepang sangat
menghargai Pendidikan, mereka rela mengeluarkan dana yang sangat besar hanya
untuk pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar