Minggu, 15 Mei 2011

VALIDITAS TES DAN ITEM TES HASIL BELAJAR Oleh : Hamid Darmadi


Abstrak : Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai. Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu dari  segi tes itu sendiri dan dari segi itemnya.

Kata Kunci : Validitas tes, item tes, pengujian validitas tes, item tes hasil belajar.

                                                                              
A.   PENDAHULUAN
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya sangat bergantung pada kualitas alat penilainya disamping pada cara pelaksanaannya. Salah satu cirinya adalah alat penilai tersebut memiliki ketepatan atau validitas.
Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, absah. Jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Jika kata valid itu dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Scarvia B. Anderson (1975) menyatakan “A test is valid if it measures what its purpose to measures”. Jadi, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai. Contoh, menilai kemampuan peserta didik dalam belajar matematika. Misalnya, diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar bagi peserta didik untuk memahami maknanya. Siswa tidak dapat menjawab karena kurang jelas pertanyaannya. Contoh lain, menilai kemampuan berbicara, tetapi ditanyakan tentang tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak. Penilaian tersebut tidak tepat. Validitas tidak berlaku universal sebab tergantung pada situasi dan tujuan penilaian (Nana Sudjana, 1989:12). Dengan demikian, validitas yang dimiliki oleh sebuah alat penilaian tidak terlepas dari objek yang dikenai penilaian itu sendiri, sebab berlakunya validitas itu memang terbatas pada objek tertentu.
Jika diperhatikan secara cermat, maka tes-tes hasil belajar yang disusun oleh pengajar, sebenarnya adalah merupakan kumpulan dari sekian banyaknya butir-butir item, dimana pada penyusunan tes ingin menilai atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai oleh masing-masing individu peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.  Dengan perkataan lain, setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar itu adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut sebagai suatu totalitas. Semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh peserta tes, maka skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh peserta tes, maka skor-skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin menurun.
Pernyataan tersebut merupakan petunjuk bahwa validitas tes itu akan sangat dipengaruhi oleh, atau sangat tergantung pada validitas yang dimiliki oleh masing-masing butir item yang membangun tes tersebut. Makna yang terkandung dalam pernyataan itu lebih lanjut adalah, bahwa validitas dari masing-masing butir item yang membangun tes itu, akan dapat diketahui dengan jalan melihat besar kecilnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing butir item yang bersangkutan terhadap tes sebagai keseluruhan.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu sendiri sebagai suatu totalitas, dan dari  segi itemnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tes tersebut.
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logica     analysis). Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan berdasarkan pada kenyataan empiris dimana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical analysis (Anas Sudijono, 1995).
Secara lengkap, validitas tes dan validitas item dapat digambarkan oleh skema  berikut ini :


Skema
Validitas Tes dan Validitas Item

























Uraian dari masing-masing validitas dalan skema di atas dapat dilihat secara lengkap pada bagian berikutnya.


B.   VALIDITAS TES DAN ITEM TES HASIL BELAJAR
1.    Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar
Berikut ini akan dijelaskan tentang pengujian Validitas Logika (Logical Validity) dan Validitas Empiris (Empirical Validity) serta bagian-bagian dari masing-masing validitas tersebut.
a.    Validitas Logika
Validitas Logika adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran atau berpikir secara logis (Anas Sudijono, 1995). Dengan demikian, suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional apabila tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi isinya (Content) dan dari segi susunan atau konstruksinya (Construct).
(1)  Validitas Isi (Content Validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi A, 1995:64). Selanjutnya, juga dikatakan bahwa suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Jadi, validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu : sejauh mana hasil tes belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili  secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).
Cara yang dapat ditempuh agar isi tes hasil belajar representatif terhadap keseluruhan materi tes adalah memilih konsep-konsep materi yang esensial. Misalnya menetapkan sejumlah konsep dari setiap pokok bahasan yang ada. Selanjutnya setiap konsep dikembangkan beberapa pertanyaan tes. Disinilah pentingnya peranan kisi-kisi sebagai alat untuk memenuhi validitas isi. Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuan) agar memenuhi validitas isi, dapat pula dimintakan bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes (Nana Sudjana, 1991:14).
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat juga diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran ; apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan pembelajaran khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum (Anas Sudijono, 1998). Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya tujuan pembelajaran khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi.
(2)  Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang dilihat dari segi susunan, kerangka atau rekaannya (Anas Sudijono, 1998). Jadi, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut, ditinjau dari susunan, kerangka atau rekaannya telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif, psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan pembelajaran khusus.
Validitas konstruksi dari suatu tes  hasil belajar dapat dilakukan penganalisisannya dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan pembelajaran khusus. Jika secara logis atau rasional hasil penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek berpikir yang diungkap melalui butir-butir soal tes hasil belajar itu sudah denagn secara tepat mencerminkan aspek-aspek berpikir yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus, maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang valid dari segi susunannya atau telah memiliki validitas konstruksi.
b.    Validitas Empiris
Validitas empiris adalah validitas yang bersumber atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan (Anas Sudijono, 1998). Jadi, tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empiris apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur melalui tes hasil belajar tersebut.
Untuk menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empiris ataukah belum, dapat dilakukan penelurusan dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya (concurrent validity).
(1).Validitas Ramalan (Predictive Validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Suharsimi A, 1995:66). Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas ramalan adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi. Jika ada mahasiswa yang memiliki nilai tes lebih tinggi, namun gagal dalam mengikuti ujian semester, dibandingkan dengan mahasiswa yang nilai tes masuk Perguruan Tinggi lebih rendah maka tes masuk Perguruan Tinggi yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas ramalan atau  belum, dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang ada. Jika diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang tepat, artinya apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata dalam praktek.
Dalam rangka mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang telah ditentukan itu, cara sederhana yang paling sering digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis Korelesional Product Moment dari Karl Pearson. Rumusnya sebagai berikut :



Dimana :                     
                       
                       


(2).Validitas Bandingan (Concurrent Validity)
Suatu tes dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunuukkan adanya hubungan yang serah, antara tes pertama dengan tes berikutnya (Anas Sudijono, 1998).
Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu, maka tes yang memiliki karateristik sepertiitu dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes berikutnya, dapat diguakan Teknik Analisis Korelasional Product Moment dari Karl Pearson. Jika korelasi antara variabel X (tes pertama) dengan variabel Y (tes berikutnya) adalah positif dan signifikan, maka tes etrsebut dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas bandingan. Rumusnya sebagai berikut :

 

Untuk menguji validitas bandingan dari suatu tes, diajukan hipotesis nihil : “Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y”. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mencari angka korelasi “r” product moment (rxy), dengan derajat kebebasan sebesar (N – 2), pada taraf signifikansi 5% atau 1% dengan ketentuan bahwa jika rxy atau ro sama atau lebih besar daripada rtabel atau r1 maka hipotesis nihil ditolak ; berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan. Sebaliknya, jika rxy atau ro lebih kecil daripada r1 maka hipotesis nihil disetujui, berarti tidak terdapat korelasi positif yang signifikan diantara kedua variabel tersebut, sehingga tes yang diuji validitas bandingannya itu dinyatakan sebagai tes yang invalid (belum memiliki validitas bandingan yang mantap).

2.    Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar
Sebuah item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya (Suharsimi A, 1995).
Untuk menyimpulkan bahwa item-item valid atau tidak, dapat digunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebuah item dapat dinyatakan valid, apabila skor item (variabel bebas) yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya (variabel terikat).
Jika variabel bebas berupa data diskrit atau data dikotomik, sedangkan variabel terikatnya berupa data kontinu, maka teknik korelasi yang tepat digunakan adalah teknik korelasi point biserial, dimana angka indeks korelasi yang diberi lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Dimana :
rpbi        =  Koefisien korelasi point biserial yang melambangkan ketepatan korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat (koefisien validitas item)
Mp        =   Skor rata-rata hitung yang sudah dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.            
Mt        =   Skor rata-rata dari skor total
SDt      =   Deviasi standar dari skor total
p          =   Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
q          =   Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.

Untuk interpretasi terhadap rpbi digunakan db sebesar (N – nr), pada taraf signifikan 5% atau 1% selanjutnya dibandingkan dengan tabel nilai “r” product moment.
Contoh :
Misalnya 20 siswa mengikuti ulangan matematika. Jumlah item 10 butir dengan bentuk multiple choice, dimana untuk setiap item yang dijawab betul diberi skor 1, sedangkan untuk setiap butir item yang dijawab salah diberi skor 0.
Setelah ulangan berakhir, dilakukan pengkoreksian dan dihitung skornya, diperoleh data sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 1
Penyebaran Skor Hasil Ulangan Matematika
Dari 20 Siswa untuk 10 Butir Item

Nama
Siswa
Skor Untuk Butir Item Nomor :
Skor Total
(xt)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
3
B
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
7
C
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
6
D
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
E
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
7
F
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
3
G
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
8
H
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
I
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
5
J
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
K
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
6
L
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
5
M
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
4
N
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
7
O
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
8
P
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
5
Q
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
R
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
6
S
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
8
T
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
4
20 = N
10
12
10
14
13
15
12
16
12
16
130 = Sxt

Untuk menguji validitas item untuk 10 butir tem tes hasil belajar tersebut di atas, maka tabel diatas perlu disempurnakan menjadi tabel analisis yang dapat digunakan untuk mencari : Mp, Mt, SDt, p dan q.
Langkah 1  :   Menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka analisis validitas item nomor 1 samapai dengan nomor 10.


Tabel 2
Persiapan Perhitungan Untuk Analisis Validitas Item
Nama
Siswa
Skor Untuk Butir Item Nomor :
xt
xt2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
3
9
B
(1)
0
1
0
1
0
1
1
1
1
(7)
49
C
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
6
36
D
(1)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
100
E
(1)
0
1
1
0
1
0
1
1
1
(7)
49
F
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
3
9
G
(1)
0
0
1
1
1
1
1
1
1
(8)
64
H
(1)
0
1
1
1
1
1
1
1
1
(9)
81
I
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
5
25
J
(1)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
(10)
100
K
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
6
36
L
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
5
25
M
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
4
16
N
(1)
0
1
1
0
1
0
1
1
1
(7)
49
O
(1)
0
0
1
1
1
1
1
1
1
(8)
64
P
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
5
25
Q
(1)
0
1
1
1
1
1
1
1
1
(9)
81
R
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
6
36
S
(1)
0
0
1
1
1
1
1
1
1
(8)
64
T
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
4
16
20 = N
10=
N1
12= N2
10= N3
14= N4
13= N5
15= N6
12= N7
16= N8
12= N9
16= N10
130 = Sxt
934 =
S xt2

Langkah 2  :   Mencari Mean dari skor toral, yaitu Mt, dengan menggunakan rumus :
              
Telah diketahui :  dan jadi :
Langkah 3  :   Mencari deviasi standar total, yaitu SDt, dengan menggunakan rumus:
Telah diketahui : , , dan N = 20. Jadi :
        
        
        
Langkah 4  :   Mencari Mp untuk butir item nomor 1 sampai dengan nomor 10 yang untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.




Tabel 3
Perhitungan-perhitungan Untuk Memperoleh Mp

No.
Item
Siswa yang Jawabannya Betul
Mean (Rata-rata Hitung) Dari Skor Total
Yang Dijawab Dengan betul (Mp)
1


2


3


4


5



6



7


8



9


10

B – D – E – G – H – J – N – O – Q - S (N1 = 10)

A – C – D – F – I – J – K – L – M – P – R – T (N2 = 12)

B – D – E – H – J – K – L – N – Q – T (N3 = 10)

C – D – E – G H – I – J – K – N – O – P – Q – R – S (N4 = 14)
B – C – D – G – H – J – K – L – M – O – Q – R – S (N5 = 13)

A – D – E – F – G – H – I – J – K – N – O – P – Q – R – S (N6 = 15)

B – D – G – H – J – K – L – M  – O – Q – S – T (N7 = 12)

B – C – D – E – F – G – H – I – J – M – N – O – P   – Q – R – S  (N8 = 16)

B – C – D – E – G – H – J – L – N – O –  Q – S (N9 = 12)

A – B – C – D – E – G – H – I – J – N – O - P – Q – R –S – T (N10 = 16)










Langkah 5  :   Mencari Koefisien korelasi rpbi dari item nomor 1 sampai dengan nomor 10, dengan menggunakan rumus :
                          
                           Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4
Perhitungan-perhitungan Untuk Menentukan rpbi
Dalam Rangka Uji Validitas Item

No
Item
Mp
Mt
SDt
p
q
Interpretasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
8,300
5,583
7,300
7,429
7,385
6,933
7,333
7,000
7,833
7,000

6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
6,5
2,11
2,11
2,11
2,11
2,11
2,11
2,11
2,11
2,11
2,11
0,50
0,60
0,50
0,70
0,65
0,75
0,60
0,80
0,60
0,80
0,50
0,40
0,50
0,30
0,35
0,25
0,40
0,20
0,40
0,20
0,853 (rpbi > rt)
-0,532 korelasi negatif
0,379 (rpbi > rt)
0,673 (rpbi > rt)
0,572 (rpbi > rt)
0,355 (rpbi > rt)
0,684 (rpbi > rt)
0,474 (rpbi > rt)
0,774 (rpbi > rt)
0,474 (rpbi > rt)
Valid
Invalid
Invalid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid

Dalam pemberian interpretasi terhadap rpbi ini digunakan db sebesar (N – nr), yaitu = 20 – 2 = 18. Derajat kebebasan sebesar 18 itu lalu dikonsultasikan kepada tabel nilai “r” product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%.
Hasilnya adalah :
rtabel atau rt pada taraf signifikansi 5% = 0,444
rtabel atau rt pada taraf signifikansi 1% = 0,561
Bertitik tolak dari hasil analisis tersebut di atas, ternyata dari sebanyak 10 butir item yang diuji validitasnya, 7 butir item diantaranya telah dapat dinyatakan sebagai item yang valid, yaitu item nomor 1, 4, 5, 7, 8, 9, dan 10. Sedangkan 3 butir item lainnya, yakni butir item nomor 2, 3 dan 6 merupakan item yang invalid.

C.   PENUTUP
Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
Validitas berkenaaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga benar-benar dapat menilai apa yang seharusnya dinilai. Dengan perkataan lain, validitas yang dimiliki oleh sebuah alat penilaian tidak terlepas dari obyek yang dikenai penilaian, sebab berlakunya validitas itu memang terbatas pada obyek tertentu.
Jika diamati secara cermat, maka setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar itu adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut sebagai suatu totalitas. Semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh peserta tes, maka skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh peserta tes, maka skor-skor total hasil tes akan semakin rendah atau semakin menurun.
Jadi validitas dari masing-masing butir item yang membangun tes itu, akan dapat diketahui dengan jalan melihat besar kecilnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing butir item yang bersangkutan terhadap tes sebagai keseluruhan.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu sendiri sebagai suatu totalitas, dan dari segi itemnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tes tersebut.
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penganalisisan dengan menggunakan logika (Logical analysis) dan penganalisisan dengan menggunakan Empirical analysis. Logical analysis terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu dari segi isinya (content) dan dari segi susunan atau konstruksinya (construct). Sedangkan Empirical analysis terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya (concurrent validity).
Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Dengan perkataan lain, validitas isi untuk melihat sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Sedangkan suatu tes hasil belajar dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut, ditinjau dari susunan, kerangka atau rekaannya telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif, psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan pembelajaran khusus.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Untuk mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang telah ditentukan, cara sederhana yang paling sering digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis Korelasional Product moment dari karl Pearson. Rumusnya sebagai berikut :

           

Suatu tes dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut :

           

Untuk menyimpulkan bahwa item-item valid atau tidak, dapat digunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebuah item dapat dikatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut :
           

DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. (1998). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Asmawi Zainul dan Nasution N. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : PAU Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen P dan K.

Nana Sudjana. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Scarvia B. Anderson, Samuel Ball, Richard T. Murphy and Associates. (1975). Encyclopedia of Educational Evaluating. San Fransisco : Yessey Bass, Inc Publishers.

Silverius Suke. (1991). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : PT. Gramedia.

Suharsimi Arikunto. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

2 komentar:

  1. assalamualaikum pak .saya boleh minta file microsoft word ya gak pak untuk tugas kuliah . ini yang rumus gak terbaca ?

    BalasHapus