Tatanan
Sosial
Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya
saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh
seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (sosial order).
Tatanan sosial ini mempunyai beberapa elemen antara lain adalah struktur sosial
dan institusi sosial. Struktur sosial diartikan sebagai jaringan saling
keterhubungan, yang secara normative mengarahkan hubungan sosial yang ada di
masyarakat. Struktur sosial yang merupakan keterjalinan hubungan,
dikarakteristikkan oleh adanya organisasi dan stabilitas. Sehubungan dengan
struktur sosial dikenal istilah status dan peran.
Secara umum status dipahami sebagai urutan orang
berdasarkan kekayaannya, pengaruhnya, maupun prestisenya. Akan tetapi sosiolog
mengartikan status sebagai posisi di dalam kelompok atau masyarakat. Status
dibedakan atas ascribed status, achieved statuses, dan master statuses. Status
yang disediakan bagi kita oleh kelompok atau masyarakat kita disebut ascribed
statuses. Sementara itu achieved statuses disediakan bagi kita dalam
hubungannya dengan pilihan individu dan persaingan. Sedangkan master statuses
adalah kunci atau inti dari status yang mempunyai bobot utama dalam interaksi
dan hubungan sosial seseorang dengan orang yang lainnya. Selanjutnya konsep
peranan sosial mengacu pada pengertian tentang serangkaian hak dan tugas yang
didefinisikan secara kultural. Peranan adalah perilaku yang diharapkan
sehubungan dengan status yang dimiliki. Dengan demikian maka role performance
adalah perilaku aktual seseorang sehubungan dengan statusnya.
Elemen tatanan sosial lainnya adalah institusi
sosial. Institusi sosial diartikan sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan
pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan atau
masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat. Berdasarkan
fungsinya institusi sosial dibedakan antara lain menjadi kinship instiutution,
educational institution, economic institution, scientific institution, dan lain-lain
Salah satu bentuk dari tatanan sosial adalah
masyarakat. Masyarakat diartikan sebagai sistem sosial yang swasembada
(self-subsistent), melebihi masa hidup individu normal dan merekrut anggota
secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi
berikutnya. Berdasarkan pendapat para ahli terlihat bahwa tidak mudah
menerapkan konsep masyarakat pada berbagai kesatuan hidup yang ada.
Institusi Keluarga dan Institusi Pendidikan
Sehubungan dengan institusi keluarga, keluarga
terbentuk melalui suatu peristiwa yang disebut dengan perkawinan. Perkawinan
sendiri diartikan sebagai persekutuan antara dua orang atau dua keluarga besar.
Sementara itu secara umum keluarga diartikan sebagai kelompok yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan yang diikat oleh perkawinan beserta anak-anaknya yang
belum menikah. Terdapat beberapa perspektif yang berusaha mengungkap eksistensi
keluarga ini dalam masyarakat yaitu perspektif interaksionis, perspektif
fungsionalisme dan perspektif konflik. Akan tetapi pada dasarnya terdapat dua
bentuk aturan perkawinan yaitu eksogami dan endogamy. Di samping itu terdapat
aturan tentang kategori atau kelompok mana yang tidak boleh dinikahi yang
disebut incest taboo
Sehubungan dengan institusi pendidikan, maka
institusi pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran yang antara lain
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan transmisi pengetahuan dan mempersiapkan
individu terhadap peran pekerjaan. sementara pendidikan adalah berbagai bentuk
sistem instruksi budaya atau intelektual yang diformalkan atau yang di semi
formalkan. Terdapat tiga tipe dasar pendidikan yaitu education in practical
skill, status group education, dan bureaucratic education. Di dalam institusi
pendidikan terdapat dua fungsi yang oleh para sosiolog dibedakan menjadi fungsi
manifes dan fungsi laten. Di samping itu terdapat tiga pendekatan yang
digunakan untuk mengkaji fenomena pendidikan yaitu 1) pendekatan fungsionalis,
2) teori konflik Marxis, dan 3) teori konflik Weber.
Institusi Ekonomi dan Institusi plitik
Aktivitas ekonomi muncul dari adanya upaya-upaya
masyarakat untuk mengorganisasikan tanah, tenaga kerja, modal, dan teknologi
dalam rangka menghasilkan (memproduksi), mendistribusikan, dan mengkonsumsi
barang dan jasa. Terdapat tiga konsep utama dari aktivitas ekonomi, yaitu 1)
ide bahwa ekonomi dibagi atas sektor primer, sekunder dan tersier, 2) konsep
tentang dual economy (ekonomi ganda), dan 3) konsep tentang perbedaaan antara
pekerjaan (occupation) dan profesi (profession). Sementara itu terdapat dua
pendekatan yang digunakan untuk mengkaji ekonomi yaitu pendekatan kapitalisme,
yang menekankan pada ide tentang 1) hak milik pribadi (private property), 2)
motif mencari keuntungan (freedom of choice), 3) kompetisi bebas (freedom of
competition), dan 4) bebas dari intervensi pemerintah (freedom from government
interference). Sementara pendekatan sosialis melihat sistem kapitalis hanya
akan menguntungkan para pemilik modal, bukan masyarakat umum.
Selanjutnya politik adalah proses yang
terinstitusionalisasi melalui keputusan yang mempengaruhi komunitas, wilayah,
negara, atau masyarakat sebagai keseluruhan yang dibuat dan diselenggarakan.
Terdapat beberapa konsep yang berhubungan dengan politik yaitu konsep
kekuasaan, kewenangan/otoritas, dan pengaruh. Sehubungan dengan tatanan politik
ini, terdapat beberapa pendekatan yaitu pendekatan fungsionalis dan konflik.
Sementara itu Max Weber telah mengidentifikasi tiga tipe spesifik dari
kewenangan yaitu tradisional, legal-rasional, dan kharismatik. Juga terdapat
tiga teori yang menjelaskan tentang distribusi kekuasaan yaitu model
pluralistic, model elit, dan model kelas. Sehubungan dengan perubahan politik,
terdapat beberapa bentuk yang digunakan untuk mengadakan perubahan politik
yaitu terorisme, rebellion, evolusi dan revolusi.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang akan
selalu ada dalam masyarakat, karena masyarakat selalu berubah dalam aspek
terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan budaya sebenarnya dua
konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana perubahan
sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat
sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat.
Tetapi perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula perubahan pada
aspek nilai dan norma yang merupakan bagian dari perubahan budaya.
Terdapat berbagai teori yang dapat menjelaskan
fenomena perubahan sosial di masyarakat. Tetapi semua teori itu sebenarnya
saling mengisi satu sama lain, merupakan perbaikan ataupun juga memberikan
sumbangan yang berarti dalam memahami fenomena perubahan sosial.
Perubahan sosial dapat terjadi karena sebab internal
maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan permasalahan yang timbul
dalam diri masyarakat, sedangkan faktor eksternal mengacu pada sumber perubahan
yang berasal dari luar masyarakat.
Proses Perubahan Sosial
yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya
perubahan sosial dapat juga terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang
menghambat perkembangannya. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak
dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen
serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain
sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang
baru serta adat yang berlaku.
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan
dalam perubahan cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan
direncanakan dan tidak direncanakan.
Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan
dampak pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu
penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak
dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi
sosial, teknologi serta cultural lag.
Perspektif Struktural Fungsional
Perspektif struktural fungsional banyak dipengaruhi
oleh ilmu-ilmu alam khususnya oleh ilmu biologi. Perspektif ini menganalogikan
masyarakat seperti mahluk hidup atau yang dikenal dengan istilah “organisme”.
Masyarakat terdiri dari berbagai unsur yang saling berhubungan dan menjalankan
fungsinya masing-masing. Ralp Dahrendorf mengemukakan empat asumsi dasar dari
perspektif ini, yaitu:
3.
Setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi,
memberikan sumbangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem.
4.
Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan
pada konsensus mengenai nilai di kalangan para anggotanya.
Menurut
perspektif struktural fungsional masyarakat merupakan suatu sistem yang
unsur-unsurnya saling tergantung dan berhubungan. Bagi perspektif ini individu
dibentuk oleh masyarakat, dan ini merupakan fungsi penting yang harus dilakukan
oleh masyarakat. Sedangkan perubahan sosial menurut perspektif ini akan
mendapat perlawanan dari sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
Penjelasan perspektif struktural fungsional menitik
beratkan pada konsep-konsep integrasi, saling ketergantungan, stabilitas,
equilibrium atau titik keseimbangan.
Tokoh-Tokoh dari perspektif struktural fungsional di
antaranya adalah Aguste Comte, Turner, Herbert Spenser, Emile Durkheim, Talcott
Parsons, dan Robert K. Merton
Perspektif Konflik
Pemikiran perspektif konflik menekankan pada adanya
perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu sistem sosial. Menurut
perspektif konflik masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki
berbagai kebutuhan (interests) yang sifatnya langka. Keberhasilan individu
mendapatkan kebutuhan dasar tersebut berbeda-beda, hal ini dikarenakan
kemampuan individu untuk mendapatkannya pun berbeda-beda. Persaingan untuk
mendapatkan kebutuhan itulah yang akan memicu munculnya konflik dalam
masyarakat
Perspektif ini beranggapan bahwa masyarakat dibentuk
oleh persaingan kelompok-kelompok dalam menguasai sumber-sumber yang bersifat
langka. Individu dibentuk oleh institusi sosial dan posisi kelompok-kelompok
mereka dalam masyarakat. Bagi perspektif ini perubahan sosial merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindarkan dan selalu terjadi dalam setiap masyarakat.
Konsep-konsep yang ditekankan dalam perspektif ini adalah kepentingan,
kekuasaan, dominasi, konflik, dan pemaksaan
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori konflik di
antaranya adalah Karl Marx, Max Weber, Ralf Dahrendorf , dan Lewis Coser.
Perspektif Interaksionisme Simbolik
Perspektif Interaksionisme simbolik dikembangkan
dari konsep interaksi sosial. Interaksi sosial menurut perpektif ini merupakan
bagian yang penting dari masyarakat. Menurut Turner, ada empat asumsi dasar
yang mendasari perspektif interaksionisme simbolik yaitu :
4.
Masyarakat tercipta, bertahan, dan berubah berdasarkan
kemampuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan
renungan, dan untuk melakukan evaluasi.
Perspektif Interaksionisme simbolik melihat
masyarakat sebagai kumpulan individu-individu yang berinteraksi secara tatap
muka dan membentuk konsensus sosial. Perkembangan diri (kepribadian) individu
berasal dari komunikasi dan interaksi sosial. Perubahan sosial bagi perspektif
ini terjadi ketika tidak ada lagi konsensus bersama mengenai perilaku yang
diharapkan. Perubahan itu termasuk dikembangkannya pencapaian konsensus yang
baru. Perspektif ini menekankan pada konsep-konsep interpretasi, konsensus,
simbol-simbol, adanya harapan-harapan bersama, dan kehidupan sosial membentuk
kenyataan sosial
Para tokoh yang mengembangkan perspektif interaksionisme
simbolik diantaranya adalah Georg Simmel dan Max Weber, William James, Charles
Horton Cooley, John Dewey, George Herbert Mead, W.I. Thomas, Herbert Blumer,
Erving Goffman, dan Peter Berger.
Sumber buku Pengantar Sosiologi karya Wawan
Hermawan
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^