Setiap kali memasuki lingkungan yang baru, kamu harus
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan itu. Apabila kamu tidak
mau mempelajarinya, apa yang akan terjadi? Mampukah kamu bergaul dengan
lingkungan itu? Nah, mari kita simak bagaimana mempelajari lingkungan yang akan
kita masuki tersebut. Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kamu mendengar
bahkan mengucapkan kata 'sosialisasi'. Sebenarnya apakah maksud dari
sosialisasi itu?
1. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana, sosialisasi dapat disamakan dengan
bergaul. Dalam pergaulan tersebut dipelajari berbagai nilai, norma, dan
pola-pola perilaku individu ataupun kelompok. Lambat laun nilai dan norma yang
ada dapat diserap menjadi bagian dari kepribadian individu serta kelompok.
Seperti telah diulas dalam bab-bab terdahulu, manusia tercipta sebagai makhluk
pribadi sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia
berjuang untuk memenuhi kebutuhannya untuk bertahan hidup. Dalam memenuhi
kebutuhannya tersebut manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia memerlukan
orang lain untuk mencapai tujuannya. Itulah sebabnya, manusia berinteraksi
dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial. Dalam bab ini, kamu akan
dikenalkan dengan sosialisasi yang berfungsi sebagai sarana pembentukan
kepribadian. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa itu sosialisasi, mari
kita simak beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.
a. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu
individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup
dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya.
b. Koentjaraningrat
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang
individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan,
mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam
masyarakat sekitarnya.
c. Irvin L. Child
Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut
individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini
kebenarannya dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari
kelompoknya.
d. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian
yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati
norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga
terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau
perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu
dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan
masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat
menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang
dimilikinya.
2. Tujuan Sosialisasi
Setiap proses sosial pasti memiliki tujuan. Demikian
juga sosialisasi. Berikut ini akan diuraikan beberapa tujuan sosialisasi.
a. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupannya kelak di tengah-tengah
masyarakat di mana dia akan menjadi salah satu anggotanya.
b. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta mengembangkan kemampuannya
untuk membaca, menulis, dan bercerita. Dengan melakukan komunikasi, berbagai
informasi mengenai masyarakat akan diperoleh untuk kelangsungan hidup seseorang
sebagai anggota masyarakat.
c. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan
fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. Artinya,
dengan sosialisasi seseorang akan dapat memahami hal-hal yang baik dan
dianjurkan dalam masyarakat untuk dilakukan. Selain itu juga dapat mengetahui
dan memahami hal-hal buruk yang sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan.
d. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan
kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
3. Tahapan-Tahapan Sosialisasi
Penyesuaian diri terjadi secara berangsur-angsur,
seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu
terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Dengan
melandaskan pemikirannya pada Teori Peran Sosial, George Herbert Mead dalam
bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society from The Standpoint of
Social Behaviorist (1972) berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui
seseorang dapat diklasifikasikan melalui tahap-tahap berikut ini.
a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat
seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya. Pada tahap ini
juga anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Dalam tahap
ini, individu sebagai calon anggota masyarakat dipersiapkan dengan dibekali
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman bergaul dalam masyarakat oleh
lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga.
Lingkungan yang memengaruhi termasuk individu yang
berperan dalam tahapan ini relatif sangat terbatas, sehingga proses penerimaan
nilai dan norma juga masih dalam tataran yang paling sederhana.
b. Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang
anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini
mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan oleh
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari dirinya. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk
pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang
jumlahnya banyak telah juga mulai terbentuk.
c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan
digantikan peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga
memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama.
Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan
temanteman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarganya secara bertahap mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia
sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, dia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan
orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini
telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Dalam tahap ini, individu
dinilai sudah mencapai tahap kematangan untuk siap terjun dalam kehidupan
masyarakat. Untuk lebih mudah memahami tahapan-tahapan sosialisasi yang telah
kita bahas di atas, berikut ini disajikan dalam bentuk tabel.
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi
Ada dua faktor yang secara garis besar dapat
memengaruhi proses sosialisasi, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki
pembawaan-pembawaan yang berupa bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuan-kemampuan
khusus warisan orang tuanya. Hal itu disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang melakukan sosialisasi.
Faktor ini akan menjadi bekal seseorang untuk melaksanakan beragam aktivitas
dalam sosialisasi. Hasilnya akan sangat berpengaruh terutama dalam perolehan
keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.
b. Faktor Ekstrinsik
Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh
dari lingkungan di sekitarnya yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor
ini dapat berupa nilai-nilai, kebiasaankebiasaan, adat istiadat, norma-norma,
sistem sosial, sistem budaya, dan sistem mata pencaharian hidup yang ada dalam
masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat menjadi
pedoman bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas agar sikap dan
perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor intrinsik
dan ekstrinsik akan berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan
sosialisasi.
5. Pola Sosialisasi
Sosialisasi selain sebagai proses belajar dan
mewariskan suatu kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, juga
sebagai sarana untuk mengembangkan diri sendiri yang berarti membangun diri
sendiri untuk membentuk kepribadiannya. Dalam sosialisasi dikenal dua macam
pola sosialisasi, yaitu sosialisasi represif (repressive socialization) dan
sosialisasi partisipatif (partisipatory socialization).
a. Sosialisasi Represif
Di masyarakat seringkali kita melihat ada orang tua
yang memberikan hukuman fisik pada anak yang tidak menaati perintahnya.
Misalnya memukul anak yang tidak mau belajar, atau mengunci anak di kamar mandi
karena berkelahi dengan teman. Contoh ini merupakan salah satu bentuk
sosialisasi represif yang ada di sekitar kita. Dari contoh tersebut dapatkah
kamu menyimpulkan apa sebenarnya sosialisasi represif itu? Sosialisasi represif
merupakan sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan hukuman, terutama hukuman
fisik terhadap kesalahan yang dilakukan anak.
Adapun ciri-ciri sosialisasi represif di antaranya
adalah sebagai berikut.
1) Menghukum perilaku yang keliru.
2) Adanya hukuman dan imbalan materiil.
3) Kepatuhan anak kepada orang tua.
4) Perintah sebagai komunikasi.
5) Komunikasi nonverbal atau komunikasi satu arah yang
berasal dari orang tua.
6) Sosialisasi berpusat pada orang tua.
7) Anak memerhatikan harapan orang tua.
Dalam keluarga biasanya
didominasi orang tua.
Sosialisasi represif umumnya dilakukan oleh orang tua
yang otoriter. Sikap orang tua yang otoriter dapat menghambat pembentukan
kepribadian seorang anak. Mengapa? Anak tidak dapat membentuk sikap mandiri
dalam bertindak sesuai dengan perannya. Seorang anak yang sejak kecil selalu
dikendalikan secara berlebihan oleh orang tuanya, setelah dewasa ia tidak akan
berani mengembangkan diri, tidak dapat mengambil suatu keputusan, dan akan
selalu bergantung pada orang lain. Kata-kata 'harus', 'jangan', dan 'tidak
boleh ini dan itu' akan selalu terngiang-ngiang dalam pikirannya.
b. Sosialisasi Partisipatif
Pola ini lebih menekankan pada interaksi anak yang
menjadi pusat sosialisasi. Dalam pola ini, bahasa merupakan sarana yang paling
baik sebagai alat untuk membentuk hati nurani seseorang dan sebagai perantara
dalam pengembangan diri. Dengan bahasa, seseorang belajar berkomunikasi,
belajar berpikir, dan mengenal diri. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui
bahwa sosialisasi partisipatif memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan imbalan bagi perilaku baik.
2) Hukuman dan imbalan bersifat simbolis.
3) Otonomi anak.
4) Interaksi sebagai komunikasi.
5) Komunikasi verbal atau komunikasi dua arah, baik
dari anak maupun dari orang tua.
6) Sosialisasi berpusat pada anak.
7) Orang tua memerhatikan keinginan anak.
Dalam keluarga biasanya
mempunyai tujuan yang sama.
6. Media (Agen) Sosialisasi
Setiap individu menjadi anggota dari satu atau lebih
kelompok sosial di dalam masyarakat dan menjalankan peranannya sesuai dengan
kedudukan dalam kelompoknya.
Dalam proses sosialisasi, ia mengembangkan kepribadian
melalui interaksi dengan setiap individu di dalam kelompokkelompok tersebut.
Jadi, kelompok merupakan media sosialisasi dalam membentuk kepribadian
seseorang. Kelompok inilah yang melaksanakan proses sosialisasi. Dalam
sosiologi, kelompok ini dinamakan agen sosialisasi. Ada lima agen sosialisasi
utama yang menjadi wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk
mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya.
a. Keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang
berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial
terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat
dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama
dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer.
Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola pergaulan sehari-hari. Arti
pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anak terletak pada
pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Orang tua umumnya
mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan
hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan
penyerasian.
b. Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya)
Media sosialisasi berikutnya adalah teman sepermainan.
Proses sosialisasi ini berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga.
Seorang anak belajar berinteraksi dengan orangorang yang sebaya dengan dirinya.
Pada tahap ini anak mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang
kedudukannya sejajar. Dalam kelompok teman sepermainan, anak mulai mempelajari
nilai-nilai keadilan.
Semakin meningkat umur anak, semakin penting pula
pengaruh kelompok teman sepermainan. Kadang-kadang dapat terjadi konflik antara
norma yang didapatkan dari keluarga dengan norma yang diterimanya dalam
pergaulan dengan teman sepermainan. Terutama pada masyarakat yang berkembang
dengan amat dinamis, hal itu dapat menjurus pada tindakan yang bertentangan
dengan moral masyarakat umum.
Pada usia remaja, kelompok sepermainan itu berkembang
menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu antara lain
disebabkan oleh remaja yang bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Akan tetapi, perlu diwaspadai pengaruhpengaruh
yang akan muncul ketika remaja mulai bergaul dengan sebayanya, karena pada
tahap ini, tingkat kerawanan terhadap hal-hal yang cenderung ke arah negatif
sangat tinggi. Mudah sekali, si remaja terpengaruh apabila basis sosialisasi
keluarga yang pernah dialami sangat lemah. Sehingga, dengan kata lain, sebelum
anak mulai masuk ke dalam lingkungan sebayanya, sosialisasi primer yang
berlangsung dalam keluarga hendaknya diperkuat secara nyata.
c. Sekolah
Sekolah dengan lembaga yang melaksanakan sistem
pendidikan formal merupakan agen sosialisasi yang akan kita bahas selanjutnya.
Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia
dapatkan di lingkungan keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu juga
belajar mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti
tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus mengerjakan tugas atau PR, dan
lain-lain. Sekolah juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi seorang
anak dalam mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya.
Hal itu sejalan dengan pendapat Dreeben yang
mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang
belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang dipelajari adalah
aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi(achievement), dan
kekhasan (specificity) .
Adapun fungsi pendidikan sekolah sebagai salah satu
media sosialisasi, antara lain sebagai berikut.
1) Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan
dan bakatnya.
2) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3) Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran
keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan
bebas.
4) Memperkaya kehidupan dengan menciptakan cakrawala
intelektual dan cita rasa keindahan kepada para siswa serta meningkatkan
kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan dan penyuluhan.
5) Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan
olahraga dan kesehatan.
6) Menciptakan warga negara yang mencintai tanah air,
serta menunjang integritas antarsuku dan antarbudaya.
7) Mengadakan hiburan umum (pertandingan olahraga atau
pertunjukan kesenian).
d. Lingkungan Kerja
Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi
dengan teman sekerja, pimpinan, dan relasi bisnis. Dalam melakukan interaksi di
lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan
kedudukannya. Misalnya, sebagai seorang pemimpin, ia menjalankan peranannya
untuk mengelola atau mengarahkan para karyawannya, sedangkan sebagai pekerja ia
melaksanakan perintah pemimpin dan tugas sesuai dengan kedudukannya.
Nilai dan norma pergaulan sehari-hari tidak dapat
diterapkan pada lingkungan kerja karena posisi atau jabatan seseorang sangat
memengaruhi hubungan yang harus dijalankannya. Seorang pemimpin suatu
perusahaan walaupun umurnya lebih muda tetap harus dipatuhi dan dihormati oleh
bawahannya yang mungkin umurnya lebih tua. Jadi, lingkungan kerja telah
melahirkan peranan seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang
memengaruhi tindakannya sebagai anggota masyarakat.
e. Media Massa
Media massa terdiri atas media cetak (surat kabar dan
majalah) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, dan internet).
Meningkatnya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan peningkatan
kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penyertaan masyarakat atas pesan
tersebut memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen
sosialisasi yang semakin penting.
Salah satu media massa yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa adalah televisi. Acara apa
yang sering kamu tonton? Film, musik, infotainment, sinetron,
berita, atau yang lainnya? Acara yang disuguhkan oleh stasiun televisi sangat
beragam, dari pendidikan, hiburan, berita, bahkan tindak kriminal pun saat ini
banyak ditayangkan dan telah menjadi konsumsi publik. Berbagai acara yang
ditayangkan oleh stasiun televisi itu akan berpengaruh pada tindakan yang
dilakukan masyarakat, terutama remaja dan anak-anak.
Pesan-pesan yang ditayangkan melalui televisi dapat
mengarahkan masyarakat ke arah perilaku proporsional (sesuai dengan norma-norma
masyarakat) atau perilaku antisosial (bertentangan dengan norma-norma
masyarakat). Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, beberapa stasiun
televisi menyarankan agar anak selalu didampingi oleh orang tuanya dalam
menonton acara televisi. Hal ini dimaksudkan agar orang tua memberikan
pengertian kepada anak mengenai acara yang disajikan, supaya anak mengerti maksud
isi acara itu.
7. Bentuk Sosialisasi
Kita telah belajar mengenai media sosialisasi, yaitu
keluarga, sekolah, teman sepermainan, media massa, dan lingkungan kerja.
Dilihat dari siapa atau media yang berperan dalam melakukan sosialisasi, maka
sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi
sekunder.
a. Sosialisasi Primer
Menurut Peter L. Berger dan Luckmann, sosialisasi
primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Pada sosialisasi ini, anak mulai
mengenal anggota keluarga yang lain dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap
dia mulai mampu membedakan dirinya dengan anggota keluarga yang lain dan
orang-orang di sekitar keluarganya.
Pada tahap ini, peran anggota keluarga sangat
menentukan corak kepribadian anak. Dengan demikian sosialisasi primer bukan
saja berpengaruh pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih
dari itu, apa yang telah diserap anak di masa tersebut akan mendarah daging pada
diri anak dan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.
b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam sosialisasi sekunder, yang berperan
adalah pihak-pihak di luar keluarga, seperti sekolah, teman sepermainan, media
massa, dan lingkungan kerja. Bentuk sosialisasi sekunder yang ada di masyarakat
adalah resosialisasi dan desosialisasi.
1) Resosialisasi adalah suatu proses sosialisasi di
mana seseorang diberi identitas baru. Misalnya seseorang yang dirawat di rumah
sakit jiwa mendapat identitas baru sebagai orang yang sakit jiwa. Dapatkah kamu
menyebutkan contoh lainnya?
2) Desosialisasi adalah suatu proses sosialisasi di
mana seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Misalnya orang
yang telah selesai menjalani masa hukuman dan menjadi anggota masyarakat
kembali, maka identitasnya sebagai narapidana telah tercabut.
Kedua proses tersebut seringkali dikaitkan dengan apa
yang dinamakan proses pemasyarakatan total, yaitu hidup terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, terkungkung, dan diatur secara
formal.
8. Tipe Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu
mempelajari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat guna mengembangkan
diri sendiri. Individu tidak hanya belajar bertindak atas dasar cara tertentu
karena ada imbalan atau hukuman dari luar, tetapi karena adanya kesadaran diri
untuk maju. Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang
berbeda-beda dalam menentukan tindakan seseorang.
Standar seseorang disebut baik di sekolah dan di
kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang dapat
disebut baik apabila tidak pernah terlambat datang ke sekolah atau tidak pernah
membuat keonaran. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang dapat disebut
baik apabila memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi dengan teman dan saling
membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi
yang ada. Ada dua tipe sosialisasi dalam masyarakat, yaitu tipe formal dan tipe
informal.
a. Tipe Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga
yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara. Atau dengan kata
lain sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bersifat resmi. Pada
tipe sosialisasi ini, biasanya ada aturan-aturan yang sifatnya mengikat dan
harus dipatuhi oleh semua anggota lembaga, serta tidak dilandasi oleh sifat
kekeluargaan. Sosialisasi tipe ini terdapat pada lembaga-lembaga, seperti
pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
b. Tipe Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di dalam masyarakat atau
dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antarteman, sahabat, dan
kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Baik sosialisasi formal
maupun informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi seseorang agar sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Meskipun proses
sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit
untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal
maupun informal secara bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar