A. Nilai Nilai Pancasila dalam Sejarah Perjuangan Bangsa
Nilai nilai Pancasila telah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad
ke-IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Nilai-Nilai
Pancasila itu sudah ada sebelum disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus
1945. Nilai-nilai Pancasila telah ada pada tertanam dalam diri kepribadian
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia merdeka yaitu
berupa nilai-nilai adat istiadat yang tertanam dan terselenggara dalam praktek
kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta
teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa
materialis Pancasila, Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan
secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat
negara Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan
dalam sidang-sidang BPUPKI pertama. Sidang panitia”9” sidang BPUPKI kedua.
Serta akhirnya disyahkan secara yuridis sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka
untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu
asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama yaitu negara yang
berdasarkan Pancasila. Selain itu msecara epistemologis sekaligus sebagai
pertanggung jawaban ilmiah, bahwa Pancasila selain sebagai dasar negara
Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa
serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
Nilai-nilai essensial yang terkandung
dalam Pancasila yaitu: ketuhanan Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, serta
Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses pembentukan
negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang
yaitu sejak bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang
yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke
V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke
VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Wangsa Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis
oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh
para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan
pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara tercapai dengan diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945.
1.
Zaman
Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada
tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui
bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga.
Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi
sedekah kepada para Brahmana, dan para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima kasih raja yang darmawan (Bambang
Sumadio, dkk.,1977 :33-32). Masyarakat kutaio yang membuka zaman sejarah
Indonesia pertamakalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.
Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan raja ini tampak
dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan Sumatra. Dalam zaman
kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan
wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia
sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di
Jawa.
2.
Zaman
Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya
negara kebangsaan negara Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: pertama zajam Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang
bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebagsaan Indonesia
lama. Kemudian ketiga negara
kebangsaan modern yaitu negara Indonesia merdeka (sekarang negara proklamasi 17
Agustus 1945). (Sekretariat Negara RI, 1995:11).
Pada abad ke VII muinculah suatu
kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, dibawah kekuasaan wangsa
Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan bukit di kaki bukit
Siguntang dekat palembang yang bertarikh 605 Caka atau 683 M, dalam bahasa
melayu kuno dan hurup pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan maritim yang
mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu lintas laut disebelah barat
dikuasainya seperti selat sunda (686), kemudian selat malaka (775). Pada zaman
itu Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani dikawasan Asia
selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan dengan pedagang pengerajin
dan pegawai raja yang disebut Tuha An vatakvarah sebagai pengawas dan pengumpul
semacam koprasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang dagangannya
(Keneth R. Hall, 1976:75-77). Demikian pula dalam sistem pemerintahannya
terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda kerajaan, rokhaniawan yang menjadi
pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehinga pada
saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan
dengan nilai ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkannya
dengan mendirikan suatu Universitas agama Budha, yang sangat terkenal dinegara
lain di Asia. Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar
terlebih dahulu di Universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-guru
besar tamu dari india yang mengajar di Sriwijaya misalnya Dharmakitri.
Cita-cita tentang kesejahtraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada
kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat
vanua Criwijaya siddhatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur) (Sulaiman, tampa tahun:53)
3. Zaman Kerajaan-Kerajan Sebelum Majapahit
Sebelum
kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-nilai
nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
secara silih berganti, kerajaan kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke
VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk untuk Dewa Tara dan
sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan
dinasti syailendra (abad ke VII dan IX).
Refleksi puncak budaya dari Jawa Tengah dalam priode-proide kerajaan-kerajaan
tersebut adalah dibangunnya candi-candi Borobudur (candi agama Budha pada abad
ke IX), dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke X).
Selain
kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur munculah
kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) Darmawangsa
(abad ke X) demikian juga kerajaan Airlangga pada abad ke IX. Raja Airlangga
membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi
dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu
dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai (Toyibin 1997:26). Menurut
prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan
berkerjasama dengan Banggala, Chola dan Champa hal ini menunjukan nilai-nilai
kemanusiaan. Demikianlah pula Airlangga mengalami pengembangan lahir dan batin
di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja,
meneruskan tradisi Istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula
menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan untuk
membuat tanggul dan waduk demi kesejahtraan pertanian rakyat yang merupakan
nilai-nilai sila kelima (T0yibin, 1997:28,29).Di wilayah Kediri Jawa Timur
berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke XIII), yang kemudian sangat erat
hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.
4. Zaman Kerajaan
Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan
Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk
dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh laksaman Nala dalam memimpin
armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya
itu membentang dari sepanjang melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat
melalui Kalimantan Utara. Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan dengan damai dalam suatu kerajaan. Empu prapanca menulis Negarakertagama (1365). Dalam kitab
tersebut telah terdapat istilah “Pancasila” Empu Tantular mengarang buku
Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang bunyi
lengkapnya “Bhinneka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua:, artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab
tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukan adanya
realitas kehidupan agama pada saat itu. Yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan
salah satu bawahan kekuasaannya yaitu pasai justru telah memeluk agama Islam. Toleransi positif dalam
bidang agama dijunjung tinggi semenjak
bahari yang telah silam.
Sumpah
palapa yang diucapkan oleh Majapahit Gajah Mada dalam sidang ratu dan
Mentri-mentri di paseban keprabuan Majapahit pada tahu 1331, yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut: ‘saya baru akan
berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk dibawah
kekuasan negara, jikalau Gurun, Seram. Tanjung Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan (Yamin, 1960:60). Selain itu
dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan
hubungan bertetangga baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan Kamboja.
Menurut prasasti Brumbung (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit
terdapat semacam penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan Ihalu yang
bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah
mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Majapahit
menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan
nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17
Agustus 1945. Kemudian disebabkan oleh faktor keadaan dalam negeri sendiri
seperti perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV, maka sinar
kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya mengalami
keruntuhan dengan “Sinar Hilang Kertaning Bumi” pada permulaan abad XVI (1520).
5. Zaman Kerajaan
Demak
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad
XVI maka berkembanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan
dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak
dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain
orang pertugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin
mencari pusat tanaman rempah-rempah. Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang
pada awalnya berdagang adalah orang-orang bangsa pertugis. Namun lama-kelamaan
bangsa pertugis mulai menunjukan perannya dalam bidang perdagangan yang
meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai
oleh portugis. Pada akhir abad ke XVI bangsa belanda datang pula ke Indonesia dengan
menempuh jalan penuh kesulitan. Untuk menghindarkan persaingan di antara meraka
sendiri (Belanda), kemudian meraka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang
bernama V.O.C., (verenigde Oost Indische
Compagnie) yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘Kompent’ Praktek-praktek VOC mulai
kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan.
Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan
perlawanan dan menyerang kebatavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun
tidajk berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P.Coen tewas dalam
serangan sultan agung yang kedua itu.
Beberapa
saat setelah sultan Agung mangkat maka Mataram menjadi bagian kekuasan kompeni.
Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politik dengan licik di Indonesia.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai
oleh kompeni tahun (1667) dan timbulah perlawanan dari rakyat Makasar dibawah
Hasanudin. Menyusul pula wilayah Baten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukan
pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, untung Suropati di
Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan
kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan armada dari
Minang Kabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak
mendapat sambutan yang hangat. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah
yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami
kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa. Demikianlah
Belanda pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil
rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya
dengan didukung oleh kekuatan militer.
Pada abad
itu sejarah mencatat bahwa belanda berusaha keras untuk memperkuat dan
mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Mereka ingin membulatkan
hegemoninya sampai kepelosok-pelosok nusantara kita. Melihat praktek-praktek
penjajahan belanda tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat diberbagai daerah
nusantara, antara lain: Patimura di Maluku (1817) Baharudindi Palembang (1819),
Imam Bonjol di Minang Kabau (1821-1837). Pangeran dipenegoro di Jawa Tengah
(1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh (1860)
anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895). Dan masih banyak perlawanan
rakyat di berbagai daerah di nusantara. Dorngan akan cinta tanah air
menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali
lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan diantara mereka dalam
perlawanan melawan penjajah, maka perlawanan tersebut senantiasa kandas dan
menimbulkan banyak korban. Penghisapan mulai memuncak ketika belanda mulai
menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan
beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin
menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli lagi dengan ratap penderitaan
tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak
kekayaan bangsa Belanda.
6. Zaman Kebangkinan
Nasional
Pada abad
XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia
Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik pilipina
((1898) yang dipelopori Joze Rizal. Kemenangan Jepang atas Rusiadi Tsunia
(1905). Gerakan sun Yat Sen dengan dengan republik Cinanya (1911). Paratai
kongres di India dengan tokoh Tilak dan Gandhi, adapun di Indonesia bergolaklah
kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangsaan nasional (1908)
dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan budi utomonya. Gerakan inilah
yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri. Budi Utomo yang
didirikan pada tanggal 10 Mei 1909 inilah yang merupakan pelopor pegerakan
nasional, sehingga segera setelah itu munculah organisasi-organiosasi
pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi pergerakan nasional itu antara lain:
sarekat Dagang Islam (SDI) (1909), yang kemudian dengan cepat mengubah
bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi serikat
Islam (SI) tahun (1911) dibawah H.O.S Cokroaminoto.
Berikutnya
munculah Indische Partiji (1913) yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu:
Douwes Dekker. Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat. (yang kemudian lebih
dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro). Sejek semula partai ini menunjukan
keradikalannya. Sehingga tidak dapat berumur panjang karena pimpinannya di
buang keluar negeri (1913). Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah
partai nasional Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno,
Ciptomangun-kusumo, Sartono, dan tokoh lainya. Mulailah kini
perjuangan nasional Indonesia dititik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujaun itu diekspresikan dengan
kata-kata yang jelas kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang
tokoh-tokohnya antara lain: Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto,
setokoh pemuda lainya. Perjuangan rintisan kesatuan nasional kemudian di ikuti
oleh Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya satu bahasa, satu
bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia raya pada saat pertama kali
dikumandangkan dan sekaligus sebagai pengerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bantuknya dengan
partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat
antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan
Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai
dengan kekuatan sendiri.
7. Zaman Penjajahan Jepang
Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada
tanggal 5 Mei 1940 dan jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wihelmina
dengan segenap aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris, sehingga
pemerintahan Belanda masih dapat berkomunikasi dengan pemerintah jajahan
Indonesia. Janji belanda tentang Indonesia merdeka dikelak kemudian hari dalam
kenyataanya hanya suatu kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi
kenyataan. Bahkan sampai akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940
Kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud.
Fasis
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia, jepang
saudara tua bangsa”. Akan tetapi dalam perang melawan Sekutu Sekutu Barat yaitu
(Amerika, Inggris, Rusia, Prancis, Belanda dan negara Sekutu lainnya) nampaknya
jepang semakin terdesak. Oleh karena itu agar mendapat dukungan dari banghsa
Indonesia, maka pemerintahan Jepang bersikap bermurah hati terhadap bangsa
Indonesia, yaitu menjajikan Indonesia merdeka dikelak kemudian hari.Pada
tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun kaisar Jepang belau
memberikan hadiah “ulang tahun” kepada bangsa Indonesia yaitu janji kedua
pemerintah jepang berupa kemerdekaan tampa syarat. Janji itu disampaikan kepada
bangsa Indonesia sehingga sebelum bangsa Jepang menyeret dengan Maklamat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari pemerintah Militer Jepang diseluruh Jawa dan Madura). No. 23. Dalam
janji kemerdekaannya yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaanya. Bahkan dianjurkan kepada bangsa Indonesia untuk
berani mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh jepang yaitu
sekutu termasuk kaki tangannya Nica (Nitherlands Indie Civil Administration),
yang ingin mengembalikan kekuasan kolonialnya di Indonesia. Bahkan Nica telah
melancarkan serangannya dipulau Tarakan Morotai.Untuk menciptakan simpati dan
dukungan dari bangsa Indinesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka
dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
Kemerdekaan Indonesia yaitu badan penyelidik Usaha-Usaha kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau Dokuritu Zyunbi Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan nama-nama
ketua dan enam puluh (60) orang anggotanya dengan ketua dan ketua muda sebagai
berikut :
Ketua
(Kaicoc
|
: Dr. K.R.T.Radjiman Wediodiningrat
|
Ketua Muda
|
:
Iclubangse (seorang anggota luar biasa) (Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin)
|
Ketua
Muda
|
:
R.P. Soeroso (Merangkap kepala) (Fuku Kaicoo atau Zimukyoku Kucoo)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar