Yg saya hormati Bpk Gubernur Kelimantan Barat Beserta Ibu
Yg saya hormati Bpk Wkl. Gubernur Kelimantan Barat Beserta Ibu
Yg saya hormati Bpk/Ibu Pimpinan Instansi Pemerintahan dan Swasta
Yg saya hormati Bpk/Ibu Direktur/Ketua/Rektor/Pimpinan PT se Kalimantan Barat
Bapak/Ibu Dosen, Undangan, Mahasiswa, Hadirinsekalian yang saya muliakan
Ketika mentari senja hari ini selasa, 13 Januari 2009 akan kembali ke ufuk barat, dan akan pulang kepangkuannya, kita diperkenankannya berkumpul bersama di rumah kedian Gubernur Kalimantan Barat yang megah ini. Kicauan burung, desirnya angin hiruk pikuknya jalan raya daan lambaian dedaunan di pohon seakan merestui kebersamaan kita menggunakan tempat yang megah ini untuk kita menyatukan hati dan pikiran memanjatkan puia, puji dan syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu sebagai insan religius, patut kita panjatkan puji dan syukur keharatNya, karena hanya dengan berkat dan perkenanNya jualah kita dapat berkumpul bersma merayakan natal yang indah ini
Bapak/Ibu/ hadiran sekalian yang saya mulia!
Enam puluh empat tahun berlalu sejak kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan lima puluh tiga tahun sejak terbentuknya Pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat yang disyahkan tanggal 7 Januari 1956 dengan UU No.25 Th.1956, sejak Gubernur Oevang Urai hingga H.Oesman Djafar, baru Gubernur Cornelis inilah rumah Gubernur bisa digunakan untuk Perayaan Natal. Karena itu saya dan kita semua berpostulat, berasumsi dasar, bahwa pilihan kita memilih nomor ketika Pilgub yang lalu tidak keliru, elias sangat tepat. Amin saudara-saudara!
Karena itu melalui kesempatan yang berbahagia ini, saya atas nama civitas akademika STKIP-PGRI Pontianak dan atas nama Dewan Penasehat Agama Kristen di lingkungan Kampus/STKIP-PGRI Pontianak menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semaga amal baik melalui bantuan moril maupun materil yang telah Bapak diberikan kepada mahasiswa kami, anak-anak didik kami mendapat ganjaran dari Tuhan YME.
Kami juga berharap, bantuan moril dan materil serta penyediaan tempat untuk perayaan Natal ditahun-tahun kedepan dapat juga kami peroleh melalui Bapak Gubernur yang bijak dan yang dicintai masyarakat Kalimantan Barat ini. Amin saudara-saudara!! Kita juga berharap melalui perayaan Natal yang istimewa ini semakin merekatkan tali persaudaran antar kita, dan semakin menguatkan tambatan hati kita seiman tanpa pandang bulu.
Bapak Gubernur/hadiran sekalian yang saya muliakan!
Tidak berlebihan kiranya kalau saya ketengahkan baahwa STKIP-PGRI Pontianak sudah mewisuda angkatan ke 20 tanggal 27 Nopember 2008. Dengan kuantitas wisuda berkafasitas antara 60 sd 800 orang. Dari jumlah wisudawan setiap angkatan terebut, kurang lebih 10% diantaranya beragama Kristen (Katolik dan Protestan). Kalau kita ambil rerata dari jumlah tertinggi – jumlah terendah dibagi dua, maka akan di dapat angka 600-60=540:2=270x20=5400 = 540 orang guru yang beragama Kristen (Katolik dan Protestan)
Puji dan syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan berkat dan perkenanNya jualah Acara Pengukuhan Guru Besar yang berbahagia ini dapat dilaksanakan.
Pengangkatan jabatan Guru Besar Kependidikan dalam bidang “Ilmu Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial” oleh Menteri Pendidikan Nasional Terhitung Mulai Tanggal 1 Maret 2006, dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor: 15841/A2.7/KP/2006.
Sesuai dengan jabatan Guru Besar saya dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS), maka pidato pengukuhan Guru Besar saya ini mengambil tema : “Pembelajaran IPS”, dengan Sub Tema “Pembelajaran IPS Berbasis Lingkungan“. Pembelajaran IPS Berbasis Lingkungan, menjadi amat penting untuk dikemukakan karena dalam rangka menjalani abad XXI atau yang sering disebut dengan era globalisasi, dan informasi, maka tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia semakin berat. Tantangan ini akan bertambah semakin berat apabila dikaitkan dengan persaingan bebas dikawasan negara-negara ASEAN dan negara-negara dikawasan ASIA - Fasific. Sejarah membuktikan bahawa faktor terpenting yang amat menentukan keberhasilan suatu bangsa, bukan karena melimpahnya kekayaan alam, melainkan karena Sumber Daya Manusianya yang berkualitas. Sumber Daya Manusia yang berkualitas harus dimulai dari anak-anak sejak dini. Mahatma Ghandi pernah berucap “Jika ingin mencapai perdamaian sejati di bumi ini, harus mulai dari anak-anak”. Salah satu Pembelajaran yang dapat membentuk Sumber Daya yang berkualitas sejak dini adalah Pembelajaran IPS Berbasis Lingkungan. ....pernah mengatakan bahwa
Sedikitnya ada dua hal penting dalam menerapkan Pendidikan IPS Berbasis Lingkungan yaitu : Pertama menghindari budaya “penyeragaman/ uniformitas” bagi sekolah-sekolah dan yang Kedua Pendidikan yang menghargai “Perbedaan” dan “Multikulti kulturalisme”.
Budaya penyeragaman/uniformitas menghendaki supaya semua anak memiliki pola pikir dan perilaku yang persis sama. Guru-guru yang menghendaki jawaban yang “terstandarisasi” dan persis sama dari murid-muridnya adalah salah satu contoh budaya ini. Pendidikan yang tidak bisa menghargai kreativitas anak yang menyampaikan sesuatu yang berbeda adalah contoh lain dari budaya penyeragaman ini. Soehardono (2002) mengatakan bahwa budaya uniformitas inilah yang terutama menjadi prakondisi yang pada gilirannya menjadi faktor kerentanan peserta didik terhadap militerisme dan teorisme.
Sebagai ganti budaya penyeragaman, amat penting memasukan pola pendidikan yang menghargai perbedaan dan multikulturalisme; yang secara sempit dapat diartikan sebagai “Pendidikan Multikultural”. Pendidikan Multikultural adalah salah satu pendekatan dalam pendidikan yang menekankan perlunya siswa mengenal dan menghargai budaya yang berbeda dari budaya asal mereka. Dalam pendekatan multikultural, siswa bukan saja diperkenalkan kepada budaya-budaya yang ada di dunia ini, akan tetapi juga diajak untuk merasa bangga pada budayanya sendiri dan yang paling penting lagi, menghargai bahwa si A dan si B teman satu RT-nya itu, memiliki budaya yang lain, yang juga sama indah dan berharganya dengan budayanya sendiri. Dalam pendidikan multikultural budaya yang berbeda itu bukan sesuatu yang perlu disamakan, apalagi dimusnahkan.
A. Pendahuluan
Sejak dahulu masyarakat kita selalu mengalami perubahan dalam segala aspeknya. Perubahan itu ada yang disebabkan oleh faktor alam seperti terbentuknya delta, ada pula yang disebabkan oleh faktor manusia, seperti pembangunan gedung-gedung dan sebagainya.
Dalam masyarakat modern, proses perubahan berlangsung sangat cepat dan beraneka ragam. Sebaliknya dalam masyarakat tradisional perubahan itu berlangsung sangat lambat dan tidak banyak ragamnya. Oleh karena itu masyarakat modern berkembang lebih cepat dari pada masyarakat tradisional. Cepatnya perubahan masyarakat modern tersebut, disebabkan oleh cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat.
Perubahaan yang terjadi dalam masyarakat, baik yang menyangkut struktur sosial maupun yang mengenai fungsi kehidupan bermasyarakat, selalu melibatkan sikap dan perilaku manusia baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Terjadinya perubahan sosial menuntut sikap dan perilaku yang baru, begitu juga sebaliknya, perubahan dalam sikap dan perilaku manusia akan menimbulkan perubahan sosial yang baru. Berubahnya sarana transportasi misalnya menuntut perubahan dalam cara pengaturan lalulintas, yang kemudian menuntut perubahan sikap dan perilaku para pengendara, pengguna jasa lalu lintas, dan para pejalan kaki. Demikian seterusnya, perubahan sosial dan perubahan sikap serta perilaku manusia selalu berlangsung secara interaktif.
Proses perubahan sikap dan perilaku manusia memerlukan adanya sarana yang dirancang dan dikembangkan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Salah satu sarana itu adalah program pendidikan. Program pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan potensi individu dan mewariskan pengetahuan, nilai dan sikap, serta perilaku kepada generasi muda, seyogianya dirancang lebih sistematis. Artinya bahwa tujuan, isi dan pelaksanaannya dirancang secara lebih terarah dan spesifik. Dengan demikian pengetahuan, sikap dan perilaku individu yang diharapkan oleh masyarakat dapat diprediksi dan diarahkan. “Generasi muda seyogianya dibina dan dikembangkan agar menjadi individu dan warga negara baik” (Sharonly 1997; Berghoff, Beth, and Kathryn Egawa,1998)
Dalam masyarakat modern atau yang sedang menuju masyarakat modern seperti Indonesia saat ini, yang dimaksud dengan warga Negara yang baik adalah warga Negara yang tahu, mau dan mampu bersikap serta berperilaku sebagai pemikir dan pelaku sosial. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang dirancang dan dilakasanakan untuk mengembangkan karakteristik Warga Negara Indonesia yang baik, khususnya dalam cara berpikir, bersikap, dan berperilaku sosial dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah suatu mata pelajaran di sekolah untuk mempelajari manusia di dalam masyarakat pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang dengan memberikan tekanan pada masalah hubungan manusia (Mathias 1998). Ilmu Pengetahuan Sosial mempelajari manusia dalam hubungannya satu dengan yang lainnya, hubungan manusia dengan masyarakat dan hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya (Jarolimek,1987). Ilmu Pengetahuan Sosial ialah mata pelajaran yang menggunakan materi-materi ilmu-ilmu sosial untuk mempelajari hubungan manusia dalam masyarakat dan manusia sebagai anggota masyarakat (Binning dan D.H. Binning,1997). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bahan pelajaran yang menelaah masalah di dalam masyarakat yang muncul seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi (Kurikulum IPS SD).
Dari berbagai pendapat di atas ternyata bahwa IPS lebih banyak menekankan hubungan antara manusia dengan masyarakat, hubungan manusia di dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Di sekolah dasar IPS merupakan paduan dari sejumlah pengetahuan seperti ilmu bumi, ekonomi, sejarah, pemerintahan, dan lingkungan. Dengan demikian, bahan kajian IPS lebih ditekankan pada masalah atau gejala sosial budaya yang terdapat di masyarakat dan lingkungannya atau masalah yang ada di negara lain pada masa lampau, masa sekarang, dan masa datang dalam rangka mengantisipasi perubahan sosial budaya serta dampaknya terhadap kelangsungan hidup manusia.
Dalam pembelajaran IPS berbasis lingkungan, guru perlu membina budaya ilmu yaitu kemampuan para pendidik menyusun, dan mensinerjikan ilmu dengan perkembangan jaman seperti :
1. Perkembangan Teknologi dan perkomputeran ; Dimana para pendidik seharusnya mengatur langkah, memanfaatkan peluang untuk melengkapi diri dengan berbagai keterampilan sebagai pemimpin ilmu yang berasaskan teknologi, serta penguasaan dan penggunaan teknologi dalam pelbagai bidang.
2. Kemahiran berpikir dan pemikiran konstruktif ; Dmana peserta didik dilatih menggunakan daya pikir tinggi untuk melahirkan pelajar-pelajar yang siap belajar sepanjang hayat dan mempunyai modal intelektual tinggi menghadapi era globalisasi dan informasi.
3. Kemampuan menterjemahkan dan mengawal kurikulum yang luwes ; Dimana para pendidik seharusnya mempunyai kemahiran dan keterampilan mengaitkan domain teori dengan praktis dan bijak membina pengetahuan dan kemahiran secara developmental mengikuti kadar pembelajaran (pace of learning) untuk mencapai kemahiran thoughful learning. Karena itu kurikulum sepatutnya mempunyai ruang untuk disesuaikan dengan perkembangan IPTEK berdasarkan keperluan negara dan kemajuan sejagat. Kurikulum yang tepat digunakan menurut The International Commision On Education For Twenty First Century melalui four Pilars of Learning menurut Jacques Dellor (2001) adalah : (1)Learning to know (belajar untuk menguasai ilmu) (2)Learning to do (belajar untuk menguasai kemahiran) (3)Learning to be (belajar untuk menjadi insan yang berguna) (4)Learning to life together (belajar hidup harmoni dan bekerjasama)
4. Menerapkan nilai-nilai murni/moral/ahlak ; Yaitu nilai-nilai murni yang menitik beratkan pada perlakuan yang baik, peradaban dan tata susila dalam hubungannya dengan sesama manusia, alam dan Tuhan. Elemen ini sangat penting dalam usaha pembudayaan masyarakat yang dapat mewujudkan kesejahteraan dan keharmonian negara.
5. Menguasai pengetahuan dan kemahiran industri ; Yaitu melahirkan generasi yang laku dipasaran tenaga kerja, dan industri merupakan dasar pembangunan negara. Usaha ini sebagai sumbangan kepada melahirkan sumber daya manusia yang berkontribusi kepada tenaga pasar yang berkualitas, serba handal dan responsif kepada perubahan. Kurikulum dan daya didik di dalam sistem pendidikan hendaklah berupaya merealisasaikan masyarakat saintifik, teknologis, dan progresif yang inovatif dan berpandangan jauh ke depan.
B. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS bertujuan membantu siswa mendapatkan pengetahuan yang dapat digunakan, baik untuk diri sendiri maupun untuk menolong orang lain. Pembelajaran IPS juga bertujuan membantu membangkitkan kesadaran peserta didik terhadap arti pentingnya lingkungan dalam kaitan dengan sosial budaya daerah, “Dima bumi dipijak disitu langit dijunjung”.
Dalam proses belajar mengajar IPS, siswa diajak langsung masuk ke dalam lingkungan masyarakat, disana mereka dapat mempelajari norma atau nilai sosial yang baik, seperti hak dan kewajiban, tenggang rasa, dan etika. Selain itu, siswa mendapatkan pengalaman langsung tentang adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kehidupan individu dan masyarakat. Pengajaran IPS membangkitkan kesadaran siswa terhadap dunia, membantu siswa mengenal dan memahami manusia, masyarakat, dan bangsa yang beraneka ragam, tetapi saling memiliki ketergantungan. Masyarakat merupakan suatu konsep yang rumit. Untuk mempelajarinya, diperlukan waktu yang lama.
C. Konsep Dasar IPS
Konsep dasar IPS adalah konsep dasar yang melandasi program pengajaran yang terdiri atas pokok-pokok bahasan yang merupakan materi mata pelajaran IPS di sekolah dasar. Pada prinsipnya konsep dasar berupa suatu gagasan yang bersifat umum dan biasanya dirumuskan dalam satu kata atau satu ungkapan. Kata atau ungkapan itu berguna untuk menggolongkan hubungan atau untuk menggolongkan sesuatu yang memiliki ciri-ciri khas yang sama. Konsep dasar IPS menjelaskan hubungan timbal balik antara individu dengan individu lain, kelompok sosial dengan kelompok sosial, atau individu dengan kelompok sosial. Hubungan timbal balik itulah yang merupakan inti pembahasan mata pelajaran IPS.
Dalam kaitannya dengan Konsep Dasar di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial sedikitnya memiliki sepuluh konsep dasar. Ke-sepuluh konsep dasar IPS itu diurutkan sesuai dengan tingkat kemajemukannya dan disesuaikan pula dengan kemampuan siswa dalam berpikir. Program pembelajarannya juga diorganisasikan dengan prinsip berbasis lingkungan terdekat ke lingkungan yang jauh, dan/atau dari lingkungan yang konkrit ke-yang abstrak. Misalnya, di kelas rendah siswa belajar tentang lingkungan terdekatnya, seperti rumah dan sekolah; di kelas yang tinggi mereka belajar tentang masyarakatnya, sampai kepengenalan dunia secara luas.
Sepuluh Konsep Dasar IPS tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Evolusi atau Adaptasi
Evolusi adalah suatu perubahan yang terjadi secara lambat dalam jangka waktu yang sangat lama. Dalam proses perubahan tersebut terjadi adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan dan perkembangan zaman. Masyarakat sederhana pada masa lampau melakukan tukar-menukar barang (barter) untuk memenuhi kebutuhannya. Kemudian, cara ini berkembang dengan menggunakan barang-barang tertentu sebagai alat tukar. Selanjutnya, melalui proses yang lama terciptalah uang sebagai alat tukar sebagaimana bentuknya sekarang. Contoh lain evolusi/ adaptasi tampak jelas, antara lain pada sejarah perkembangan alat pengangkutan, bentuk rumah, alat komunikasi, tata cara pengolahan tanah pertanian, dan cara berpakaian masyarakat.
2. Komunikasi
Setiap pakar ilmu pengetahuan hendaklah mampu menyampaikan hasil pemikiran atau temuannya kepada orang lain. Ia mungkin menyusun laporan penelitian, membuat kertas kerja, atau menyusun karangan ilmiah. Ia mungkin pula menyampaikan penemuannya kepada orang lain secara lisan atau tulisan. Oleh karena itu, di dalam tulisannya sering ia membuat gambar, model, tabel, diagram, grafik, dengan membuat karangan, dengan menceritakan pengalamannya dalam kegiatan observasi, menyajikan laporan hasil diskusi, atau dengan membuat berbagai pajangan yang dipamerkan di dalam ruang kelas.
3. Keragaman, Kesamaan dan Perbedaan
Masyarakat terdiri atas individu yang beraneka ragam, antara lain dari suku, adat-istiadat, agama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan tempat tinggal. Walaupun beraneka ragam masyarakat tersebut mampu membentuk suatu kelompok, bangsa, atau negara, karena mempunyai kesamaan, misalnya kesamaan kepentingan, tujuan, kebutuhan pokok, dan kesadaran atas ketergantungan satu sama lainnya. Perbedaan dalam berbagai aspek terdapat pula di dalam kehidupan bermasyarakat. Ada perbedaan tingkat kedudukan, kesempatan, tingkat ekonomi, dan lain sebagainya. Setiap individu dalam masyarakat memiliki status dan peranan yang berbeda. Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang tercantum pada kaki burung garuda lambang negara kita, merupakan wujud nyata dari adanya perbedaan dan keanekaragaman itu dalam masyarakat, di samping kesamaan yang ada.
4. Saling Ketergantungan
Dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya, manusia saling ketergantungan satu sama lainnya karena manusia tidak mungkin dapat hidup dengan layak tanpa bantuan orang lain. Agar dapat hidup layak, seseorang memerlukan makanan, pakaian, dan tempat berteduh (rumah). Untuk memenuhi kebutuhan pakaian, diperlukan jasa dari orang lain. Suatu negara industri sangat bergantung pada negara yang menghasilkan bahan baku untuk kepentingan industrinya. Sebaliknya, negara penghasil bahan baku membutuhkan modal, teknologi, tenaga ahli dan barang yang dihasilkan oleh negara industri. Saling ketergantungan terjadi pada tingkat individu, keluarga, kelompok, masyarakat, negara dan bahkan sampai pada tingkat dunia.
5. Interaksi dan Kerja Sama
Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia merupakan mahluk sosial, sehingga manusia saling berinteraksi atau berhubungan satu sama lainnya. Hubungan itu dilakukan secara sadar dan bersifat timbal balik. Misalnya hubungan seorang laki-laki dewasa dengan wanita dewasa yang membentuk sebuah keluarga. Demikian pula hubungan sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan yang sama dalam membentuk kelompok, wadah/organisasi, dan sebagainya. Mereka sadar secara kejiwaan bahwa mereka saling berhubungan. Kesadaran itu bersifat timbal balik. Untuk mengejar tujuan tertentu individu atau kelompok itu mengadakan kerja sama. Mereka bekerja sama dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan masalah, dan memenuhi kebutuhan atau tujuan besama. Dalam kerja sama itu kepentingan kelompok harus lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi atau individu.
6. Kesinambungan dan Perubahan
Berbagai unsur kebudayaan diwariskan oleh satu generasi kepada generasi berikutnya. Unsur-unsur kebudayaan itu mengalami perubahan karena setiap generasi mempelajari dan mengembangkannya. Namun pada umumnya inti dari unsur kebudayaan itu diteruskan secara berkesinambungan. Pembangunan nasional yang dilaksanakan melalui tahapan demi tahapan merupakan pembangunan yang berkesi-nambungan. Setiap tahap pembangunan mengalami kemajuan (perubahan) dan diteruskan ke tahap pembangunan berikutnya.
7. Konflik dan Konsensus
Perbedaan kepentingan dan tujuan setiap orang atau setiap kelompok dapat menimbulkan konflik. Konflik dapat berupa pertengkaran, ancaman, dan tindak kekerasan karena tiap-tiap pihak saling bertentangan dalam mempertahankan kepentingan dan tujuannya.
Konflik sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, baik antar individu, antar kelompok maupun antara individu dan kelompok. Untuk menanggulangi dan menghindari konflik diperlukan konsensus atau kesepakatan agar tidak menghambat kerja sama dan tidak mengganggu ketertiban masyarakat, bahkan ketertiban internasional.
8. Lokasi
Peristiwa alam dan peristiwa sosial terjadi pada waktu, tempat, atau lokasi tertentu. Suatu negara atau bangsa hanya mungkin timbul dan berkembang apabila negara atau bangsa itu memiliki lokasi (tempat) hidup bagi bangsa dan negaranya.
9. Sebab-Akibat
Semua kejadian atau peristiwa pasti memiliki sebab dan akibat yang ditimbulkannya. Kebakaran hutan pada musim kemarau beberapa waktu lalu pada daerah tertentu, disebabkan oleh ulah manusia dan mengakibatkan musnahnya sejumlah jenis hasil hutan dan hilangnya mata pencaharian penduduk. Pendapatan daerah berkurang, pengangguran bertambah, dan harga hasil hutan meningkat/naik. Pembuangan sampah secara sembarangan menyebabkan tersebarnya kuman penyakit. Kuman-kuman itu menyebabkan timbulnya wabah penyakit menular, seperti muntah berak dan demam berdarah. Sesungguhnya banyak contoh masalah sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep sebab-akibat ini.
10. Nilai dan Kepercayaan
Pada umumnya nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang baik sehingga orang ingin memiliki, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Solidaritas adalah suatu nilai karena dapat menimbulkan perasaan senasib dan sepenanggungan dalam masyarakat. Demikian pula disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong adalah nilai karena memiliki kebaikan dan manfaat bagi perkembangan pribadi dan masyarakat. Oleh karena itu, nilai yang baik tersebut perlu ditumbuhkan dan dikembangkan dalam diri peserta didik dan masyarakat. Kepercayaan biasanya diterima begitu saja oleh masyarakat dan diyakini kebenarannya. Misalnya dalam masyarakat tertentu ada kepercayaan bahwa orang yang mengambil barang dari rumah yang sedang terbakar akan mengakibatkan pelakunya mendapat sial dan rumahnya juga akan terbakar pada kemudian hari. Yang dimaksud kepercayaan di sini adalah sesuatu yang dipercayai (belief), bukan sesuatu yang diyakini (faith) sebagai keyakinan agama.
D. Kemampuan Minimal dalam Pembelajaran IPS
Sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS, minimal terdapat sembilan kemampuan pembelajaran IPS yang harus dikuasai siswa di sekolah yaitu :
1. mengembangkan sikap sosial, seperti : kerja sama, tenggang rasa, tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat;
2. mengembangkan cara berpikir kritis dan kreatif dalam melihat hubungan antara manusia dan lingkungan;
3. mengenal dan berusaha memecahkan permasalahan sosial;
4. memiliki kemampuan untuk tanggap terhadap gejala dan peristiwa sosial;
5. mengembangkan kebiasaan mendekati dan mengamati kenyataan sosial dan peristiwa sosial di lingkungannya;
6. memiliki sikap bersedia berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan;
7. mengenal lingkungan sosial dan budaya, baik pada lingkungan yang terdekat maupun pada lingkungan yang lebih luas dan jauh;
8. memahami perlunya kerja sama dengan bangsa lain;
9. menanamkan dan menumbuhkan rasa kebangsaan serta kebanggaan terhadap perkembangan masarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.
E. Kecenderungan Pengajaran IPS
Secara Nasional istilah IPS sebagai nama mata pelajaran di sekolah berlaku sejak berlakunya Kurikulum 1975. Pembelajaran IPS bertujuan mengantarkan para peserta didik untuk memahami konsep Ilmu Sosial yang dikaitkan dengan kebutuhan pembelajaran IPS berbasis lingkungan. Untuk mencapai tujuan itu, isi mata pelajaran IPS diorganisasikan secara terpadu. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam kondisi tradisional/konvensional, orientasi guru dan sumber belajar lebih menitik beratkan kepada penguasaan fakta dan konsep keilmuan. Akibatnya, pelaksanaan kurikulum itu ternyata lebih mendorong terjadinya pembelajaran konsep yang kurang terkait pada tuntutan dan masalah kehidupan masyarakat dan kemajuan jaman.
Dalam kurikulum 1984, pengajaran IPS mengalami perubahan lebih lanjut. Tujuan dan isi pengajaran mulai menggunakan konsep “proses belajar” yang menitik beratkan pada proses bagaimana para peserta didik memproses dan mengelola perolehan belajar melalui proses belajar secara akademis dan bukan hanya sekedar mengingat fakta dan konsep. Untuk memberikan suasana terjadinya proses belajar tersebut, diperkenalkan konsep belajar siswa aktif (CBSA). Namun pesan yang tercantum dalam kurikulum itu (1984) agaknya kurang lancar dilakasanakan karena para pelaksana belum terbiasa dengan cara kerja yang diinginkan oleh CBSA. Selain itu sarana penunjang yang kurang didayagunakan menyebabkan penerapan CBSA tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kenyataan lain di lapangan, terlihat bahwa beberapa pelaksana melaksanakan CBSA hanya sebagai kamuflase untuk menutupi kelalaian mengajar. Para siswa diberi banyak tugas, seperti membaca membuat karangan, mengerjakan pekerjaan rumah, dan berdiskusi. Namun mereka (siswa) kurang mendapatkan bimbingan dari guru. Para guru kurang memberikan balikan terhadap hasil pekerjaan siswa. Selanjutnya Kurikulum 1994 mengandung CBSA, baik dalam GBPP maupun dalam pedoman-pedoman pelaksanaannya. Sementara itu Kurikulum 2004 lebih menekankan pada kompetensi perolehan belajar dan penguasaan keterampilan hidup (life Skills), yang diharapkan mampu hidup mandiri, mampu menciptakan lapangan kerja, dan berjiwa wirausaha. Belum tuntas kurikulum 2004 dilaksanakan telah pula muncul kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau disebut dengan kurikulum 2006. Sekarang tinggal bagaimana para guru/pelaksana menata kegiatan pembelajaran IPS. Pelaksanaan pembelajaran IPS perlu berlangsung seoptimal mungkin agar suasana belajar akan menjadi lebih bermakna. Hal ini dapat terlaksana apabila pembelajaran IPS bersifat menantang dan merangsang daya cipta siswa untuk menemukan sesuatu, serta pengajaran itu mengesankan bagi siswa, serta diiringi dengan kegemaran siswa belajar (Joy of learning).
F. Sumber Belajar dan Pemanfaatan Sumber Belajar IPS
1. Sumber Belajar IPS
Dalam pembelajaran IPS, beragam sumber belajar yang dapat digunakan, terutama yang tersedia dan terjangkau di dalam lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya disekitar anak, antara lain:
1. Lingkungan alam, misalnya sungai, gunung, hutan, laut
2. Lingkungan sosial, misalnya pasar, toko , tempat ibadah
3. Lingkungan budaya, misalnya candi, adat istiadat, tarian daerah
4. Peristiwa alam,misalnya gerhana, banjir, angin topan, gunung meletus,
5. Peristiwa sosial, misalnya pesta adat, unjuk rasa, pengurusan
6. Media, yang terdiri dari atas;
a. media cetak, misalnya: koran majalah,foto, buku paket
b. media elektronik, misalnya; video, slide, OHP, dan siaran radio dan TV
7. Nara sumber, misalnya tokoh masyarakat, tokoh agama, penyandang
profesi (guru, hakim, dokter, petani,wartawan).
2. Pemanfaatan Sumber Belajar IPS
Dalam pembelajaran IPS yang berciri belajar aktif, para pengajar hendakanya dapat memanfaatkan sumber belajar semaksimal mungkin, baik yang berasal dari lingkungan sekitar, maupun yang berasal dari hasil hutan/rakitan yang dikembangkan sendiri. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di dalam pembelajaran IPS yang berciri belajar aktif dapat dikatakan bahwa makin banyak memanfaatkan sumber belajar, maka pembelajaran akan semakin berhasil. Berikut ini dikemukakan beberapa gagasan pengembangan sumber belajar IPS.
a. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Sebagai pedoman dalam penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar IPS, di bawah ini disajikan beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah siswa sudah belajar dari lingkungannya sendiri ?
2. Apakah pemakaian lingkungan dimulai dari pengetahuan yang sudah dimiliki siswa?
3. Apakah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan dilakukan secara berkesinambungan ?
4. Apakah penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat membangkitkan minat belajar siswa ?
5. Apakah penggunaan lingkungan dapat mengembangkan kemampuan pengamatan siswa ?
6. Apakah penggunaan lingkungan dapat meningkatkan rasa cinta terhadap lingkungan hidup?
Berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan cara menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar :
1. Apakah lingkungan digunakan sebagai sumber informasi?
2. Apakah lingkungan digunakan sebagai alat-alat pelajaran ?
3. Apakah pemilihan dari aspek lingkungan disesuaikan dengan kemampuan siswa ?
4. Apakah pengertian dasar dari suatu lingkungan dapat digunakan untuk mempelajari lingkungan lain ?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, disarankan agar memenuhi hal-hal berikut :
a. Lingkungan merupakan sumber yang lengkap dan menarik bagi mata pelajaran IPS. Siswa mempelajari IPS untuk memahami lingkungan serta memiliki kesadaran guna memperbaikinya agar lebih selaras. Oleh karena itu siswa perlu mengenal lingkungannya dengan baik sebab dalam mempelajari IPS siswa bertitik tolak dari lingkungannya.
b. Lingkungan sesungguhnya sangat kompleks dan rumit, meliputi lingkungan fisik, geografis dan sosial. Kita tidak mungkin meliputi semua aspek secara serempak. Oleh karena itu hanya dapat diambil aspek yang diperlukan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pembahasan selalu dimulai dari pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan menuntut para siswa
untuk :
1. mengumpulkan data atau informasi, kemudian menginventasrisasi kannya;
2. mengolah dan menganalaisis data atau informasi, menarik kesimpulan.
3. kegiatan kerja praktek seperti itu dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kodrat lingkungan yang selalu berubah dan berkembang.
c. Aspek lingkungan yang dipilih hendaknya menarik agar dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengembangan kemampuan pengamatan siswa karena mempelajari IPS melalui lingkungan berarti pula mempelajari lingkungan itu sendiri. Siswa akan dan memahami lingkungan itu sehingga berkembang rasa tanggung jawab dan cinta terhadap lingkungan hidup.
Untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar, guru dapat meng-gunakan lingkungan dalam berbagai hal berikut :
1. Kalau dalam kegiatan pengolahan topik diperlukan data atau informasi, siswa dapat mencarinya di lingkungan. Dalam hal ini lingkungan dijadikan sebagai sumber data atau informasi.
2. Suatu waktu diperlukan benda-benda tertentu untuk keperluan belajar mengajar. Benda itu dapat diambil dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini lingkungan merupakan sumber material.
3. Pemahaman terhadap lingkungan tertentu dapat digunakan untuk mempelajari lingkungan lain yang lebih luas. Dengan demikian lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber pengembangan.
4. Pemilihan aspek dari lingkungan hendaknya disesuaikan dengan tingkat umur dan tingkat perkembangan cara siswa berpikir.
5. Aspek lingkungan yang dipilih hendaknya mengandung konsep dasar atau pengertian dasar. Pengertian dasar itu kemudian digunakan untuk mempelajari lingkungan lain yang lebih luas.
b. Buku Paket Sebagai Sumber Belajar
Berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan sebagai rambu-rambu penggunaan buku paket IPS.
1. Apakah buku paket dijadikan satu-satunya sumber belajar ?
2. Apakah siswa hanya membaca teks dalam buku paket dan menjawab pertanyaan pertanyaan ?
3. Apakah selain buku paket digunakan buku-buku penunjang lainnya ?
4. Apakah isi buku paket dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus ?
5. Apakah buku paket dibaca bab demi bab seperti halnya buku bacaan?
6. Apakah buku digunakan sebagai sumber untuk pemberian tugas ?
7. Apakah siswa mengerti isi dari buku paket ?
8. Apakah siswa dapat menarik kesimpulan dari buku paket yang dibacanya ?
9. Apakah siswa ditugasi juga untuk membaca sebagian teks bacaan dan kemudian disuruh mengerjakan tugas-tugas ?
10. Apakah ada keseimbangan antara membaca buku paket dan membaca buku lainnya ?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Buku paket IPS jangan dianggap sebagai satu-satunya buku yang mutlak dan paling lengkap untuk mempelajari IPS. Buku IPS yang telah tersedia, baik buku siswa maupun pedoman guru, hendaknya dikembangkan oleh guru. Guru dapat melengkapi buku paket dengan sumber-sumber lain, baik berupa buku maupun berupa lingkungan siswa. Alat bantu pelajaran seperti peta dan benda yang tersedia serta sumber belajar, seperti lingkungan fisik dan lingkungan sosial, dapat digunakan untuk melengkapi buku paket.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus yang dijabarkan dari Tujuan Pembelajaran Umum yang terdapat pada kurikulum hendaknya merupakan pedoman atau penunjuk arah di dalam mencapai sasaran yang dipelajari. Oleh karena itu dalam menggunakan buku paket IPS, hendaknya guru jangan terlalu terikat pada bab demi bab buku itu. Bab yang yang berisi materi yang saling berkaitan dapat digunakan dalam satu pembahasan saja. Oleh karena itu rasa takut untuk menyelesaikan satu buku paket dalam satu periode tertentu, seolah-olah merupakan target, akan dapat diatasi.
3. Guru tidak boleh hanya menyuruh siswa membaca teks dari buku yang tersedia, kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan teks itu saja. Cara itu dapat menciptakan kemungkinan mempelajari IPS sama dengan mempelajari bahasa. Teks yang terdapat dalam buku paket harus dikembangkan dengan memberi tugas berikutnya. Dengan demikian guru dapat mendorong siswa untuk mencari bahan-bahan dari buku atau sumber lain, sehingga siswa benar-benar belajar secara aktif. Hal itu menciptakan keseimbangan antara buku paket dengan buku lain, misalnya buku-buku yang tersedia di perpustakaan sekolah.
4. Siswa harus memahami apa yang dibaca dibuku paket. Oleh karena itu siswa tidak boleh disuruh menghafalkan isi buku, tetapi justru memahami atau mempelajarinya, kemudian menarik kesimpulan dari apa yang telah dibaca. Untuk mengujinya, guru dapat memberikan tugas dan pertanyaan dengan masalah yang dibicarakan dalam buku teks, tetapi yang masih ada kaitannya. Misalnya di dalam teks dipelajari masalah lalu-lintas yang berhubungan dengan disiplin dan tata-tertib. Kita dapat memberi tugas dan pertanyaan yang berkaitan dengan disiplin dan tata-tertib di sekolah.
Pada prinsipnya guru disarankan menggunakan berbagai buku pelajaran untuk melengkapi pengetahuan dan wawasan. Namun untuk anak dipilih buku pelajaran yang bermutu dan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar. Pemilihan buku pelajaran bagi anak adalah wewenang guru. Agar tepat di dalam memilih buku pelajaran, sebaiknya didiskusikan hal itu dalam rapat staf bersama Kepala Sekolah. Disarankan pula agar para guru membahas kriteria buku pelajaran yang ada berdasarkan kriteria yang disepakati dalam pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Guru hendaknya mengembangkan sendiri kegiatan belajar mengajar berupa pertanyaan, soal, atau tugas untuk mengoptimalkan penggunaan buku pelajaran.Selain itu disarankan juga agar sedapat mungkin mengaitkan peristiwa sosial yang tengah terjadi di lingkungan sekitar dengan bahan kajian IPS yang sedang dipelajari.
3. Nara Sumber Sebagai Sumber Belajar
Nara sumber adalah orang yang memiliki pengalaman, kemampuan, keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu, yang dapat digunakan sebagai sumber data dan keterangan yang merupakan masukan bagi proses belajar-mengajar. Tidak semua tokoh atau penyandang profesi dapat dimanfaatkan sebagai nara sumber/sumber belajar. Nara sumber hendaknya dipilih sebagai berikut ;
a. Memiliki pengalaman, kemampauan, keterampilan, atau keahlian tertentu dalam bidang yang relevan dengan topik yang dipelajari;
b. Berada di lingkungan yang dekat dengan sekolah, seperti orang tua murid, pemuka masyarakat, petugas pemerintah, atau swasta yang berada di lingkungan sekitar ;
c. Dapat menyampaikan gagasannya kepada anak-anak.
d. Sehat, tidak memiliki penyakit menular;
e. Bersedia meluangkan waktunya.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan nara sumber Sebagai Sumber Belajar antara lain :
a. Nara sumber dapat diundang kesekolah (ke dalam kelas) atau siswa dapat mendatangi nara sumber di rumah atau ditempat kerjannya;
b. Nara sumber dapat dihubungi terlebih dahulu untuk meminta kesediaan nya untuk menyampaikan maksud undangan, atau kunjungan sekaligus menjelaskan secara singkat ha-hal yang akan ditanyakan. Bila diperlukan surat resmi dari Kepala Sekolah, sebaiknya surat dikirim terlebih dahulu atau dibawa guru pada waktu mengadakan pembicaraan awal.
Selain itu usahakan agar guru sedapat mungkin memberikan kesempatan kepada siswa dibawah bimbingan guru untuk mempersiapkan diri pertanyaan yang hendak diajukan. Bila dirasa perlu pertanyaan sudah di lampirkan dalam surat atau yang telah disarankan. Bila dirasakan perlu pertanyaan sudah dilampirkan dalam surat permohonan yang diserahkan Lagi pula dapat ditambah data dan keterangan yang diperoleh dari nara sumber lainnya, sehingga siswa benar-benar belajar secara aktif.
Ragam Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS di sekolah sering dilakukan secara seragam dan rutin. Artinya pola pengajaran yang sama berlangsung berkali-kali, misalnya :
1. guru memberikan ceramah tentang suatu konsep;
2. membagi-bagikan lembar kerja;
3. menjelaskan isi lembar kerja;
4. murid bertanya tentang tugas yang belum dipahami;
5. guru menjawab pertanyaan tersebut;
6. murid menjawab pada lembaran kerja;
7. guru meminta murid mendiskusikan hasil kerjanya;
8. guru menyimpulkan atau menegaskan hal-hal penting.
Urutan kegiatan itu berulang secara terus-menerus dalam pembelajaran IPS meskipun terkadang ada sedikit variasi diantara kegiatan itu. Kebiasaan itu membentuk satu pola yang diikuti kebanyakan guru. Akibat negatif atas penerapan pola yang seragam dan rutin dapat berupa :
1. anak cenderung akan merasa bosan;
2. keterampilan dasar yang dilatihkan dan dikembangkan sangat terbatas;
3. penggunaan lingkungan dan beragam sumber belajar cenderung merosot
4. kreativitas berpikir anak akan kurang berkembang
5. pemborosan biaya dan waktu karena penggunaan lembar kerja secara terus menerus, padahal tidak semua kegiatan memerlukan lembar kerja, mungkin ada yang lebih cocok dengan pemberian tugas langsung.
Kebiasaan seperti itu perlu dirombak. Proses belajar-mengajar IPS memiliki beragam pola. Pola apa yang dipilih, antara lain akan sangat bergatung pada lingkungan yang digunakan, sumber belajar yang akan dimanfaatkan, keterampilan dasar yang akan dilatih dan dikembangkan, sarana belajar, dan perkembangan minat anak. IPS yang berciri belajar aktif dikenal beragam pola pembelajaran yang memperlihatkan perbedaan dalam pemberian rangsangan (stimulus) yang digunakan dalam kegiatan awal sebagai titik tolak pelajaran, yaitu tema, urutan kegiatan belajar-mengajar, suasana belajar yang ditimbulkan, dan bentuk hasil belajar. Beragam pola pembelajaran IPS antara lain pola pembelajaran dengan memanfaatkan :
1. observasi/pengamatan;
2. observasi dan wawancara;
3. narasumber datang ke kelas;
4. pengamatan masalah di lingkungan sekitar;
5. pengamatan masalah dari media masa;
6. peristiwa alam yang terjadi;
7. peristiwa sosial di lingkungan sekitar;
8. buku paket;
9. lembar kerja (tidak bersifat mutlak);
10. peta/atlas/globe;
11. model;
12. gambar/foto;
13. pengalaman anak;
14. mainan;
15. benda nyata;
16. benda buatan pabrik.
Urutan kegiatan dalam penerapan tiap pola tersebut dapat berbeda-beda, terutama kegiatan awal sebagai rangsangan. Perbedaan tidak hanya pada urutan kegiatan, melainkan juga pada kegiatan tindak lanjutnya. Situasi belajar pun bervariasi antara kegiatan seluruh kelas, perseorangan, pasangan, dan kelompok. Penggunaan sumber belajar yang berbeda dengan sendirinya dapat menciptakan suasana perasaan yang berbeda bagi anak ketika mereka sedang melakukan kegiatan. Bermacam-macam kegiatan dapat dilatihkan, dan kreativitas serta penalaran dapat pula dikembangkan.
Metode Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran IPS
1. Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah salah satu metode pembelajaran aktif yang mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dan bertindak secara logis, kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah. Dalam proses belajar-mengajar masalah yang diidentifikasi siswa, antara lain dapat diselesaikan melalui diskusi, observasi, klasifikasi, penarikan kesimpulan, serta pembuktian hipotesis.
2. Perlunya Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah sangat penting diterapkan dan dipadukan di dalam proses belajar-mengajar, antara lain agar siswa :
a. dapat mengembangkan cara berpikir untuk menyelesaikan masalah yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan terdekat maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas.
b. Mendapatkan bekal kemampuan di dalam menghadapi tantangan baru yang mungkin akan muncul di dalam kehidupannya pada yang akan datang karena tuntutan zaman.
c. Mendapatkan bekal kemampuan dasar dalam menanggapi masalah, di dalam merumuskan masalah dan memilih alternatif penyelesaian yang paling tepat.
3. Observasi dalam Pembelajaran IPS
Dalam pembelajaran IPS, observasi merupakan kegiatan yang sangat penting. Salah satu cermin pendekatan belajar aktif adalah mengadakan pengamatan (observasi) ke luar kelas dengan mengunjungi berbagai sumber belajar yang berada di lingkungan sekitar. Penyebaran sumber belajar dapat di lingkungan sekitar sekolah, seperti warung, toko, pasar, kantor, sawah, jalan, rumah, koperasi, sekolah : di sekitar rumah, seperti kebun, sawah, tambak, bengkel, toko, atau pasar; di wilayah desa atau kelurahan, seperti puskesmas, koperasi, pasar, sawah, jalan atau sungai .
4. Manfaat Observasi dalam Pembelajaran IPS
1. Anak dilatih dan dibiasakan tidak hanya berpuas diri dengan mendengarkan cerita tentang suatu objek, tetapi berusaha mendekati dan datang mengamati objek itu secara langsung.
2. Objek observasi menyimpan data dan keterangan yang banyak dan jauh lebih bernilai daripada apa yang hanya tertulis di dalam buku pelajaran atau buku sumber lain, surat kabar atau majalah. Bahkan, sering data dan keterangan itu belum pernah ditulis orang sehingga masih tersimpan utuh belum terjamah.
3. Guru dan anak menyadari bahwa materi pelajaran IPS ternyata dekat dari kenyataan hidup sehari-hari, tidak hanya terdapat di dalam buku pelajaran atau buku perpustakaan, tetapi lebih banyak ada di depan mata. Mempelajari IPS berarti mempelajari manusia dan masyarakat, yakni sesuatu yang berada di sekitar kita, dan terjadi di dalam hidup sehari-hari.
4. Berbagai keterampilan dasar dapat dilatihkan dan dikembangkan melalui kegiatan observasi, antara lain mengajukan pertanyaan, merencanakan observasi, melakukan wawancara, menuliskan catatan singkat, mencatat tabel, menarik kesimpulan, menyelesaikan masalah, menggambarkan peta, membuat desain atau model.
5. Pelajaran IPS bukanlah pelajaran yang berisi fakta dan data yang harus dihafal atau pengetahuan yang bersifat verbalistis, melainkan seharusnya membuat anak merasa akrab dengan lingkungannya, serta mudah mencerna apa yang dipelajarinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam observasi dalam pembelajaran IPS ialah melibatkan anak sejak awal; jangan memaksakan diri mengunjungi objek yang tidak terjangkau. Disamping beberapa unsur yang telah disebutkan di atas penting diperhatikan dalam pembelajaran IPS adalah melibatkan anak dengan berbagai aktivitas lingkungan yang positif, seperti yang diungkapkan. Dorothy Law Nolte sebagai berikut :
1. Jika anak dibersarkan dengan celaan, ia belajar memaki
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3. Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
4. Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
5. Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
6. Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
7. Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
8. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
9. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
10. Jika anak dibesarkan dengan pujian , ia belajar menghargai
11. Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
12. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
13. Jika anak dibesarkan dengan pengakuan , ia belajar mengenali tujuan
14. Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
15. Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
16. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
17. Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
18. Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih
Mengakhiri pidato ini ijinkan saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah ikut mewarnai bahtera perjalanan hidup saya sebagai berikut.
Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Koordinator Kopertis Wilayah XI Kalimantan beserta seluruh staf dan jajarannya yang dengan semangat tinggi dan jiwa kepahlawannya telah meluluskan serta merekomendasikan saya untuk diusulkan menjadi guru besar kependidikan
Terima kasih saya sampaikan kepada Ketua STKIP-PGRI Pontianak (Ibu Dra.Hj.Urai Titin Hiswari,M.Si), Senat STKIP-PGRI Pontianak dan Tim Senat Guru Besar STKIP-PGRI Pontianak yang telah meluluskan serta merekomendasikan saya untuk diusulkan menjadi guru besar kependidikan.
Terima kasih saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Bapak Djala (almarhum) dan Ibu Sindja (almarhumah). Ibu hanya sempat mengantarkan bahtera kehidupan saya sampai pada kelas I SMP, beliau meninggal 10 Agustus 1970 dalam usia 40 tahun. Bapak berhasil mengantarkan bahtera perjalanan kehidupan saya sampai pada jenjang S3, beliau meninggal 18 September 2005 dalam usia 82 tahun. Terima kasih juga disampaikan kepada saudara-saudara kandung saya; Agus Gonggong, Budi, Tara, Halimin, dan Tina yang kesemuanya telah ikut hidup prihatin dan rela sama-sama menderita makan dan hidup seadanya hanya karena nekat ingin sama-sama tamat sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan yang terjangkau.
Terima kasih saya sampaikan kepada Kepada Bapak dan Ibu guru SDN Sungai Pukat Sintang, Bapak dan Ibu Guru SMPN 17 Sintang, Bapak dan Ibu Guru SPGN Sintang, yang kesemuanya telah memberikan dasar-dasar kependidikan yang kuat sebagai bekal etika dan tata susila yang terpatri rapat dalam hidup saya.
Terima kasih Khusus saya sampaikan kepada Ibu Prof.Suhati Fattah, Bapak Drs.Wanto Rifa’i,M.Si yang telah dengan sabar dan penuh keteladanan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi di FKIP – Untan Pontianak tahun 1984 yang lalu.
Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada Yth. Bapak Prof.DR.H.Hadari Nawawi, yang telah amat sangat mewarnai perjalanan karir dan hidup saya, beliau sangat berjasa dan tidak pernah saya lupakan, mulai dari saya menapakkan kaki di dunia Pendidikan Tinggi sampai masa awal karir saya menjadi tenaga pengajar di STKIP-PGRI Pontianak. Policy yang beliau ambil, Kebijakan yang beliau lakukan amat berguna bagi kelangsungan perjalanan pendidikan saya. Semoga amal baik dan bhakti suci yang telah beliau berikan mendapat tempat disisi Tuhan YME
Ucapan terima kasih secara khusus ini juga saya sampaikan kepada Bapak Drs.H.Syarif Said Alkadri, Bapak HM.ALI AS,SH, Bapak Drs.Yoseph Thomas,M.Pd, Bapak Prof.DR.Urai Husna Asmara,M.Pd, Bapak Drs.HM.Ali Bakar, Bapak Drs.Syarif Saleh, dan Almarhum Bapak Bal’am Alwi,SH. Beliau-beliau ini telah berhasil menanamkan kepercayaan pada diri saya dan berangkat dari kepercayaan diri itulah saya berhasil menapaki dunia Pendidikan Tinggi yang kini saya jalani.
Ucapan terima kasih secara khusus ini juga saya sampaikan kepada Bapak DR.Frans Mataheru. Dip.Ed. dan Bapak Prof.DR.HM.Sonhadji.KH,MA, Bapak Prof.DR.Riyadi Sarodjoe,M.Sc (almarhum) Beliau-beliau ini dengan penuh ke “Paterannya’ dengan penuh ketekunan dan kesabarannya telah membimbing saya dalam menyusun Tesis S2 di IKIP Malang tahun 1994,
Ucapan terima kasih secara khusus ini juga saya sampaikan kepada Bapak Prof.DR.H.Abdul Azis Wahab,MA,Ed, (UPI Bandung), Prof. DR.Dedi Supriadi, almarhum (UPI Bandung), Dr.Achmad Munandar (UPI Bandung), Prof. DR.Nuryani Y. Rustaman (UPI Bandung), Prof. DR.Hj.Rochiati Wiraatmadja, MA (UPI Bandung), Prof.DR.H.Helius Syamsudin. (UPI Bandung), Prof. DR.H.Sudardja Adiwikarta.,M.A,. (UPI Bandung), Prof.DR.H.Endang Sumantri,M.Ed, (UPI Bandung), Prof.DR.Kusnaka,MA (UNPAD Bandung) beliau-beliau ini telah berjasa memberikan motivasi dan dorongan semangat, serta berbagai kelancaran dan kemudahan dalam upaya saya penyelesaian pendidikan S3 di UPI Bandung.
Ucapan terima kasih secara khusus ini juga saya sampaikan kepada Bapak Prof.DR.H.M.Asrori,M.Pd yang mengilhami dan memberikan inspirasi bagi perjuangan saya untuk menjadi pengajar/dosen STKIP-PGRI Pontianak ketika sama berjuang hidup “menderita” di gubuk “derita” tahun 1984/1985.
Ucapan terima kasih secara khusus ini juga saya sampaikan kepada DR.Samion AR.,M.Pd teman sependeritaan dan seperjuangan ketika sama-sama menuntut ilmu, menapakkan kaki dibumu siliwangi Bandung tahun 1999/2003.
Ucapan terima kasih secara khusus dan teristimewa saya sampaikan kepada Ketua Yayasan Karya Bangsa Sintang (Drs.YAT.Lukman Riberu) beserta seluruh staf dan jajarannya, yang telah proaktif membantu memperlancar proses perjalanan karir saya menuju jenjang pengukuhan Guru Bsar ini.
Ucapan terima kasih secara khusus ini yang terakhir juga saya sampaikan kepada Istri dan anak-anak ku tercinta, Mariana Nurgia,Ama Pd, Morita Srihadmadari,A.Md, Mantu Agung Arif Gunawan,SE, dan Ema Sartika,S.Pd serta cucu tersayang Belva Charity Agita yang lucu. Mereka semua ibaratkan setetes air di padang pasir yang luas, obat mujarab dikala sakit, pelipur lara dikala rindu, embun penyejuk dikala kepanasan, buluh perindu dikala kesepian, dawai gitar dikala kesunyian, dan lem perekat dikala keretakan. Mereka semua telah berhasil memberikan keteduhan dan kesejukan hati, memberikan semangat, inspirasi, kekuatan batin, kekokohan pendirian dan kelurusan pandangan dalam menempuh perjalanan hidup dan karier saya hingga mencapai jenjang akademik tertinggi sebagai Guru Besar Kependidikan.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik langsung maupun tidak secara langsung telah ikut serta berperan mewarnai perjalanan hidup ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Teriring Do’a dan harapan semoga jasa, amal baik dan bantuan yang telah didharma bhaktikan oleh semua pihak tersebut mendapat ganjaran dan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Haleluya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab, (2001) Pengelolaan Berbasis Sekolah (PBS) dalam Kerangka Desentralisasi Daerah. Jurnal Pendidikan Mimbar Pendidikan No.2 Tahun XX. UPI Bandung
Arbhunn, Quen. (1999). A New Paradigm in Social Studies. New York, Australia, Singapore, and New Delhi: McMillan, Co.
Arthur C.Bining, and David H. Bining, (1962) Teaching The Social Studies In the Secondary Schools, Bombay/New Delhi.
Asrori, (1996,1997,dan 1998) Distribusi dan Pemanfaatan Buku Teks SD dan SLTP di Kalimantan Barat. Pontianak. Laporan Penelitian Bekerjasama dengan Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca, Direktorat Sarana Pendidikan, Ditjen Dikdasmen.
Andi H. Nasution, (1986) Metodologi Pengajaran IPS. Jakarta: P2LPTK
Allan, Susan Demirsky (1999). Ability Grouping Research Reviews: What They Say About Grouping and Gifted ?. Educational Leadership Journal. No. 145 (March,03,1999):67-71.http://colrd.olam.ed.asu.edu/epaa/v5b7
Ault, Charles R. (1999) Teacher’s Reaction to a Change Teaching-Learning Strategy. Journal of Science Education. Vol 99. No. IV (October 1999): 45-47.
Badan Penelitian dan Pengembangan Penidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayan, (1993) Buku Panduan IPS Proses Belajar Mengajar Untuk Guru Sekolah Dasar, Jakarta,
Berghoff, Beth, and Kathryn Egawa. (1998) Social Life and Multicultural Values in Our Class. Inquiry Approachs to Give Students Control of Their Learning. The Reading Teacher 45 (April 1998): 536-541.
Chang, S.C. (1998) “An Effective Essential Learning in Crosscultural Contexs : An East Asian Studen in the United States” International Jurnal of Educational Research, 5, 156-165.
Clrark, Lleonard H, (1981) A Handbook for the teaching of social studies, united kingdom,
Daniel Chirot And Robert K.Merton, (1986) Social Change In The Modern Era Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Donald Schneider, Chair Susan A. Adler, (1994) Curriculum Standards For Social Studies. Expectations of Excellence, National Council for the Social Studies
Dunkin, Michael J. and Bruce J. Biddle. (1974) The Study of Teaching. USA: Holy, Rinehart and Winston, Inc.
Department Pendidikan Nasional, (1996) Pendidikan Memenengah di Indonesia, Meningkatkan Kompetensi Guru dan Mutu Belajar Siswa
Department Pendidikan Nasional,Dirjen PDM, Direktorat SLTP,(2001) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1993) Metodik Khusus Pengajaran IPS di SD, Jakarta,
Endang Sumantri, (1999). Kualitas Pendidikan IPS: Kualitas, Kendala, dan Proyeksi P.IPS di Masa Datang. Bandung: Lembaga Penelitian UPI Bandung.
Fairchild,H.P. (1964) Dictionary of Sociology and Related Science, Littlefield, Adam & Co.., New Jersey)
Finch, Curtis R. et.al. (1979) Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacom, Inc.
Fred Stopsky and Sharon Lee, (1994) Social Studies In A Global Society, (A New Approachs in Teaching Social studies) New York: Delmar Publishers Inc.
Fuad Hasan, (2000) Catatan Sekitar Masalah Pendidikan Makalah Seminar ISPI- CINAPS Jakarat, 15 Februari 2000
Gredler, Margaret E. (1999) Learning and Instruction: Theory into Practice. Journal of Education. Vol. 9 (July 1999)17-19. http://olam.asu.edu/epaa
Hamid Hasan, S. 1996. Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (buku I). Bandung: Jurusan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
----------------,(1996) Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (buku II) Bandung: Jurusan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
----------------,(1996) Pendidikan Ilmu Sosial. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Jakarta
Jarolimek, John, (1967) Social Studies in Elementary Education. 5th. edition. NY: McMillan Co. Inc.
Joyce, Bruce and Marsha Weil. (1986). Models of Teaching.( Third Edition). Englewood Cliffs. N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Johnson, David W. and Frank P. Johnson. (2000). Joining Together: Groups Theory and Groups Skills (4th. Ed.). Englewood Clift, NY: Prentice Hall.
Kosasih H. Djahiri, (1994) Buku Pedoman Guru Pengajaran IPS. Jakarta: Departemen
P dan K.
Kagan, R.H and James Bubba. (1999). Learning Revolution: New Paradigm in Teaching Secondary Students. Jornal of Education. No.101. Vol. 10 January 2000. http://kagan.olam.asu.edu/epaa
Kagan, R.H. (2000) Action in Elementary School: An Intruduction. USA: John Hopkins University Press.
Krathwohl, David R. (Ed). (1993) Methode of Educational and Social Science Research. New York : Longman
Martha E. Ruddel. D. Rosalind Hammond, and Ted W. Preeman. (1998) Theory and Research in Social Education (Vol. 4). NCSS@aol.net.edu
Morgan,A. (1993) Improving Your Students Learning: Reflection on the Experience of Study. London: Kogan Page.
Montgomery, R. (2000) “Revolution of Learning”: How We Enhance Students Achievement. Journal of Scientific Education. Vol. 19 (February 2000): 45-51. . http://kagan.olam.asu.edu/epaa
M. Numan. Sumantri, (1996) Pendidikan IPS ditinjau dari Perspektif Aktualisasinya: Strategi dan Pengembangan Pendidikan IPS dalam Menghadapi Abad XXI jakarta: IKIP Jakarta.
---------------,(2001) Editor Dedi Supriadi dan Rohmat Mulyana, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Diterbitkan atas Kerjasama Program Pascasarjana dan FPIPS UPI dengan PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nana Syaodih Sukmadinata, (2000) Pengembangan Kurikulum Berbasis Kemampuan Standar. Makalah seminar Nasional, UPI Bandung
Nelson, Jack L. et al. (1990) Critical Issues in Education. New York : McGraw Hill Publishing Company.
Ronald D.Trail, Lilian M.Logan, Gerald T.Rimington, (1972) Teaching The Social Sciences A Creative Direction. McGraw-Hill Book Company Australia Pty. Limited All Rights Reserverd.
S. Belen, dkk., (1993) Materi Pokok Pendidikan IPS, Universitas Terbuka, Jakarta
Skeel, Dorothy J. (1994) Elementary Social Studies: Challenges for Tommorrow’s World. USA: Harcourt Brace and Co.
Schuncke, George M. (1988) Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Caring. NY: McMillan Pub. Co.
Suwarma Al Muchtar, (1992) Pengembangan Kemampuan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS (Disertasi) Tidak Diterbitkan. Bandung.
Semiawan. Conny R. (1996) Pendidikan IPS Ditinjau dari Perspektif Pendidikan. Jakarta: Dedikbud.
Shaver, J.P. (1991) Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning. NY: McMillan Publishing Co.
Shaeffer, Sheldon. (1990) Education Change in Indonesia : A Case Study of Three Inovations. Ottawa, Canada : IDRC
Slattery, Partick. (1995) Curriculum Development in the Postmodern Era. New York : Garland Publishing, Inc.
Suwarsono dan Alvin Y.SO, (1991), Perubahan Sosial dan Pembangunan Di Indonesia. Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia. LP3ES Jakarta.
The Holmes Group. Tomorrow’s School : Principles for the Design of Professional Development Schools. USA : The Holmes Group Inc.
Udin Saripudin, (1989) Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah Menengah, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta,
UNESCO, (1981) Handbook For the teching of social studies, United Kingdom,
Zainal Abidin, (1984) Metodik IPS, Ditgutentis-Depdikbud, Jakarta,
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Prof. DR.HAMID DARMADI.,M.Pd. cucu Panglima Perang
Laut Belantau, anak kedua dari sembilan bersaudara dari
enam bersaudara yang hidup
Tempat tanggal Lahir : Sintang, 30 Maret 1955
NIP : 131 584 171
Jabatan : Guru Besar Kependidikan Bidang Ilmu Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Kopertis Wilayah XI
Kalimantan, dpk pada STKIP-PGRI Pontianak TMT 1
Maret 2006 yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor;
15841/A2.7KP/ 2006 Tanggal 28 Februari 2006
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda / IV.c
Unit Kerja : Kopertis Wilayah XI Kalimantan dpk pada STKIP-PGRI
Pontianak
Alamat Rumah : 1. Jl.Purnama Karya No.4, Telp. (0561) 763429,
2. Jl.Perdamaian Ary Karya Indah IV Jalur 2 Blok G. No.1
Kota Baru Pontianak-78114 Telpon 0561)6590395,
(0561) 7060355, HP.(0561)7060356, HP.081321529107
e-mail : hamidd@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Sungai Pukat Sintang Tamat Desember 1968
2. SMPN Sintang Tamat Desember 1971
3. SPGN Sintang Tamat Desember 1974
4. Sarjana Muda (BA) FIP-Untan Pontianak 20 Desember 1979
5. Sarjana Pendidikan (Drs) S1 FKIP-Untan Pontianak 17 Mei 1984
6. Magister Pedidikan (M.Pd) S2 IKIP Malang 16 Desember 1994
7. Doktor Pendidikan (DR) S3 UPI Bandung 25 April 2003
Riwayat Pekerjaan :
1. Guru SD Negeri 67 Pontianak 1974 s/d 1985
2. Guru SMP Fransiscus Asisi 1979 s/d 1985
3. Guru PGAK Pniel Pontianak 1987 s/d 1992
4. Guru SMA Abdiwacana Pontianak 1987 s/d 1992
5. Dosen D.II PAK Eka Shinta Pontianak Cabang Palangkaraya 1987 s/d 1992
6. Dosen Tetap STKIP-PGRI Pontianak 1984 s/d Sekarang
7. Dosen Terbang STKIP-PGRI Singkawang
8. Dosen STKIP Persada Khatulistiwa Sintang 2005 s/d Sekarang
Riwayat Kepangkatan :
1. Capeg (PNS 80%), 1 Februari 1986
2. Asisten Ahli Madya (III/a) 1 September 1987
3. Asisten Ahli (III/b) tahun 1 April 1989
4. Lektor (III/c) tahun 1 April 1993
5. Lektor Kepala (III/d) 1 Juni 1995
6. Lektor Kepala (IV/a) 1 April 1998
7. Lektor Kepala (IV/b) 1 Januari 2002
8. Guru Besar (IV/c) 1 Maret 2006
Riwayat Profesional :
1. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS STKIP-PGRI Pontianak 1987-1992
2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS STKIP-PGRI Pontianak 1995-1999
3. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan STKIP-PGRI Pontianak periode 2003-2007 Pembina Utama Muda Golongan IV.c Letor Kepala
4. Ketua STKIP Persada Khatulistiwa Sintang 2005 s/d Sekarang
5. Ketua TIM Studi Kelayakan Pembukaan Prodi Baru STKIP-PGRI Pontianak
6. Ketua Tim Pengembangan STKIP-PGRI Pontianak Menjadi IKIP
7. Ketua Tim Pendirian STKIP-PGRI Singkawang
8. Tim Penatar P4 Provinsi Kalbar Tahun 1987 s/d 1992
Anggota Keluarga :
1. Istri : Maraiana Nurgia.,Ama.Pd
2. Anak Pertama : Morita Sri Hadmadari.A.Md
3. Anak Kedua : Ferry Hadmadari.,SE
4. Menantu : Agung Arif Gunawan.,SE
5. Menantu : Ema Sartika.,S.Pd
6. Cucu : Belva Charity Agita (1 th 8 bulan)
Pengalaman Organisasi :
1. Ketua Biro Pendidikan dan Kaderisasi AMPI Kalbar 1985-1990
2. Wk.Ketua DPD AMPI Kalbar 1990-1994
3. Ketua Biro Pemuda dan Kaderisasi DP KNPI 1987-1991
4. Wk.Ketua Pemuda Kiara Kalbar 1995-1999
5. Wanhat AMPI Kalbar 1994-1999
6. Sekretaris FKM Pascasarjana Kalbar di Bandung 2001-2002
7. Ketua Umum Mahasiswa Pascasarjana dan Alumni Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Periode 2002-2003
8. Tim Penatar P4 Provinsi Kalbar 1987 s/d.1999,
9. Tim Instruktur LP2P4 Tingkat I Provinsi Kalbar 1997 s/d 1999
10. Tim Steering Committee (SC) Seminar Nasional Revisi UU Sistem Pendidikan Nasional Bandung, 26 April 2001; Jakarta, 27-28 April 2001
Seminar / Pelatihan al :
1. International Asean Youth Conference Seminar Kuching Sarawak Malaysia Maret 1991,
2. Asean Youth Camp Bako National Park Sarawak Malaysia Mei 1991,
3. Borneo Asean Seminar III-IV Malaysia, Singapore, Brunai Darulsalam dan Indonesia, 22 Agustus 1996
4. Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (KIPBIPA III) tanggal 11 s/d 13 Oktober 1999 IKIP Bandung,
5. Seminar Mutu Pendidikan Dalam Dies Natalis ke 45 dan Lustrum ke IX IKIP Bandung “Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan” Tanggal 11 s/d. 15 Oktober 1999 IKIP Bandung,
6. Seminar Pendidikan Nasional dan pembangunan Peradaban Bangsa 15 Februari 2000 (ISPI – CINAPS) Hotel Le Meridien Jakarta,
7. Seminar Otonomi Daerah : Kalimantan Barat, Otonomi dan Trauma sejarah Masa lalu, 4 Maret 2000 di Hotel Horison Jakarta,
8. International Seminar On The Needs-Assesment For New Indonesian Civic Education (CICED) Hotel Papandayan Bandung 29 Maret 2000,
9. Seminar Masalah, Tantangan dan Prospek PLS dalam Era Global” UPI Bandung, 30 Maret 2000,
10. Seminar Nasional dan Lokakarya Uji Statistik dan Aplikasinya dengan Komputer, Puslit UPI Bandung, 12 s/d/13 April 2000
11. Seminar, Review on 1994 Curriculum : An Effort to Establish Future Direction in English Language Teaching In Indonesia” held by English Students Assosiation (ESA) Faculty of Language and Art Education The Indonesia University Of education On April, 8, 2000,
12. Training Advokasi Guru Tingkat Nasional 2 s/d.3 Mei 2000 “Pendidikan : Komponen Pokok Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani” UPI Bandung,
13. Seminar Nasional “Reformulasi pembelejaran Fisika” UPI Bandung, 20 Mei 2000,
14. Seminar Nasional Save The Art 16 September 2000 di Institut Teknologi Bandung (ITB)
15. Seminar Nasional Pendidikan dan Hak Asasi Manusia (HAM) UPI Bandung,
16. Seminar Nasional Menyongsong Diterapkannya Otonomi Daerah 31 Agustus 2000 UPI Bandung,
17. Seminar Internasional Higher Education Reforms Towards the New Era of Global Competition UPI Bandung 18 Oktober 2000,
18. Seminar Masyarakat Madura Perantauan dan Konflik Etnis 12 Maret 2001 di Hotel Panghegar Bandung (di Sponsori Rotary Club Bandung),
19. Seminar Mengatasi Konflik Etnis dan Solusi Pemecahannya, 30 Maret 2001 di Mess/Aula Pikiran Rakyat (PR) Bandung,
20. Seminar Nasional, Teknologi Pendidikan Nasional 22 Juni 2001 UPI Bandung. Seminar Nasional, Pengembangan Manajemen Terapan dalam Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja. Bumi Siliwangi Bandung, 9 Oktober 2002.
21. Seminar Nasional Revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nsional dalam Memaknai Profesionalisme Jabatan Kependidikan” Bandung April 2001,
22. Seminar Nasional, Paradigma Baru Pengajaran sastra Antara Harapan dan Tantangan PPS UPI Bandung dan Dinas Pendidikan Jawa Barat 18 Februari 2003,
23. Internasional in the National Seminar on Discovery Learning conducted by the Departement of Mathematics Education in cooperation with Office of Deputy Rector for Academic Affairs, the Faculty of Mathematics and Science Education, and Post Graduate Program of Mathematics Education, Bandung, March 20th, 2003
24. Seminar Strategi Perusahaan Bermitra Dengan Media Massa & Bedah Buku Kiat Sukses Menulis di Media 24 Mei 2003,
25. Pemakalah Seminar dan Sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak; Pontianak 9 Agustus 2003
26. Pemakalah Seminar dan Sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat; Sambas 28 Agustus 2003
27. Dialog Interaktif Menuju Kalbar Bersatu dan Bedah Buku Daya Tahan Bangsa Pontianak, 26 Januari 2004.
28. Pemakalah Seminar dan Sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Nanga Mahab Kabupaten Sekadau, 23 Juni 2003
29. Seminar dan Sosialisasi Bibliografi Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kepala Direktorat Deposit Bahan Pustaka Nasional Tanggal 30 Juni 2004.
30. Pemakalah Seminar Peran Serta Guru Menyikapi Perkembangan Otonomi Daerah, Desentralisasi Pendidikan dan Globalisasi Pendidikan. Kabupaten Sekadau 8 Juli 2004.
31. Pelatihan Dasar-dasar Koperasi Kredit Khatulistiwa Bakti 31 Juli s/d 1 Agustus 2004. Pontianak 1 Agustus 2004.
32. Pelatihan Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertistis Wilayah XI Kalimantan yang diselenggarakan di Pontianak Tanggal 4 s/d 6 Oktober 2004 ; Pontianak 6 Oktober 2004.
33. Pemakalah Pada Kegiatan Diskusi pengumpulan Pendapat Perlunya Pendidikan Sejarah di Kalbar ditangani secara Profesional. Pontianak, 6 Desember 2004
34. Pemakalah /Nara Sumber Dialog Interaktif di TVI-RI Pontianak Tentang Pendidikan Sejarah di Kalbar Mewakili STKIP-PGRI Pontianak Atas Permintaan Kepala Balai Kajian Sejarah dan NIlai Tradisional Pontianak Tanggal 7 Desember 2004
35. Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Pemajuan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia di Kalimantan Barat oleh Perwakilan KOMNAS HAM Daerah Kalimanatn Barat ; Pontianak 14 Desember 2004.
36. Seminar Nasional dan Workshop Sosialisasi Pendidikan Multikultural, Pontianak, 26-28 Juli 2005 (Penyelenggara: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala Nasional)
37. Seminar dan Lokakarya Dosen PKN Se-Kalimantan Korem 121 Bekerjasama dengan Universitas Tangjungpura Pontianak, 7 S/d Desember 2005
38. Nara Sumber Penataran Sekolah Polisi Nasional (SPN) Pontianak 8 Februari 2006
39. Diskusi Revitalisasi Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Lemlit Untan bekerjasama dengan Kementerian Ristek Republik Indonesia 26 April 2006
40. Dialog Kesenian Tahun 2005 Oleh Balai Kajian Sejarah dan NIlai Tradisional Pontianak Desember 2005
41. Seminar Mahasiswa PPL Mengarah pada Kegiatan Pembelajaran yang berkualitas 21 Juli 2005
42. Nara Sumber “Pendidikan Sebagai Investasi”dalam Acara Gawai Dayak Kabupaten Sintang 16 s/d 18 Mei 2006
43. Seminar Kreativitas Guru Sejarah dalam Mengajar Sejarah Tkt. SLTP dan SLTA se-Kalimantan Barat, Jum’ad 4 Agustus 2006 di Balai Kajian Sejarah Pontianak
44. Tim Penatar/Nara Sumber pada Pelatihan PBM bagi Dosen Non Kependidikan PTS Kalimantan Barat Kopertis Wilayah XI Kalimantan Tahun anggaran 2006 Senin, 14 s/d 17 Agustus 2006 di UPB Pontianak.
45. Nara Sumber Pada Penataran Guru-Guru Pendidikan Agama Kristen Tingkat Sekolah Dasar Se-Kalimantan Barat 1 s/d 5 Mei 2006 di Balai Pelatihan Transmigrasi Jl.Urai Bawadi No.29 Pontianak
46. Nara Sumber Pada Penataran Guru-Guru Pendidikan Agama Kristen Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Se-Kalimantan Barat 15 s/d 18 Mei 2006 di Balai Pelatihan Transmigrasi Jl.Urai Bawadi No.29 Pontianak
47. Nara Sumber Pada Penataran Guru-Guru Pendidikan Agama Kristen Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-Kalimantan Barat 5 s/d 8 Juni 2006 di Balai Pelatihan Transmigrasi Jl.Urai Bawadi No.29 Pontianak
48. Nara Sumber Pada Orientasi Dosen Bidang Studi Pastoral Konseling Bagi Perguruan Tinggi Theologi Se-Kalimantan Barat 12 s/d 14 Juni 2006 di Balai Pelatihan Transmigrasi Jl.Urai Bawadi No.29 Pontianak
49. Nara Sumber Pada Orientasi Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Tingkat Sekolah Menengah Atas Kerjasama Ditjen Bimas Kristen Dep.Agama RI dengan Bimas Kristen Kanwil Dep.Agama Kalimantan Barat 25 s/d 27 September 2006 di Balai Diklat Koperasi dan UKM Jl Dr.Sutomo No.1 Kota Baru Pontianak
50. Nara Sumber Pada Penataran IMK Kalbar, Peranan Guru dalam Era Informasi dan Globalisasi, Sabtu 7 Oktober 2006, Balai Diklat MRPD Jl Gusti Hamzah Pontianak
51. Peninjau Pada MUSDAD III MAD Provinsi Kalimantan Barat 1 s/d 4 November 2005 di Wisma Nusantara Jl.Letjen Suprapto Pontianak
Penelitian
1. Kebutuhan Guru Agama Kristen Protestan Pada Sekolah Menengah Tingkat Atas
di Provinsi Kalimantan Barat Pontianak, 5 Mei 1988
2. Pengaruh Komunikasi Dari kepala sekolah Terhadap Pembinaan Kurikulum PMP Oleh Guru Pada SMP Negeri Se-Kotamadya Pontianak; 15 Agustus 1989.
3. Analisis Pandangan Masyarakat Kecamatan Sekayam Tentang Dibukanya Jalur Lintas Batas Indonesia-Malaysia dan Implikasinya Bagi Kondisi Ekonomi dan Pendidikan 16 Desember 1990.
4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Kematangan Kerja dan Kepuasan Kerja Guru Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Kotamadya Pontianak, 16 Desember 1992
5. Pengaruh Pengawasan Kepala sekolah terhadap Guru-Guru dan Staf Dalam Melaksanakan Administrasi Personil Sekolah SMP Negeri Kotamadya Pontianak ; 8 Desember 1993
6. Desain Pekerjaan Bagian Administrasi Akademik dan kemahasiswa STKIP-PGRI Pontianak ; Pontianak Juli 1995.
7. Pengaruh Teknik Supervisi dari Kepala sekolah Terhadap Kemampuan Guru Menyajikan Materi pelajaran Pada SMP Negeri Nanga Tepuai Kabupaten Kapuas Hulu; 6 Nopember 1996
8. Studi Perbandingan Administrasi Sekolah Antara SLTP Negeri 1 Dengan SLTP Negeri 3 Kotamdya Pontianak ; Agustus 1998
9. Pembuatan Program Pengajaran Oleh Guru PPKn Pada SMU Swasta Abdiwacana Disama Kotamadya Pontianak.; Nopember 1998.
10. Pengaruh Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemampuan Orang Tua Menyekolahkan Anak Pada SD dan SMP Negeri se-Kecamatan Sukadana Kabupaten Ketapang Juli 1999 s/d 2001.
11. Pengelolaan Kearsipan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Kotamadya Pontianak Januari 1999.
12. Upaya Orang Tua Memfasilitasi Kecerdasan Emosional dan Kecenderungan Perilaku Anak Pada Sekolah Dasar Negeri Kembayan Kabupaten Sanggau Juni 2003 s/d 2004
13. Persepsi Mahasiswa Terhadap Kemampuan Dosen dan Profil Dosen Ideal Sebagai Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi di Kalimantan Barat 2004/2005.
Menulis Buku Ajar
1. Kurikulum dan Buku Teks PMP 1987 s/d 2005
2. Psikologi Pendidikan 1987 s/d 1992
3. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi 5 Mei 1993
4. Landasan Psikologi Pendidikan 1988 s/d 1989
5. Pengantar Pendidikan Moral Panacasila (PMP) 1995 s/d 1999
6. Essensil Pendidikan Pancasila 1995 s/d 1999
7. Pengantar Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial ; Bandung 2000
8. Pengantar Ilmu Politik dan Sosial Budaya ; Bandung 2001
9. Dasar Konsep Pendidikan Moral (DKPM) Pontianak 2003
10. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Desember 2004
11. Pendidikan Pancasila dan UUD 1945 ; Pontianak Desember 2004
12. Pengantar Kurikulum Berbasis Komptensi Januari 2005
13. Implimentasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Februari 2006
14. Pengajaran PKN di Perguruan Tinggi 2006
Menulis Artikel dan Makalah
1. Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Civic Education (Suatu Rekonsiliasi Nilai Dalam Upaya Mencapai Peradaban Bangsa) Bandung 29 Maret 2000.
2. Reformasi Pendidikan Menuju Masyarakat madani Bandung, Juni 2000.
3. Suatu Masa Depan yang Penuh Tantangan dan rahasia Tersembunyi Dibalik Globalisasi dalam Prosfek Globalisasi Disadur dari : A future Perfect : “The Challenge And Hidden Promise of Globalization” Bandung, Desember 2000
4. Wisata Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ; Bandung Desember 2000.
5. Pemerintah Sebagai Agen Perubahan Sosial (Suatu Kaajian Stratafikasi Perubahan Sosial Masyarakat) Bandung ; Desember 2000.
6. Persoalan Kebudayaan Bentuk Perkembangan Nilai Kebudayaan dan Social Studies dalam Prosfek Global Education. Bandung, Desember 2000.
7. Prosfek Pembukaan Program Studi Sejarah di Kalimantan Barat. Pontianak, Des. 2004.
8. Prosfek Pembukaan Program Studi Geografi di Kalbar ; Pontianak, Juli 2004
9. Model Pendidikan IPS Berorientasi Lingkungan Berdasarkan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS); Bandung UPI ; Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan No.1 Tahun XXIV 2005
10. Korelasi Antara Pengalaman Atributif, Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Kepribadian Guru, dan Kemampuan Skolastik dengan Kemampuan Guru Mengajar dan Pencapaian Belajar Siswa. Bandung; FIP-UPI. Jurnal Ilmu Pendidikan Volome 2, Nomor 2,Okt. 2004
11. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pendukung Pembangunan Nasional; Edukasi-Jurnal Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2004; Pontianak; STKIP-PGRI
12. Kontribusi Swasta Terhadap Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi; Edukasi-Jurnal Pendidikan Vol.2 No.2 April 2005; Pontianak; STKIP-PGRI
13. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pendukung Pembangunan Nasional Edukasi-Jurnal Pendidikan Vol.3 No.1 Oktober 2005; Pontianak; STKIP-PGRI
14. Pendidikan Sebagai Investasi Edukasi-Jurnal Pendidikan Vol.4 No.2 April 2006; Pontianak; STKIP-PGRI
15. Kontribusi Swasta Terhadap Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Edukasi- Jurnal Pendidikan Vol.2 No.1 April 2005
16. Investasi Pendidikan dan Kualitas Sumber Daya Manusia Edukasi- Jurnal Pendidikan Vol.2 No.2 April 2006
17. Penilaian dan Pengukuran Hasil Belajar Berbasis Kompetensi Edukasi- Jurnal Pendidikan Vol.2 No.1 Oktober 2006
K E T U A
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK
Dengan hormat mengundang Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menghadiri Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap STKIP-PGRI Pontianak
Prof.Dr.HAMID DARMADI,M.Pd
Dengan Judul Pidato :
PEMBELAJARAN IPS
(Model Pembelajaran IPS Berbasis Lingkungan)
Upacara akan diselenggarakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa 14 November 2006
Pukul : 08.30 WIB
Tempat : Gedung PCC Jl Sutan Syahrir Pontianak
Atas Kehadiran Bapak/Ibu/Saudara (i) kami ucapkan terima kasih
Pontianak, November 2006
Pakaian :
1. Sipil : PSL/PSH
2. TNI : Menyesuaikan
3. Ibu-Ibu Kebaya Nasional
Dimohon hadir 15 menit sebelum acara dimulai Dra.Hj.Urai Titin Hiswari,M.Si
NIP. 131 620 691
HAMID DARMADI SEKELUARGA
Dengan hormat mengundang Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menghadiri
Acara Syukuran, setelah Pengukuhan Guru Besar Tetap STKIP-PGRI Pontianak
Prof. Dr. HAMID DARMADI, M.Pd
Acara Syukuran dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa 14 November 2006
Pukul : 11.00 WIB sampai dengan selesai
(setelah pengukuhan)
Tempat : Gedung PCC Jl Sutan Syahrir Pontianak
Atas Kehadiran Bapak/Ibu/Saudara (i) kami ucapkan terima kasih
Pontianak, November 2006
Keluarga,
Prof.Dr.Hamid Darmadi,M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar