A. Pendahuluan
Hakikat pendidikan terletak pada upaya sadar untuk merobah seseorang (peserta didik) dari suatu kondisi kepada kondisi yang lebih baik. Sebagai sebuah upaya, pendidikan menjadi ciri manusia yang sadar akan tugas dan tanggung jawab hidupnya untuk selalu dinamis dan merubah dirinya atau orang lain ke arah yang lebih baik. Karena itu, pendidikan bukanlah suatu tindakan yang bersifat netral, tetapi selalu berkaitan dan berisi nilai-nilai, baik nilai yang bersumber dari budaya maupun agama. Gaffar (2004:8) menyebutkan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar menumbuhkan dan mengembangkan keseluruhan aspek kemanusiaan tanpa diikat oleh nilai, tetapi nilai itu merupakan pengikat dan pengarah proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Pendidikan yang berintikan nilai selalu memiliki tujuan yang bersifat normatif, yakni nilai-nilai kebaikan yang menjadi idola atau harapan diri dan masyarakat.
Pendidikan di Indonesia mengarahkan tujuannya sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia yang berbudaya luhur dan religius yang digambarkan dalam tujuan pendidikan nasional berikut:
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(UUSPN, No. 20 th 2003 Bab II asal 3:3).
Berdasarkan hal tersebut maka, pendidikan berbasis nilai merupakan modal yang sangat penting dalam pembangunan bangsa secara keseluruhan. Pendidikan dapat menjadi program yang sangat fundamental untuk kemajuan bangsa manakala pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia yang mempunyai nilai-nilai kehidupan yang sejati, seperti nilai cinta, kerjasama, perdamaian, penghargaan, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Pendidikan seharusnya bukan sekedar mengejar pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan membangun karakter; bukan mengembangkan kompetensi saja, melainkan membangun pribadi-pribadi yang mempunyai nilai dan bukan hanya mengembangkan kecerdasan intelektual, tetapi mengembangkan seluruh potensi kecerdasan baik IQ, EQ maupun SQ.
Pendidikan berbasis nilai seperti diharapkan menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter, kuat, bertanggung jawab dan mampu berjuang bekerjasama dengan orang banyak untuk membangun dunia yang lebih baik. Modal dasar pribadi bernilai seperti itulah yang akan ikut menentukan kemajuan suatu bangsa. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sudahkan pembangunan dewasa ini berbasiskan nilai-nilai, baik nilai universal maupun nilai-nilai local dalam pembangunan bangsa, maka dengan demikian perlu mengevaluasi (muhaasabah) bersama dan mengimplementasikannya baik dalam tatanan makro maupun mikro untuk kemajuan bangsa.
B. Makna Evaluasi
Para ahli, khususnya ahli pendidikan mengartikan tentang evaluasi sebagai berikut:
Mehrens & Lehmann (1978:5), mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan
Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation .... a systematic process of determining the extent to which instrukctional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaranpengajaran telah dicapai oleh siswa).
Dengan kata lain, tetapi mengandung mengertian yang sama, Wrightstone dan kawan-kawan (1956:16), mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut: “Educational evaluation is the estimation of the growth and progress of the pupils toward objectives or value in the curriculum”. (evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum).
Dari rumusan-rumusan tersebut di atas setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khususnya evaluasi pengajaran, yaitu:
1. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluai (dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai.
2. Dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Berdasarkan data itulah untuk selanjunya diambil suatu keputusan sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yang sedang dilaksanakan.
3. Dalam kegiatan evaluasi, khususnya evaluasi pengajaran, tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tanpa menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan terlebih dahulu, tidak mungkin menilai sejauh mana mencapai hasil belajar siswa. Hal ini karena setiap kegiatan penilaian memerlukan criteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai.
Dalam hubungannya dengan keseluruhan proses belajar mengajar, tujuan pengajaran dan proses belajar mengajar serta prosedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain. Purwarto (1984:4) menggambarkan ketiganya komponen tersebut seperti pada gambar di bawah:
Gambar 1 Kaitan Antara Materi, Metode dan Tujuan Pengajaran
Meteri pengajaran yang akan diajarkan dan metode apa yang akan digunakan sangat tergantung kepada tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur evaluasi harus dilakukan serta bentuk-bentuk tes atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk menilai hasil pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu pada bahan dan metode mengajar yang digunakan dan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
C. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar
Tujuan evaluasi pendidikan pada intinya adalah untuk mendapat data yang menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan kurikuler. Hal ini dapat digunakan oleh guru dan pengawas pendidikan untuk mengukur dan menilai keefektifan pengalaman, kegiatan belajar dan metode pengajaran yang digunakan. Oleh karena itu, betapa pentingnya peranan dan fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar.
Secara lebih rinci tujuan evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang dipeoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif) dan untuk menentukan kenaikan kelas atau menentukan lulus atau tidaknya siswa (fungsi sumatif).
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen yang dimaksud adalah tujuan, meteri atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber belajar dan prosedur serta alat evaluasi.
3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling. Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya.
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Manfaat evalauasi sebagai mana dikemukakan Zakri (1996), menyatakan evaluasi bermanfaat bagi guru untuk :
1. Mengukur kompetensi atau kapabalitas siswa, apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan perbaikan yang cocok yang dapat diadakan
3. Memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang digunakan.
5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pengajaran dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.
6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai tidaknya pengorganisasian belajar dan sumber belajar.
7. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut.
Atas dasar ini, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka. Melainkan sebagai dasar umpan balik (feed back). Umpan balik itu sendiri sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu, karenanya perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangkan mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Bila evaluasi merupakan umpan balik sebagai dasar memperbaiki sistem pengajaran, sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinue. Setiap kali dilaksanakan proses pangajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya bila evaluasi hanya dilaksanakan di akhir suatu program (sumatif) umpan balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi.
Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pengajaran hendaknya dilaksanakan setiap kali proses belajar mengajar untuk suatu topik tertentu. Namun demikian evaluasi sumatif pun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas.
Nasution (2001) , menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk mengisi raport anak didik, tetapi juga untuk :
1. Menseleksi anak didik
2. Menjuruskan anak didik
3. Mengarahkan anak didik kepada kegiatan yang lebih sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
4. Membantu orang tua untuk menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, untuk membina dan untuk mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah diikemukakan oleh para ahli di atas, yang penting dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangannya dalan menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan serta manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar murid, evaluasi juga menilai hasil mengajar guru dengan kata lain, guru dapat menilai dirinya sendiri dimana kekurangan dan kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Jika dalam suatu kegiatan belajar, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat disusun suatu tes atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai atau tidak. Mager, mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti semua tahap yang telah dibicarakan sampai saat ini, maka siswa sudah harus dapat melakukan apa yang telah direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penialaian dapat mendorong guru untuk memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga membantu mereka mendapat pasilitas serta sumber belajar yang lebih baik.
D. Ruang Lingkup Evaluasi
Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.
Sekaitan dengan evaluasi program pengajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami adalah (a) Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program?, (b) Mengapa evaluasi program perlu dilaksanakan?, (c) Apakah yang menjadi objek atau sasaran dari evaluasi? dan (d) Bagaimanakah cara melaksanakan evaluasi program?
Menurut Arikunto (1999: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut.
Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yatu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajara. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.
Dalam melakukan evaluasi program, beberapa hal yang harus dievaluasi adalah:
1. Input
Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Oleh karena itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu memperhatikan aspek-aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
2. Materi atau kurikulum
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang sedemikian luas mengandung keragaman yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini anatara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya.
3. Guru
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalmrangka melaksanakan pembelajaran
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalmrangka melaksanakan pembelajaran
4. Metode atau pendekatan dalam mengajar
Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan sebagainya.
5. Sarana
Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang memerlukan.
Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang memerlukan.
6. Lingkungan
Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan.
Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan.
Bila digambarkan secara sederhana, ruang lingkup evaluasi dalam pendidikan dapat di perhatikan pada gambar di bawah ini:
E. Teknik Evaluasi
Untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah dibuat, terlebih dahulu hendaknya menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data. Instrument pengumpul data tersebut bisa berupa tes, angket, pedoman wawancara,observasi dan lain sebagainya. Sebagai cara yang paling sederhana adalah menagadakan pendekatan terhadap peristiwa yang dialami sehari-hari di kelas.
Untuk mengevaluasi progam, seorang guru tidak perlu dibebani secara sistematis sebagaimana layaknya seorang peneliti. Akan tetapi guru cukup membuat acuan singkat dan sederhana yang disusun dalm bentuk pertanyaan. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan memperoleh umpan balik terhadap apa yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan objek atau sasaran evaluasi yang meliputi input, proses dan output.
Ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru/pendidikan dalam melalkukan evaluasi, diantaranya:
1. Mempunyai kecermatan dalam melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
2. Mengedepankan ketelitian, kesabaran dan ketekunan dalam melaksanakan tugas evaluasi
3. Bersikap Hati-hati dalam bertugas dan bertanggung jawab jika ada kesalahan.
4. Mempunyai kemampuan melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
5. Bersikap Objektif terhadap pengumpulan data dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu apapun.
6. Menguasai nilai, baik nilai universal maupun lokal sebagai acuan basis evaluasi/penilaian.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, betapa pentingnya aspek evaluasi dalam setiap kegiatan baik kegiatan terlebih-lebih dalam membangun bangsa, sebab tanpa adanya evaluasi yang menyeluruh baik dari tataran konsep, sistem, maupun pelaksanaan, sulit nampaknya kita akan menjadi bangsa yang maju. Dari evaluasi ini kita akan tahu apa yang menjadi kekurangan dan kelemahan bangsa kita dan apa yang menjadi keunggulan dan potensi yang bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi bangsa yang maju.Makanya hal ini diingatkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sebuah sabda yang artinya “Hisablah dirimu sebelum dihisab orang lain”. Akhirnya, semoga Indonesia ke depan menjadi bangsa dan Negara yang maju dalam naungan ridlo Allah melalui pembangunan bangsa yang berbasis pada nilai universal dan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI..
Ansyar, Mohammad. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas Dijen PLS. (2006). Pedoman Monitoring dan Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2006. Jakarta; tidak diterbitkan.
Gaffar, F.M. (2000). Visi dan Misi Dalam Kerangka Pendidikan di Indonesia. Bandung: UPI.
Koesoema, A.D (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidikan Anak di Jaman Global. Jakarta: Grasindo.
Purwanto, N. (1984). Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Wijaya, S. (2008). Mempertemukan Nilai Universal dan Lokal. Bandung: SPs UPI-tidak diterbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar