Abstraction : This Research entitle “Correlation Between Economic Social Old fellow with Quality Learn Student School”. With a purpose to research to get objective information and clarity regarding social relation of old fellow economics with quality learn student school.This Research internal issue “How Correlation Between Economic Social Old fellow with Quality Learn Student School”.Population of This Research entire family head having child still at school in Countryside River Catch Fish By Net Picturesque Dusky District Sub-Province of Sintang. Sampel conducted by quota counted 76 Family Head. Method Research the used survey with form research of correlation.Result of research prove that 1)There are positive relation between storey;level education of old fellow with activity learn student, 2)There are positive [relation/link] between storey;level education of old fellow with achievement learn, 3)Tidak there are relation between type pekerjan of old fellow with activity learn student, 4)Tidak there are relation between type work of old fellow with achievement learn student, 5)Terdapat positive relation between earnings of old fellow with activity learn student, 6)Terdapat positive relation between earnings of old fellow with achievement learn student school, 7)Terdapat positive relation between earnings of old fellow with equipment learn student in school.
Kata Kunci : Sosial Ekonomi Orang Tua, Kualitas Belajar Siswa
PENDAHULUAN
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan untuk mendewasakan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana dirumuskan dalam undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
Tujuan tersebut bersifat ideal serta menggambarkan kualitas manusia Indonesia yang dicita citakan sebagai hasil proses pendidikan. Tujuan yang bersifat umum itu , perlu dijabarkan kembali ke dalam tujuan yang bersifat khusus, agar dalam prakteknya mudah dicapai. Dalam prakteknya, tujuan pendidikan nasional dijabarkan ke dalam tujuan institusional sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan masing masing. Tujuan institusional tersebut dijabarkan kembali ke dalam tujuan kurikuler. Selanjutnya tujuan kurikuler dijabarkan kembali ke dalam tujuan institusional umum sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.
Dalam proses belajar mengajar di kelas guru harus merumuskan kembali ke dalam tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai guru setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Secara hirarchis tujuan pendidikan itu dapat diurutkan sebagai berikut : 1) Tujuan pendidikan Nsional 2) Tujuan Institusional 3) Tujuan Kurikuler 4) Tujuan Instruksional Umum dan 5) Tujuan Instruksional khusus ( Suharsimi Arikunto, 1993 )
Tujuan pendidikan di atas merupakan kulminasi dari tujuan pendidikan yang dibawahnya. Tujuan pendidikan yang dibawahnya merupakan tujuan antara yang harus dicapai atau dengan kata lain, keberhasilan pendidikan tergantung pada keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan antara.
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, kualitas mengajar guru dan kualitas belajar siswa harus ditingkatkan melalui pendayagunaan sumber daya pendidikan berupa tenaga, dana, sarana dan prasarana baik oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, baik sendiri sendiri maupun bersama sama.
Salah satu sumber daya pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah adalah dukungan dari orang tua siswa berupa kepedulian terhadap proses belajar mengajar siswa di sekolah. Di sisi lain, kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak sangat dipengaruhi pula oleh kondisi social ekonomi orang tua seperti tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Hubungan tersebut dapat digambarkan seperti skema di bawah ini.
SKEMA : Hubungan Sosial Eknomi Orang Tua dengan Kualitas Belajar Mengajar
| |||
| |||
|
|
| |||||||||
Salah satu faktor yang ikut menetukan prestasi belajar siswa adalah tingkat kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak di sekolah. Orang tua yang peduli terhadap pendidikan anak akan berupaya untuk selalu “memotivasi dan mengawasi”i anak belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Motivasi belajar pada anak dilakuan oleh orang tua dengan memberikan penguatan baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Penguat positif dapat berupa pemenuhan kebutuhan belajar anak, baik berupa fisik maupun psikologis. Kebutuhan fisik antara lain kebutuhan yang langsung berhubungan dengan proses belajar anak. Kebutuhan fisik yang berhubungan langsung dengan proses belajar anak antara lain : buku-buku pelajaran, alat-alat pelajaran seperti pensil, penghapus, penggaris, pulpen, meja belajar, dan lampu belajar, rak buku. Kebutuhan fisik yang tidak berhubungan langsung dengan proses belajar anak seperti : pakaian seragam sekolah, pakaian pramuka, tas sekolah, pakaian olah raga, sepatu, uang jajan dan transportasi dan lain lain. Sedangkan kebutuhan psikologis yaitu perhatian orang tua terhadap anak belajar yang dalam bentuk kongnitifnya berupa pujian dan penghargaan terhadap keberhasilan anak belajar yang diwujutkan dalam bentuk hadiah, bimbingan, nasehat, petunjuk dan arahan dari orang tua. Penguat negatif berupa sangsi atau hukuman yang diberikan kepada anak karena tidak berhasil dalam belajar, dalam bentuk kongkritnya dapat berupa pembatalan hadiah yang dijanjikan, pengurangan uang saku dan atau jajan yang diberikan.
Pengawasan anak belajar dimaksudkan agar proses belajar mengajar anak menjadi lebih terarah. Anak adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam usaha mencapai kedewasaannya. Dalam proses perkembangan, anak mengalami hambatan hambatan baik yang datang dari dirinya sendiri maupun yang datang dari luar. Faktor yang datang dari dirinya sendiri umpamanya ketidak percayaan diri,ketidak mampuan dalam merencanakan masa depan, tidak mengetahui dan memahami manfaat belajar. Faktor yang datang dari luar diri anak seperti pengaruh lingkungan yang tidak menunjang. Oleh karena itu perlu diawasi , diarahkan, sehingga tidak mengalami kegagalan belajar. Pengawasan itu dalam bentuk kongkritnya berupa ( Hamid,1998 ) :
1. Memberi laporan dan berkonsultasi kepada guru atau penyuluh pendidikan di sekolah tentang perkembangan pribadi dan proses belajar para putra putrinya.
2. Memberikan umpan balik kepada guru ataupun penyuluh pendidikan tentang masalah terutama yang menyangkut keadaan putra putrinya.
3. Bersedia datang ke sekolah bila diundang atau dipanggil guru atau penyuluh pendidikan
4. Bersedia dan mau berdiskusi memecahkan masalah maslah yang dihadapi putra putrinya dengan guru atau penyuluh pendidikan.
5. Mengontrol putra putrinya pada jam jam belajar.
6. Menghindari putrav putrinya dari pengaruh yang tidak menguntungkan
7. Mengontrol pekerjaan rumah yang diberikan guru kepada putra putrinya
8. Mmeberikan pengertian kepada putra putrinya tentang pentingnya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sehingga menyenanginya.
Melalui motivasi dan pengawasan orang tua sebagai bentuk kepedualiannya terhadap pendidikan anak di sekolah, maka diharapkan kualitas pembelajaran semakin baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tingkat kepedulian orang tua dipengaruhi pula oleh kondisi status sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan seseorang atau sekelompok orang yang dapat dilihat dari faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, kekayaan, pemilikan barang barang berharga ) serta kedudukannya di tengah tengah masyarakat (Sudibyo,1996). Kondisi sosial ekonomi orang tua dapat diartikan sebagai keadaan subjektif maupun objektif dalam suatu rumah tangga yang berkenaan dengan faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi yang baik akan mendorong orang tua untuk meningkatkan kualitas pembelajaran anaknya di sekolah. Sebaliknya kondisi sosial ekonomi oaring tua yang rendah akan dapat menurunkan kualitas belajar mengajar. Kondisi sosial ekonomi orang tua dimaksud adalah berupa tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan keluarga.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh seseorang melalui pendidikan formal. Jenjang pendidikan terdiri dari pendidikan dasar yaitu pendidikan sekolah yang ditempuh enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama. Pendidikan menengah yaitu pendidikan sekolah yang ditempuh tiga tahun di Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan. Pendidikan Tinggi adalah pendidikan sekolah yang ditempuh setelah menamatkan pendidikan menengah Orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mengetahui dan memahami manfaat pentingnya pendidikan bagi pesiapan masa depan anaknya.Sebaliknya orang tua yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah cenderung kurang peduli terhadap pendidikan anak. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat korelasi antara tingkat pendidikan orang tua dengan perhatiannya terhadap pendidikan anak (Zuldafrial, 2002 ; Herlina,2004; Hamid,2005 ).
Jenis pekerjaan adalah macam macam pekerjaan yang ada dalam suatu lapangan pekerjaan . Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dan usaha /perusahaan /instansi tempat seorang bekerja atau pernah bekerja ( BPS, 1996 ). Lapangan pekerjaan terdiri dari : 1) Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolahan 4) Listrrik dan gas air 5) Bangunan 6) Perdagangan, rumah makan , hotel 7) Angkutan, penggudangan dan komunikasi 8) Keuangan, asuransi, dan usaha persewaan bangunan 90 Jasa jasa kemasyarakata, social dan perorangan. Adapun jenis pekerjaan umumnya dibagai dalam tujuh kategori yaitu : 1) Tenaga professional 2) Kepemimpinan dan tata laksana 3) Tata Usaha 4) Usaha penjualan 5) Usaha jasa 6) Pertanian dan perburuan dan 7) Produksi, operator dan pekerja kasar.
Jenis pekerjaan orang tua sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran siswa, hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan berkaitan erat dengan pendapatan. Orang tua yang bekerja pada jenis pekerjaan terampil dalam hal ini jenis pekerjaan profesioanl dan kepemimpian umumnya berpendapatan tinggi sehingga dengan demikian mereka akan lebih mudah memenuhi kebutuhan belajar anak dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang lain. Orang tua yang bekerja pada jenis pekerjaan semi terampil seperti karyawan suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, usaha penjual dan usaha jasa walaupun pendapatan tidak begitu besar, waktu bekerja tidak begitu padat sehingga masih mempunyai waktu untuk memperhatikan pendidikan anak. Sedangkan orang tua yang bekerja pada pekerjaan unskill yaitu sebagai buruh, pekerja kasar, kuli bangunan umumnya tingkat pendidikan rendah, pendapatan orang tua yang rendah sulit memenuhi kebutuhan anak dalam belajar disamping kurang dapat membantu anak dalam mengatasi kesulitan belajar anak disekolah.
METODE PENELITIAN
Penelitian mempergunakan metode survey. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan terhadap sampel dari suatu populasi dengan menggunakan questioner sebagai alat pengumpul data. Singarimbun ( 1989 ). Penelitian in meng-gunakan sampel sebagai sumber data. Informasi didapat melalui wawancara dan questioner sebagai alat pengumpul data. Wawancara dan questioner ditujukan pada responden sebagai unit sampel penelitian.
Bentuk penelitian ini adalah korelasi, Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kepala keluarga yang mempunyai anak masih bersekolah di desa sungai Pukat Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang. Sampel sebanyak 76 kepala keluarga (KK). Pengumpulan data melalui questioner dilakukan dengan menugaskan team peneliti yang terdiri dari sejumlah mahasiswa.
Data yang terkumpul melalui wawancara dengan menggunakan questioner diolah dengan teknik korelasi kontingensi, karena data yang dikorelasikan adalah data dalam bentuk lebih dari dua kategori. Adapun rumus kontingensi yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
χ²
C = χ² + N
Pemberian interprestasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi itu dilakukan dengan cara mengubah harga C menjadi Phi dengan mempergunakan rumus sebagi berikut :
Ø = C
1 - C²
Setelah harga phi diperoleh, selanjutnya dikonsultaikan dengan tabel “r” Product Moment dengan taraf kebebasan (df) sebesar N-nr. Jika indek korelasi yang diperoleh dalam perhitungan (dalam hal ini adalah C yang telah diubah menjadi Phi dan “ dianggap “ rxy ) itu sama dengan atau lebih besar dari r tabel maka hipotesa nihil ditolak dan apabila lebih kecil dari r tabel maka hipotesa nihil diterima atau disetujui ( Anas Sudijono, 1991 )
HASIL PENELITIAN
1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
TABEL 1
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Siswa Menurut
Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
Tingkat sekolah | Aktivitas belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Tidak sekolah | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 6 ( 7,89 ) | 6 ( 15,78 ) |
Sekolah Dasar | 18 ( 23,68 ) | 22 ( 28,94 ) | 6 ( 7,89 ) | 46 ( 60,50 ) |
SLTP | 10 ( 13,15 ) | 6 ( 7,89 ) | 2 ( 2,63 ) | 18 ( 23,69 ) |
Jumlah | 32 ( 42,10 ) | 30 ( 39,47 ) | 14 ( 18,42 ) | 76 ( 100 ) |
TABEL 2
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Siswa Menurut
Tingkat Pendidikan dan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah
Tingkat sekolah | Aktivitas belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Tidak sekolah | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 6 ( 7,89 ) | 12 ( 15,78) |
Sekolah Dasar | 12 ( 15,78 ) | 24 ( 31,57 ) | 10 ( 13,15 ) | 46 ( 60,05 ) |
SLTP | 10 ( 13,15 ) | 6 ( 7,89 ) | 2 ( 2,63 ) | 18 ( 24,02 ) |
Jumlah | 26 ( 34,21 ) | 32 ( 42,10 ) | 18 ( 23,68 ) | 76 ( !00 ) |
Berdasarkan hasil perhitunga chi kuadrat dari data pada tabel di atas, didapatkan nilai chi kuadrat sebesar 11,32 lebih besar dari nilai tabel chi kuadrat dengan db 4 yaitu 9,448. Ini berarti bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa di sekolah. Besarnya koefisien kontingensi hubungan kedua variabel itu adalah 0,36. Setelah diubah menjadi koefisien korelasi Phi didapatkan harga koefisien hubungan sebesar 0,33. Jika dibandingkan dengan harga r tabel Product Moment dengan df 74 pada tingkat kepercayaan 95 % sebesar 0,232, ternyata harga koefisien korelasi Phi 0,33 lebih besar. Ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prstasi belajarsiswa di sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan orang tua mempengruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
3. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
TABEL 3
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Siswa Menurut
Jenis pekerjaan dan Aktivitas Belajar Belajar Siswa di Sekolah
Pekerjaan | Aktivitas Belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Pedagang | 2 ( 2,63 ) | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 8 ( 10,52 ) |
Petani | 24 ( 31,57 ) | 24 ( 31,57 ) | 8 ( 10,52 ) | 56 ( 73,68 ) |
Buruh/Karyawan | 6 ( 7,89 ) | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 12 ( 15,78 ) |
Jumlah | 32( 42,10 ) | 32 ( 42,10 ) | 12 (15,78 ) | 76 ( 100 ) |
Berdasarkan hasil perhitungan chi kuadrat dari data pada tabel di atas, didapatkan nilai hitung chi kuadrat sebesar 1,54. Bila dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat dengan db 4 yaitu 9,448, ternyta lebih kecil. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan aktivitas belajar siswa di sekolah
TABEL 4
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Siswa Menurut
Jenis Pekerjaan dan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
Pekerjaan | Prestasi Belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Pedagang | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 2 ( 2,63 ) | 8 ( 10,52 ) |
Petani | 22 ( 28,94 ) | 26 ( 34,21 ) | 8 ( 10,52 ) | 56 ( 73,68 ) |
Buruh /Karyawan | 2 ( 2,63 ) | 8 ( 1o,52 ) | 2 ( 2,63 ) | 6 ( 15,78 ) |
Jumlah | 28 ( 36,84 ) | 36 ( 47,36 ) | 12 ( 15,78) | 76 ( 100 ) |
Berdasarkan hasil perhitungan chi kuadrat didapatkan nilai chi kuadrat sebesar 4,06. Bila dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat dengan db 4 yaitu 9,448 maka nilai hitung chi kuadrat lebih kecil dari nilai tabel. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan prestasi belajar siswa di sekolah
5. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
TABEL 5
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Siswa Menurut
Pendapatan dan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
Pendapatan ( Ribuan ) | Aktivitas Belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Rp 600 ( Rendah ) | 6 ( 7,89 ) | 16 ( 21,05 ) | 28 ( 36,84 ) | 50 ( 65,78 ) |
Rp 600-Rp 900 ( Sedang ) | 2 ( 2,63 ) | 10 ( 13,15 ) | 2 ( 2,63 ) | 14 ( 18,42 ) |
Rp. 900-Rp 1.200 ( Tinggi ) | 6 ( 7,89 ) | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 6 ( 15,78 ) |
Jumlah | 14 ( 18,42 ) | 30 ( 28,94 ) | 32 ( 42,10 | 76 ( 100 |
Berdasarkan hasil hitung chi kuadrat berdasarkan data pada tabel di atas, didapatkan nilai hitung chi kuadrat sebesar 18,85. Bila dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat dengan db 4 yaitu 9,448 ternyata lebih besar. Ini berarti terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan aktivitas belajar siswa di sekolah. Besarnya koefisien kontingensi hubungan antara kedua variabel itu adalah 0,44. Setelah diubah menjadi koefisien Phi didapat koefeisen korelasi sebesar 0,40, jika dibandingkan dengan harga r tabel Product Moment dengan df 74 pada taraf kepercayaan 95 % yaitu 0,232, ternyata lebih besar. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan aktivitas belajar siswa di sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya pendapatan orang tua mempengaruhi aktivitas belajar siswa di sekolah
6. Hubungan Pendapatan dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah
TABEL 6
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Siswa Menurut
Pendapatan dan Aktivitas Belajar Siswa di Sekolah
Pendapatan ( Ribuan ) | Aktivitas Belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Rp 600 ( Rendah ) | 2 ( 2,63 ) | 4 ( 5.26 ) | 44 ( 57,89 ) | 50 ( 65,78 ) |
Rp 600-Rp 900 ( Sedang ) | 4 ( 5,26 ) | 8 ( 11,42 ) | 2 ( 2,63 ) | 14 ( 18,42 ) |
Rp. 900-Rp 1.200 ( Tinggi ) | 6 ( 7,89 ) | 4 ( 5,26 ) | 2 ( 2,63 ) | 12 ( 15,78 ) |
Jumlah | 12 ( 15,78 ) | 16 ( 21,05 ) | 48 ( 63,15 ) | 76 ( 100 ) |
Berdasarkan perhitungan chi kuadrat dari tabel di atas, didapatkan nilai hitung chi kuadrat sebesar 42,63. Bila dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat dengan db 4 yaitu 9,448 ternyata lebih besar . Ini berarti terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa di sekolah. Besarnya koefisien kontingensi hubungan antara kedua variabel itu adalah 0,59. Setelah diubah menjadi koefisien Phi didapatan koefisien korelasi sebesar 0,50. jika dibandingkan dengan harga r tabel Product Moment dengan df 74 pada taraf kepercayaan 95 % yaitu 0,232, ternyata lebih besar. Ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan anara pendapatan orang tua dengan prstasi belajar siswa di sekolah. Hal ini mengindikaskan bahwa tinggi rendahnya pendapatan orang tua mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
1. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Kelegkapan fasilitas Belajar Siswa
TABEL 7
Distribusi Frekwensi dan Persentase Orang Tua Menurut
Pendapatan dan Kelengkapan Belajar Siswa di Sekolah
Pendapatan ( Ribuan ) | Kelengkapan Belajar Siswa | Jumlah | ||
Baik | Cukup Baik | Kurang | ||
Rp 600 ( Rendah ) | 14 ( 18,42 ) | 12 ( 15.78 ) | 24 ( 31.57 ) | 50 ( 65,78 ) |
Rp 600-Rp 900 ( Sedang ) | 4 ( 5,26 ) | 8 ( 10,52 ) | 2 ( 2,63 ) | 14 (18,42 ) |
Rp. 900-Rp 1.200 ( Tinggi ) | 8 ( 10,52 ) | 2 ( 2,63 ) | 2 ( 2,63 ) | 12 ( 15,78 ) |
Jumlah | 26 ( 34,21 ) | 22 ( 28,94 ) | 20 ( 36,84 ) | 76 ( 100 ) |
Berdasarkan hasil perhitungan chi kuadrat dari data hasil penelitian pada tabel di atas, didapatkan nilai chi kuadrat sebesar 14,20 Bila dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat dengan db 4 yaitu 9,448, maka nilai hitung chi kuadrat lebih besar. Ini berarti terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah. Besarnya koefisien kontingensi hubungan antara kedua variabel itu adalah 0,39. Setelah diubah menjadi koefisien Phi didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,36. Jika dibandingkan dengan harga r tabel Product Moment dengan df 74 pada taraf kepercayaan 95 % yaitu 0,232 ternyata lebih besar. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya pendapatan orang tua mempengaruhi kelengkapan belajar siswa di sekolah.
KESMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat status sosial ekonomi orang tua dengan kualitas pembelajaran siswa di sekolah pada Desa Sungai Pukat Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang. Secara khusus di simpulkan: 1)Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan aktivitas belajar siswa di sekolah, 2)Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa di sekolah, 3)Tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan aktivitas belajar siswa di sekolah, 4)Tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan prestasi belajar siswa di sekolah, 5)Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan aktivitas belajar siswa di sekolah, 6)Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa di sekolah, 7)Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan kelengkapan belajar siswa di sekolah
2. Saran saran
Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh informasi dan kejelasan bahwa masih ada sebagian dari siswa aktivitas dan prestasi belajarnya rendah. Oleh karena itu disarankan: 1)Untuk meninkatkan aktivitas belajar siswa di sekolah : a ) guru hendaknya selalu memberikan tugas tugas pekerjaan rumah kepada siswa baik secara individu maupun kelompok untuk mendorong semangat belajar siswa b) Tugas tugas tersebut hendaknya dikumpulkan, dikoreksi dan dievaluasi oleh guru. Bagi siswa yang belum benar mengerjakannya , hendaknya disuruh memperbaiki c) guru hendaknya memberikan penguat baik bersifat positif mapun negatif. Penguat positif berupa pujian, penghargaan, dan hadiah yang mengerjakan dengan benar. Penguat negatif berupa hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan dengan menyuruh siswa mengerjakan pekerjaan yang tidak dikerjakan atau bentuk hukuman lain yang sifatnya educatif. d) Kepala sekolah hendaknya melengkapi buku buku yang diperlukan di perpustakaan sekolah sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai pusat belajar siswa e) Orang tua diharapkan dapat membantu memotivasi dan mengawasi anak belajar pada jam jam belajar di rumah, 2)Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa disarankan : a) Guru hendaknya memberikan remedial teaching kepada siswa yang belum berhasil dalam belajar baik berupa penjelasan kembali materi pelajaran yang dianggap masih belum difahami siswa maupun dengan memberikan tugas tugas yang harus dikerjakan siswa sampai benar b) Guru hendaknya dapat memberikan pelajaran tambahan di luar jam pelajaran sekolah kepada siswa berupa les untuk mata pelajaran yang materi pelajarannya dianggap sulit untuk dapat difahami oleh siswa c) Kepala sekolah hendaknya memberikan dorongan dan kesempatan kepada guru guru untuk melaksanakan kegiatan les untuk pelajaran di sekolah d) Orang tua siswa hendaknya mendorong anak anaknya untuk mengikuti kegiatan kegiatan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono ( 1991 ) Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Rajawali
A.Mury Yusuf ( 1986 ), Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta : Ghalia Indonesia
Depdikbud, ( 1995 ) Kamus Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta : Balai Pustaka
Hamid Darmadi (2005) Korelasi Antara Pengalaman Atributif, Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Kepribadian Guru, dan Kemampuan Skjolastik dengan kemampuan Guru Mengajar dan Pencapaian Belajar Siswa. Bandung; Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2004
Herlina ( 2004 ) Korelasi Antara Tingkat pendidikan Ibu dengan Perhatian Terhadap Pendidikan Anak Pada siswa SMU Negeri 1 Mempawah, Skripsi, Pontianak : STKIP-PGRI
Mantra, Ida Bagus dan Kasto ( 1989 ) “ Penentuan sample “ dalam Singarimbun Masri dan Effendi ( Ed ) : Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3 S halaman 149-173
Mohammad Ali (2005) Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Kurikulum 2004 yang Berbasis Kompetensi. Bandung Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 3 Nomor 1 April 2005
Nasution ( 1982 ) Didaktik Azas Azas Mengajar, Bandung : Jemmars
Priyono Sudibyo, ( 1996 ), jumlah anak dan Kondisi Sosial Eknomi ( Suatu Kajian awal tentang dampak Fertilitas terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga, Kasus Kecamatan Jebres Kotamadya surakarta ), Thesis, Yogyakarta : Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
Republik Indonesia ( 2003 ), Undang Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional ( UU RI No 20 Th 2003 ), dan Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta : Sinar Grafika
Suharsimi Arikunto ( 1999), Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Singarimbun ( 1989 ) “ Metode dan Proses Penelitian “ dalam Singarimbun Masri an Effendi (Ed) Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3 S halaman 3
__________( 1983 ) “ Struktur Rumah Tangga “, dalam Peter F, Donald, Pedoman Analisis Data Sensus Indonesia 1971- 1980, Canberra : ANU Internasional Development Program
Sutrisno Hadi, ( 1979 ) Metode Research, Jilid I, yogyakarta : Fakultas Psychologi Universitas Gajah Mada
Zuldafrial ( 1996 ), Fertilitas dan Kualitas Pendidikan Anak, Yogyakarta : Origram Pasca sarjana Universitas Gajah Mada
Zuldafrial ( 1999 ), Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kepedulian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak di Sekolah, Studi Kasus di Kecamatan Sukadana, Pontianak : STKIP PGRI Pontianak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar